Pujian dan Motivasi Mendag Enggartiasto Lukita untuk Kopi Bajawa


Ilustrasi biji kopi yang akan diekspor (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)
MerahPutih.Com - Pulau Flores memiliki dua wilayah penghasil kopi yang sudah menasional. Kopi Manggarai dan Kopi Bajawa. Keduanya kemudian lebih dikenal dengan nama bersama Kopi Flores.
Dari dua jenis kopi ini jika ditanyakan kepada Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mana yang lebih disukai, pilihannya jatuh kepada Kopi Bajawa.
"Sebenarnya Kopi Manggarai juga sama tapi kalau dibandingkan Kopi Bajawa lebih memiliki selera. Saya kebetulan penikmat kopi dan pada waktu di Trade Expo saya coba dua-duanya dan memang agak sedikit berbeda," kata Mendag Enggartisto Lukita.
Mendag Enggartiasto Lukita mengungkapkan hasil komoditas Kopi Bajawa yang diproduksi masyarakat Kabupaten Ngada, Pulau Flores memiliki peminat yang tinggi.
"Kopi Bajawa itu sekarang tinggi sekali peminatnya, sudah ada beberapa eksportir yang siap memasarkan itu karena memang peminatnya sampai ke luar negeri," katanya di Kupang, Sabtu (28/10) kemarin.
Menteri Enggartiasto Lukita mengatakan, Kopi Bajawa merupakan salah satu komoditas provinsi NTT yang memiliki potensi ekspor yang baik yang bisa direalisasikan dukungan peningkatan produktivitasnya. Kementerian Perdagangan siap membantu mencarikan mitra ekspor.
"Memang ada beberapa eksportir yang mau namun bisa tidak daerah menjamin jumlah produksinya itu yang harus kita lihat duluh, selain itu kemasannya juga harus dibuat dengan baik," katanya.
Menurutnya, jika Kopi Bajawa bisa dikemas dengan baik maka tidak kalah dengan Kopi Toraja dan Kopi Gayo yang sudah lebih duluh dikenal konsumen hingga ke luar negeri.
Menteri Enggar mengakui, beberapa pelanggan potensial dari luar negeri sudah mencari Kopi Bajawa sehingga peluang pasar tersebut harus ditangkap dan dimanfaatkan dengan baik dari pusat hingga daerah.
Lebih lanjut, Enggartiasto Lukita sebagaimana dilansir Antara mengatakan pemasaran komoditas kopi juga sangat tergantung pada "branding" yang harus dikemas secara baik.
"Nanti kita mengatakan ini Kopi Bajawa atau Kopi Flores atau lainnya, yang pasti harus ada unsur keIndonesiaannya seperti Kopi Toraja dan Gayo," katanya.
Kadang-kadang muncul adanya ego-ego kedaerahan yang kuat dalam penamaan merek kopi yang justru berdampak merugikan aspek pemasarannya.
"Saya berharap di kampung-kampung di Bajawa yang memproduksi kopi itu sudah satu, jangan lagi nanti ada nama-nama baru dari desa. Branding dan pengemasannya kita bereskan dan nanti bisa dilakukan pendampingannya," katanya.
Menteri Enggartias Lukita meyakini pemasaran Kopi Bajawa akan segera meningkat karena sudah tercatat dalam Trade Expo sebelumnya sebagai komoditasi potensial yang unggul yang dapat didorong untuk ekspor.(*)
Bagikan
Berita Terkait
Mendag RI Bujuk Arab Saudi untuk Tingkatkan Kerja Sama Perdagangan

Mendag Busan: MBG Bisa Jadi Model Rujukan Makan Bergizi Terukur dan Berkelanjutan

Kemendag Lepas 57,6 Ton Kopi dari Subang ke China Rp 4,3 Miliar

Neraca Perdagangan Mei 2025 Surplus USD 4,30 Miliar

Pemerintah Tolak Pengenaan Bea Masuk Anti Dumping Impor Benang Filamen Sintetis Asal China

Harga Patokan Ekspor Tembaga Naik Tipis di Paruh Pertama Juni 2025

UU Perlindungan Konsumen Baru Harus Mampu Jerat Penjual Barang Ilegal di Platform Digital

Indonesia Gaungkan Pentingnya Diplomasi, Negosiasi Proaktif, dan Kesatuan ASEAN dalam Menghadapi Risiko Ekonomi Global

Mendag Sita Produk Impor China Tak Sesuai Aturan Senilai Rp 18,85 Miliar

Indonesia Dukung Peran APEC Hadapi Tantangan Global
