Psikolog Sebut Endometriosis Berpeluang Timbulkan Gangguan Psikis pada Pasien


Tidak jarang perempuan yang menderita endometriosis mengalami kecemasan, gangguan suasana hati. (Foto: Pexels/Andrea Piacquadio)
BEBERAPA perempuan berjuang melawan penyakit pada sistem reproduksinya, endometriosis. Penyakit ini sangat individual. Artinya, hanya pasiennya saja yang merasakan nyeri dan keluhan. Penyakit ini nyaris tanpa gejala nyata.
Dengan perjuangan luar biasa dalam menahan rasa sakit karena endometriosis, tidak jarang pasien perempuan juga merasakan gangguan psikologisnya.
Baca Juga:

Psikolog Rika Vira Zwagery mengungkapkan tidak jarang perempuan yang menderita endometriosis mengalami kecemasan, gangguan suasana hati, kehilangan kontrol diri, ketakutan, merasa tidak berdaya, pesimis, hingga depresi.
Di tengah tekanan-tekanan yang mungkin mereka rasakan, pada saat bersamaan mereka harus menjalani pengobatan dalam waktu yang panjang. Ini membuat mereka cenderung stres bahkan depresi.
"Jika dianalogikan, endometriosis dan kondisi psikologis ini bisa dikatakan sebagai pendulum. Keluhan fisik yang dialami oleh penderita endometriosis akan berdampak pada kesehatan psikologis. Kesehatan psikologis ini akan mempengaruhi gejala endometriosis,” jelas Rika.
Rika menambahkan perempuan penderita endometriosis harus didukung dengan support system yang kuat. Support system tersebut terdiri dari pasangan, keluarga, rekan kerja, dokter, psikolog dan komunitas pasien yang bekerjasama dan saling memberikan dukungan untuk mengoptimalkan kondisi pasien.
Baca Juga:

“Penelitian menunjukan bahwa adanya hubungan yang baik antara pasien dengan support system-nya merupakan faktor protektif bagi kesehatan mental pasien endometriosis sehingga dapat memperbaiki kondisi mereka," urainya.
Pasien juga bisa bergabung dengan komunitas endometriosis. Selain bisa saling berbagi pengalaman dengan penyintas lain, pasien juga bisa mendapatkan informasi valid seputar penyakit yang diidapnya itu.
Apabila dukungan sudah didapat dan kondisi psikologis pasien membaik, maka peluang akan keberhasilan dari terapi medis juga akan tinggi. “Jika pasien merasa nyaman dan dikuatkan oleh orang-orang di sekitarnya lewat dukungan dan afirmasi positif yang mereka terima, tentu akan membantu mereka untuk menerima dirinya secara penuh dan berdamai dengan segala kondisi yang dialaminya, dan pada akhirnya patuh pada pengobatan” tutupnya. (avia)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa

Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke

Iuran BPJS Kesehatan Bakal Naik, Alasanya Tambah Jumlah Peserta Penerima Bantuan Iuran
