Peliknya Membaca Grafik Tumbuh Kembang Anak


Jebakan grafik tumbuh kembang anak (Sumber: The Independent)
"ADUH beratnya kok enggak nambah sih dari minggu lalu?" pekik ibu muda saat menimbang berat badan si kecil. Kepanikan semakin bertambah saat coba memasukkan data seputar berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala si kecil di aplikasi Primaku, sebuah aplikasi yang diluncurkan Ikatan Dokter Anak Indonesia. "Wah, berat badannya masuk kurva hijau muda nih," imbuhnya.
Bagi ibu muda, menimbang berat badan anak sama mendebarkannya dengan ujian skripsi. Asupan yang diberikan dan upaya yang dilakukan demi memenuhi nutrisi si kecil akan dipertaruhkan di atas timbangan. Hasil yang positif tentu akan membuat lega. Sebaliknya, saat angka yang muncul di layar timbangan tidak sesuai ekspektasi, ibu merasa diri gagal. Itu semua akan semakin membuat was-was apabila saat angka dimasukkan ke Kartu Menuju Sehat (KMS), kurva berat badan si kecil melandai.
Baca Juga:
Orangtua Butuh 'We Time', Ini Alasannya

Sejatinya, World Health Organization dan Ikatan Dokter Anak Indonesia merancang KMS untuk tujuan yang baik: untuk memantau tumbuh kembang si kecil. Kita bisa tahu apakah berat badan si kecil sudah optimal atau belum. Namun bagi sebagian ibu, itu justru menimbulkan kepanikan tersendiri. Ada begitu banyak kecemasan yang dihasilkan sehingga membuat orang tua khawatir, merasa bersalah, bahkan persaingan antarorang tua.
Baca juga:
Hati-hati Terjebak Dalam Pola Asuh Hyper-Parenting
“Grafik pertumbuhan justru mendorong orang untuk membandingkan bayi mereka dengan orang lain. Pada kenyataannya, semua bayi tumbuh dan berkembang pada tingkat yang berbeda. Di dunia kita yang rawan perbandingan, kita tentu tidak membutuhkan lebih banyak objek untuk dibandingkan,” kata Executive Director Woman As One Hospital and Healthcare, Rebecca Ortega.
Biasanya, dokter anak akan menimbang dan mengukur anak-anak setiap beberapa bulan sekali sampai anak usia 2 hingga 3 tahun. Selanjutnya, pengukuran dilakukan setahun sekali. Dokter akan melihat apakah pertumbuhan tinggi, berat, dan lingkar kepala si kecil stabil dan proporsional. Pertumbuhan yang stabil merupakan indikator untuk perkembangan otak. Selama berat badan dan tinggi badan anak menunjukkan pertumbuhan yang cukup stabil, bahkan jika dia tetap dalam persentil yang lebih rendah dari rata-rata, itu merupakan indikasi pertumbuhan yang stabil.

“Orang tua tentu senang melihat pertumbuhan yang stabil. Namun jika orang tua tidak mampu membaca kurva grafik pertumbuhan, itu akan menjadi hal yang membingungkan," tutur Francis M Palumbo, ujar dokter anak dan profesor pediatri di Fakultas Kedokteran Universitas Georgetown dikutip dari Washington Post.
“Angka pertumbuhan digambarkan dalam persentil. Dan semua orang berpikir mereka harus mendekati 100,” kata Van Hubbard, direktur Divisi Koordinasi Penelitian Nutrisi di National Institutes of Health.
Ia mengatakan angka yang tinggi belum tentu lebih baik. Hal yang paling penting ialah melihat pola pertumbuhan, di mana pun mereka berada di grafik. Senada dengan Hubbard, dr. Melisa Lilisari, SpA, MKes, dokter spesialis anak di Klinik Bamed Bintaro menyebutkan faktor penting yang harus diperhatikan bukan hanya berapa berat badan anak, melainkan bagaimana pola perubahan berat badan anak.
Baca Juga:
Dampak Kekerasan pada Anak dapat Menurunkan Fungsi Otak
"Meskipun masih garis hijau kalau berat tidak optimal masuk kategori weight faltering," tuturnya. Ia menyarankan adanya intervensi dari dokter apabila pertumbuhan berat badan tidak optimal. Hal itu penting untuk mendeteksi kemungkinan adanya penyakit tidak terlihat pada anak. Kendati demikian, penting bagi orang tua untuk memantau tumbuh kembang anak dengan tenang. Dengan demikian, diharapkan anak bisa tumbuh dengan optimal.(Avia)
Bagikan
Berita Terkait
Datangi Polda Metro, KPAI Kawal Ratusan Anak yang Ditangkap Saat Demo 25 Agustus

Aksi Anak-anak Ikuti Karnaval Meriahkan HUT ke-80 Kemerdekaan RI di Jakarta

Kisah Pilu Bocah Sukabumi Meninggal Akibat Cacing, Pemerintah Akui Layanan Kesehatan Masih Pincang

Ingat Ya Bunda! Beri Makan Anak Jangan Hanya Fokus Pada Nasi dan Mie

Pelaku Pelecehan Penumpang Anak Citilink Terancam 15 Tahun Bui, Kondisi Korban Masih Trauma

Anak di Bawah Umur di Cianjur Diperkosa 12 Orang, Polisi Harus Gerak Cepat Tangkap Buron

1 dari 5 Anak di Indonesia Tumbuh Tanpa Peran Ayah

Dampak Makan Bergizi Gratis Akan Terasa 20 Tahun Mendatang

Mengintip Aksi 2.200 Anak Juggling Bola Meriahkan Pembukaan Piala Presiden 2025

Melihat Pameran Kids Biennale Indonesia 2025 Bertajuk Tumbuh Tanpa Takut di Galeri Nasional
