Plasenta Akreta, Problema Ibu Hamil yang Butuh Perhatian Khusus


Kehamilan berisiko perlu penanganan dan pengawasan ketat. (Cover_Pixabay_Greyerbaby)
TUBUH perempuan memang didesain untuk memiliki kemampuan menumbuhkan janin di dalam rahim hingga ia lahir ke dunia sebagai manusia baru. Janin di dalam rahim tentunya membutuhkan nutrisi untuk bisa berkembang secara optimal melalui plasenta.
Seperti yang kita ketahui, saat hamil tubuh perempuan akan “menciptakan” organ baru yaitu plasenta sebagai asupan nutrisi utama bagi janin. Tapi sayangnya, tak semua perempuan mengalami masa kehamilan yang mulus. Ada banyak risiko-risiko kehamilan termasuk masalah pada plasenta seperti plasenta akreta.
Baca Juga:
Menurut Clevelandclinic, plasenta akreta merupakan kondisi ketika plasenta melekat terlalu dalam pada dinding rahim sehingga seringkali menyebabkan pendarahan dan menutup jalan lahir.

Plasenta umumnya akan berpindah posisi ke atas seiring dengan berjalannya waktu agar tidak menghalangi jalan lahir bayi. Di beberapa kasus ada juga plasenta yang berhasil pindah posisi tetapi akhirnya mengalami plasenta akreta, sehingga setelah bayi lahir dokter kesulitan untuk mengeluarkan plasenta tersebut. Kondisi ini bisa menyebabkan pendarahan hebat hingga berujung kematian.
1. Hamil di usia tua
Hamil di usia tua memang tidak pernah direkomendasikan oleh dokter kandungan. Meskipun perempuan yang sudah berusia lanjut masih bisa hamil selama belum mengalami menopause, kondisi rahim dinilai tak lagi optimal dan dianggap sebagai kehamilan berisiko. Plasenta akreta banyak menyerang ibu-ibu hamil yang telah lanjut usia.
2. Ada riwayat operasi
Apakah masalah plasenta akreta sudah pasti hanya menyerang ibu hamil lanjut usia? Tentu saja tidak. Dalam beberapa kasus, perempuan hamil di usia muda bisa mengalami plasenta akreta jika sebelumnya memiliki riwayat operasi di bagian abdomen, baik itu operasi pengangkatan penyakit atau riwayat operasi caesar.
Baca Juga:

3. Kelahiran prematur
Plasenta akreta tak hanya menyebabkan pendarahan saat persalinan saja. Ibu hamil dengan plasenta akreta dapat mengalami pendarahan hebat beberapa kali selama masa kehamilan. Pendarahan di tengah perjalanan kehamilan dapat menyebabkan bayi kekurangan suplai nutrisi dan oksigen, sehingga bayi berisiko lahir prematur.
4. Merusak organ lain
Plasenta yang tumbuh terlalu dalam bisa menyebabkan gangguan pada organ vital lain seperti uterus. Setelah melahirkan bayi, dokter harus mengangkat plasenta karena tak lagi dibutuhkan oleh tubuh.
Tetapi plasenta akreta menyebabkan plasenta menempel terlalu dalam pada dinding rahim dan bisa saja masuk hingga merusak uterus. Jika sudah begini, dokter akan mengambil tindakan pengangkatan rahim agar ibu tak mengalami pendarahan berkelanjutan di kemudian hari. (mar)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa

Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke
