Pimpinan Ponpes Waria: Masa Kami Beribadah Enggak Boleh


Sinta Ratri, Pemimpin Ponpes Waria Al Fatah Yogyakarta. (Foto: MP/Fredy Wansyah)
MerahPutih Peristiwa - Pondok Pesantren Al Fatah, Jumat (26/2), tampak sepi. Seperti tidak ada kegiatan lagi, seperti hari-hari sebelumnya. Bukan tanpa sebab, kini pondok pesantren yang dihuni para santri waria tersebut resmi ditutup sementara hingga waktu yang belum ditentukan.
Hanya tampak satu dua orang yang berada di kawasan Ponpes Al Fatah. Para tetangga pondok pun berkegiatan seperti biasa. Namun, saat pengurus hendak ditemui, seakan telah sepakat, tidak satu orang pun yang ingin menerima kunjungan wartawan.
Penutupan ini berdasarkan keputusan dari hasil pertemuan antara Front Jihad Islam (FJI) dan pengurus Ponpes Al Fatah yang beberapa hari ini tampak tegang. Pertemuan tersebut, Rabu (24/2), di Celenan, Kota Gede, dimediasi oleh Polsek Banguntapan.
"Berdasarkan keinginan sendiri Bu Sinta, penutupan dilakukan untuk sementara. Kegiatan pesantren dihentikan," kata Kapolsek Banguntapan Kompol Suharno.
Pekan lalu, sekelompok orang berjubah dengan mengendarai sepeda motor mendatangi pondok yang telah didirikan sejak tahun 2008 itu. Mereka mengaku ingin meminta keterangan terkait kegiatan keagamaan di dalam pondok. Namun, kedatangan mereka tidak menuai hasil. Kedatangan mereka telah diketahui pengurus pondok melalui pesan berantai blackberry messager (BBM), sehingga para pengurus pondok hijrah sementara ke polsek terdekat untuk meminta perlindungan.
Pekan lalu, Selasa (16/2), pemimpin Ponpes Al Fatah Sinta Ratri memaparkan, kegiatan keagamaan di dalam pondok tak ubahnya kegiatan pondok pada umumnya. Ia menjelaskan, setiap hari para santri melakukan salat, baik sendiri-sendiri maupun jamaah.
"Kalau jamaah, kami salat seperti biasa," katanya saat menerima kunjungan merahputih.com, Selasa (16/2).
Sinta menegaskan, semua santri sedang mendalami agama. Sambil menunjukkan buku catatan harian atau semacam evaluasi santri, Santri menyatakan bahwa salat dan mengaji para santri dievaluasi untuk menunjukkan adanya perbaikan beribadah santri dari hari ke hari. Meski tertulis dan dievaluasi, Sinta menambahkan, apa yang dilakukan santri adalah perbuatan beribadah secara ikhlas.
Setiap akhir pekan, para santri juga menerima pemahaman Islam dari para ustaz melalui kajian-kajian Islam. Berbagai segi kehidupan dibahas. Tak hanya itu, melalui bimbingan para ahli agama, mereka juga membahas ihwal tafsir Alquran dan hadis. "Dari tafsir, kami pahami, setelah belajar dari Alquran, bahwa Allah tidak pernah menyebutkan dalam ayatnya 'Hai laki-laki beriman' atau 'Hai perempuan beriman'. Yang ada kan 'Hai orang-orang beriman', makanya kami yakin Allah juga menyayangi kami," papar Sinta.
Sinta dan rekan-rekannya mengaku ingin beribadah seperti biasa. Menurutnya, beribadah dan mendalami agama tidak dipandang dari orientasi seks.
"Masa kami waria enggak boleh beribadah? Kalau pun masalah dosa yang diurus, kan tidak seharusnya kita ngusik-ngusik dosa orang lain," pungkas Sinta. (fre)
BACA JUGA:
Bagikan
Berita Terkait
Kearifan Lokal Jaga Warga Bikin Yogyakarta Cepat Pulih Dari Demo Berujung Rusuh

KAI Daop 6 Yogyakarta Layani 219.400 Penumpang Selama Long Weekend Maulid Nabi

Polisi Diminta Usut Tuntas Kematian Mahasiswa Amikom, Bonnie Triyana: Tidak Ada Alasan yang Membenarkan Kekerasan Aparat Terhadap Pengunjuk Rasa

Pesisir Medan Berpotensi Banjir 22-28 Agustus, Hujan Lebat Akan Guyur DIY

Saat Libur Peringatan HUT ke-80 RI, Daop 6 Yogyakarta Alami Kenaikan Penumpang 5,5 Persen

85.792 Wisatawan Mancanegara Naik Kereta Api Selama Juli 2025, Yogyakarta Jadi Tujuan Tertinggi

Viral, Driver Ojol Dikeroyok karena Telat Antar Kopi, Ratusan Rekan Geruduk Rumah Customer

Film Dokumenter 'Jagad’e Raminten': Merayakan Warisan Inklusivitas dan Cinta dari Sosok Ikonik Yogyakarta

Libur Panjang, KAI Commuter Yogyakarta Tambah 4 Perjalanan Jadi 31 Trip Per Hari

Heboh Kasus Mafia Tanah Mbah Tupon, Nama Tersangka Penyerebot Sudah di Kantong Polisi
