Pertanda Anak Menjadi Korban Bully


Jangan lengah saat anak menjadi korban bully. (Foto: Pixabay: geralt)
KASUS bullying atau perundungan pada anak usia remaja memang kerap terjadi bahkan hingga saat ini. Meskipun kampanye soal kesehatan mental dan anti perundungan sudah nyaring disuarakan oleh masyarakat, rupanya pelaku bullying tetap ada di mana pun kamu berada. Sekolah yang seharusnya menjadi rumah kedua bagi anak hanya akan menjadi mimpi buruk belaka baginya jika pelaku bully tidak segera ditindak tegas oleh kepala sekolah.
Menurut researchgate.net, sebanyak 20,6 persen siswa Indonesia berusia 13-17 tahun mengalami kasus perundungan di sekolah. Sayangnya pada kebanyakan kasus, korban tidak berani melaporkan ke pihak sekolah atau terus terang ke orangtuanya sendiri hanya karena diancam oleh si pelaku. Seringkali pihak sekolah disalahkan karena dianggap tidak menindak tegas kasus bullying. Padahal karena minimnya laporan, sekolah kesulitan untuk mengusut kasus tersebut. Bagaimana cara mengetahui jika anak menjadi korban perundungan?
Baca juga:
1. Jadi pendiam

Sejatinya anak remaja yang tidak memiliki luka trauma di dalam hatinya pasti periang dan senang berinteraksi dengan banyak orang. Usia remaja adalah masa emas saat anak belajar bersosialisasi dengan orang lain. Kamu bisa melihat dampak perundungan dari karakter anak remaja yang tiba-tiba berubah menjadi pendiam. Rasa takut yang amat besar terhadap teman sebaya yang menjadi pelaku perundungan akan membuat anak menjadi pendiam dan kesulitan bicara.
2. Emosi meledak

Ada juga anak yang berusaha menutupi masalah yang sedang dihadapinya dengan tetap terlihat ceria di depan orangtuanya. Tapi kondisi emosional tidak pernah berbohong. Anak remaja tidak mungkin tiba-tiba meledakkan emosi hanya karena masalah sepele jika bukan karena selama ini memendam rasa sakit hati. Meskipun selama ini tidak ada masalah di antara orangtua dan anak, mereka tetap bisa meledakkan amarah jika ada “gesekan” sedikit dengan orangtua. Hal ini disebabkan oleh rasa trauma yang sudah terlalu lama dibendung. Anak merasa kecewa dan murka jika ada orang lain yang tidak memahami dirinya.
Baca juga:
3. Sulit tidur di malam hari

Insomnia kerap menyerang mereka yang mengalami depresi. Kasus perundungan sudah pasti menyebabkan anak remaja depresi dan putus asa. Seharusnya yang menjadi fokus anak remaja adalah pencarian jati diri dan pengalaman hidup. Tapi karena dirundung oleh teman sebaya, isi pikirannya hanya lah ketakutan dan rasa cemas. Akibatnya anak tidak bisa tidur di malam hari. Coba lah sesekali diam-diam periksa kamar tidur anak. Jika anak kerap mengalami insomnia, segera ajak dirinya bicara dari hati ke hati.
4. Pura-pura sakit

Coba perhatikan baik-baik. Apakah anakmu kerap mengeluh sakit kepala dan sakit perut? Atau bahkan pura-pura sakit agar tidak pergi ke sekolah? Coba tanyakan apakah anak benar-benar sakit atau hanya mencari alasan saja karena takut bertemu dengan para pelaku bully? Jangan langsung emosi dan memarahi anak jika anak ketahuan pura-pura sakit. Orangtua harus menjadi tempat pertama anak dalam mencurahkan isi hati. (mar)
Baca juga:
Bagikan
Berita Terkait
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak

Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

Bunda, Coba deh Lavender & Chamomile untuk Tenangkan Bayi Rewel secara Alami

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
