Perbedaan Ideologi Ini Buat Pertikaian Politik Berlanjut di Pilpres 2024
Ilustrasi: Layar laptop menampilkan paparan survei terkini bertajuk 15 Capres 2024 Yang Lolos Radar di kantor Lembaga Survei Indonesia (LSI), Jakarta, Selasa (2/7) ANTARA FOTO/Reno Esnir
Merahputih.com - Pengamat politik Denny JA menilai pertikaian politik akan berlanjut hingga kontestasi Pilpres 2024. Seperti saling kritik dan saling menghujat.
Denny menambahkan, perpecahan yang terjadi saat ini belum bisa mereda hingga Pilpres 2024 mendatang.
“Situasi perpecahan yang kita alami kini tidak akan mereda. Sebab dibalik pertikaian politik itu ada perbedaan ideologis ada posisi yang berseberangan dalam bernegara,” kata dia kepada wartawan di Jakarta, Rabu (3/7).
BACA JUGA: Peneliti: Ganjar Pranowo Lebih Besar Kansnya Dibandingkan Puan Maharani di Pilpres 2024
Pendiri Lingkaran Survei Indonesia ini memaparkan empat ideologi yang saat ini masih berkembang di Indonesia. Pertama, ideologi politik reformasi, yang dibawa oleh Presiden Habibie dahulu.
“Paham politik reformasi itu adalah varian demokrasi yang khas Indonesia. Ada kebebasan politik di sana, berbeda dengan orde baru ataupun orde lama. Ada kebebasan ekonomi, semua warganegara punya hak yang sama apapun agamanya,” tuturnya.
Dibandingkan sistem demokrasi di negara-negara barat, lanjut Denny, Indonesia memiliki perbedaan tersendiri dalam membangun demokrasi lantaran adanya kementerian agama.
Pasalnya, di Indonesia agama memiliki peran besar. “Ini ideologi mainstream. PDI Perjuangan ada di sini, juga Golkar, dan kaum minoritas. Dalam Pilpres 2019 mayoritas pendukung ideologi ini ada di kubu Jokowi,” jelasnya.
BACA JUGA: Anies Berharap ETLE Ubah Perilaku Pengendara Lebih Tertib
Yang kedua, ideologi islam politik, paham tersebut menginginkan adanya syariat islam menonjol di kalangan masyarakat. Kemudian yang ketiga, ideologi kembali ke UUD 45 yang asli.
Paham ini tak menyetujui sistem politik ekonomi yang berlaku sekarang. Mereka menganggapnya, secara politik terlalu liberal. Secara ekonomi, terlalu memberikan ruang pada perusahaan asing. (Knu)
Bagikan
Angga Yudha Pratama
Berita Terkait
[HOAKS atau FAKTA]: Puan Maharani Gandeng Anies Baswedan di Pilpres 2029, Pede Bisa Raih 68 Persen Suara
[HOAKS atau FAKTA]: Ketua Harian PSI Usulkan Duet Gibran-Jokowi di Pilpres 2029
KPU Minta Maaf Bikin Gaduh soal Dokumen Capres-Cawapres, Apresiasi Masukan Masyarakat
KPU Batalkan Aturan Kerahasiaan 16 Dokumen Syarat Capres-Cawapres, Termasuk Soal Ijazah
Pemilu Presiden Korea Selatan Digelar Selasa (3/6), Warga Antusias Datang ke TPS
Partisipasi Pemilih Awal Pilpres Korsel Capai 34,74 Persen, Perhatian Tertuju pada Hasil Pemungutan Suara Pekan Depan
Jadi Warga Negara yang Baik, J-Hope BTS Berikan Suara dalam Pemungutan Suara Awal Pilpres Korea Selatan
Pemungutan Suara Awal untuk Pilpres Korsel Dimulai, 6 Kandidat Bersaing
Han Duck-soo Mundur Sebagai Penjabat Presiden Korsel Demi Ikut Pilpres 3 Juni
Pengamat Sebut Gibran Berpeluang Jadi Lawan Prabowo di Pilpres 2029