Perang di Depan Mata, Putin Deklarasikan Donetsk dan Luhansk Bukan Wilayah Ukraina


Presiden Rusia Vladimir Putin (foto: screenshot presstv)
MerahPutih.com - Presiden Rusia Vladimir Putin mengeluarkan dekrit yang mengakui deklarasi kemerdekaan Luhansk dan Donetsk bukan lagi berada di bawah wilayah Ukraina. Pengakuan ini menambah rumit proses perdamaian di kawasan Eropa Timur itu yang berpotensi memicu perang besar abad ini.
Baca Juga:
150 Ribu Tentara Rusia Kepung Perbatasan Ukraina, AS Coba Upayakan Diplomasi
"Saya menganggap perlu untuk mengambil keputusan yang sudah lama tertunda. Untuk segera mengakui kemerdekaan dan kedaulatan Republik Rakyat Donetsk (RRD) dan Republik Rakyat Luhansk (RRL)," kata Putin dalam dalam pidatonya Senin (21/22) malam waktu Moskow, seperti dilaporkan Associated Press, Selasa, (22/2).
Dalam pidato berapi-apinya, Putin beranggapan dua wilayah di timur Ukraina itu merupakan wilayah kuno Rusia. Atas dasar itu, Putin membenarkan operasi militer negaranya terhadap Kiev. "Ukraina tidak pernah memiliki tradisi kenegaraannya sendiri. Apalagi, bagian timur negara itu adalah tanah Rusia kuno," ujarnya, seperti dikutip CNN.
Bahkan, Putin menuduh pemerintah Ukraina menganiaya warga keturunan Rusia dan fasih berbahasa negaranya. Warga Ukraina terutama di Donetsk dan Luhansk memang lebih fasih berbicara bahasa Rusia. Mayoritas penduduk di dua wilayah itu pun lebih dekat dengan kultur budaya Rusia.

Ukraina menganggap gerakan masyarakat di kedua wilayah itu sebagai aksi separatis dan kerap ditangani lewat aksi operasi militer. Untuk itu, Putin menegaskan penting bagi Rusia untuk mengakui kemerdekaan Donetsk dan Luhansk. Rusia juga mengultimatum Ukraina untuk mengakui kemerdekaan kedua negara itu.
"Jika tidak, semua tanggung jawab untuk kemungkinan pertumpahan darah lanjutan akan sepenuhnya menjadi tanggung jawab rezim yang berkuasa di Ukraina," tegas orang nomor satu di Rusia itu.
Lebih jauh, Putin mengkritik Uni Eropa dan Amerika Serikat karena gagal mengatasi ancaman keamanan yang diajukan Rusia untuk menolak Ukraina bergabung ke NATO. “Jika Ukraina bergabung dengan NATO, itu akan menjadi ancaman langsung bagi keamanan Rusia,” ungkapnya.
Baca Juga:
Rusia di Ambang Sanksi Kehilangan Akses Pasar Keuangan Global
Putin juga menuduh AS memeras Rusia dengan ancaman sanksi, dan memperingatkan upaya Barat yang mencoba meyakinkan Rusia bahwa NATO adalah aliansi yang cinta damai dan murni defensif. Putin menambahkan, “Kami tahu nilai sebenarnya dari kata-kata seperti itu.”
Meskipun, tidak secara langsung menegaskan Rusia berencana untuk menyerang Ukraina, Putin tampaknya meletakkan dasar untuk perang dengan mengkarakterisasi potensi serangan militer Rusia sebagai tindakan membela diri.
"Moskow memiliki hak untuk mengambil tindakan pembalasan untuk memastikan keamanannya sendiri. Itulah tepatnya yang akan kami lakukan,” tutup Kepala Negara Rusia itu.

Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menuduh Rusia menghancurkan upaya pembicaraan damai dalam menyelesaikan krisis antara dua negara. Zelensky juga menegaskan wilayah teritorial dan kedaulatan Ukraina tetap sama terlepas dari deklarasi Rusia soal kemerdekaan Ukraina timur.
"Kami berada di tanah kami, kami tidak takut terhadap apa pun dan terhadap siapa pun, kami tidak berutang pada siapa pun, dan kami tidak akan memberikan apa pun kepada siapa pun," kata Zelensky melalui sebuah video. (*)
Baca Juga:
Rusia dan Ukraina Makin Panas, Jokowi: Perang Tidak Boleh Terjadi
Bagikan
Wisnu Cipto
Berita Terkait
Mikrofon Bocor, Xi Jinping dan Vladimir Putin Terekam Ngobrolin Transplantasi Organ dan Kehidupan Abadi

Bertemu di Beijing, Rusia dan Korut Bakal Tingkatkan Hubungan Bilateral Bikin Program Jangka Panjang

Ketemu Kim Jong-un di China, Putin Berterima Kasih karena Prajurit Korea Utara Bertempur di Ukraina

Respons Pernyataan Trump, Moskow Sebut Rusia, China, dan Korut Tidak Berkomplot Melawan Amerika Serikat

China Pamer Kekuatan Militer dalam Parade Peringatan 80 Tahun Berakhirnya Perang Dunia II

Komentari Eks Marinir Jadi Tentara Bayaran, Dubes Rusia Sebut Pihaknya tak Lakukan Rekrutmen

Eks Marinir Satria Kumbara Bukan Direkrut, Rusia Tegaskan Konsekuensi Tanggung Sendiri

Ini Yang Akan Dibahas Dalam Pertemuan Trump dan Putin di Alaska

Pertama Kali dalam 500 Tahun Gunung Berapi Rusia Meletus, Ahli Sebut Terkait dengan Gempa Besar

Otoritas Kamchatka Umumkan Pencabutan Peringatan Tsunami
