Perahu Keramat Perayaan Peh Cun


Ritual memandikan perahu keramat di hari awal rangkaian perayaan Peh Cun, Senin (29/5). (Foto: MP/Arie Prijono)
Kisah tentang perahu keramat Peh Cun dimulai pada 1911. Saat itu, sebuah getek melintang di tengah sungai, tepat ketika perahu papak hijau dan merah sedang berlomba. Menabrak rakit, perahu papak hijau pun melompat dan jatuh persis di atasnya. Akibatnya, perahu papak hijau patah di tengah.
Perahu yang patah itu kemudian disimpan dan dijadikan satu dengan barang keramat yang sudah ada di tempat Lim Tian Tiang, tepatnya di Jalan Imam Bonjol 55, Karawaci. Tahun 1912, Boen Tek Bio membuat perahu papak merah yang baru.
Sudah menjadi tradisi di kalangan warga keturunan Tionghoa untuk melakukan upacara pemandian atau pencucian perahu kuno, yaitu sejak tahun 1800. Karena itulah, hingga kini masih diadakan ritual pemandian perahu-perahu yang dianggap keramat tersebut.
"Air dan kain pencuci perahu keramat ini diyakini membawa berkah bagi yang memilikinya. Itu sebabnya setelah acara pencucian, biasanya orang berebut mendapatkannya," ujar Oey Tjin Eng, salah satu sesepuh kelenteng Boen Tek Bio. Dari Jalan Imam Bonjol, upacara dilanjutkan dengan pencucian empat perahu keramat lainnya di kawasan Pemakaman Tanah Go Cap.
Perayaan Peh Cun dilakukan untuk menghormati Qu Yuan (Koet Guan) alias Khut Peng (340-278 SM). Beliau adalah seorang tokoh besar patriotik di negeri Tiongkok masa lampau. Ia wafat di Sungai Bek Lo. Mengenang Khut Peng, perayaan ini bertujuan memupuk sifat patriotisme dan solidaritas sesama manusia.
Di Tangerang sendiri, Peh Cun sudah dirayakan sejak 1910. Sebelumnya, Peh Cun diadakan di Jakarta, tetapi kemudian dipindahkan karena sungai-sungai di Jakarta telah berubah dangkal. Keadaan Sungai Cisadane yang cukup luas pun memenuhi syarat untuk tempat diadakannya Peh Cun, dengan lomba dayung perahu sebagai acara utamanya.
Istilah Peh Cun berasal dari kata pe liong cun, yang artinya mendayung perahu naga. Motif naga memang sudah menjadi ciri khas perahu untuk festival ini. Haluan bermotif kepala naga, sementara buritannya bermotif ekor naga. Orang-orang kemudian menyingkatnya menjadi peh cun.
Namun, nama perayaan sebenarnya adalah Toan Ngou Cek atau hari raya bulan kelima. Perayaan ini memang jatuh setiap bulan kelima menurut perhitungan kalender Imlek.
Tahun ini, Perayaan Peh Cun (Phe Tjoen) di Tangerang sudah dimulai Senin (29/5) malam kemarin. Agenda hari pertama yaitu pembacaan keng atau doa, sembahyang Samkay, dan pemandian perahu Peh Cun, bertempat di Pendopo Peh Cun, Tanah Go Cap, Karawaci. Perayaan akan berjalan selama 4 hari, yakni pelaksanaan ritual pada Senin-Selasa (29/5-30/5) dan lomba dayung perahu pada Sabtu-Minggu (3/6-4/6).
Jika tertarik menonton adu dayung perahu ini, Anda dapat datang ke Toapekong Air, Jalan Kali Pasir (pinggir Sungai Cisadane) dari sekitar pukul 09.00.
Baca juga artikel mengenai Perayaan Peh Cun lainnya di sini: Kisah Perayaan Peh Cun: Kenang Menteri Tiongkok Kuno yang Bunuh Diri.
Bagikan
Berita Terkait
Peringati Hari Penglihatan Dunia Rohto Bagikan 1.200 Kacamata Gratis bagi Anak Sekolah

Piddle Hidupkan Kembali Semangat Musik Agresif di Tangerang Lewat Mini Album 'Step Up!!'

Pelaku Teror Bom 2 Sekolah Internasional Tangerang Masih Diburu, Siswa Tetap Belajar Saat Kejadian

Pelaku Teror Bom 2 Sekolah Internasional Tangerang Minta Tebusan US$ 30 Ribu

Ribuan Warga Terkena Ispa Akibat Pembakaran Lapak Limbah Ilegal, Virus dan Bakteri Dapat Menular

Tol Bogor–Serpong via Parung Segera Dibangun, Bakal Habiskan Dana Rp 12,3 Triliun

Progres MRT Jakarta Sampai Tangerang Masih Tahap Hitung-hitungan dengan Swasta

Groundbreaking Pembangunan Cluster Allurea Perumahan Premium Dekat Bandara Soekarno-Hatta

4 Langkah Pemkab Tangerang Hadapi Bencana Alam Akibat Cuaca Ekstrem

Tabung Gas hingga Kompor Disita dari TKP, Polisi Butuh 4 Hari untuk Pastikan Penyebab Ledakan di Pondok Cabe Pamulang
