Pengamat Ungkap Sejumlah Cara Agar ‘Prahara’ Partai Golkar Tak Menimpa Partai Politik Lain
Pengamat Kebijakan Publik Achmad Nur Hidayat / dok Pribadi
MerahPutih.com - Mundurnya Airlangga Hartarto dari posisi Ketua Umum Golkar akibat dugaan persoalan internal dan eksternal berpotensi terjadi pada partai politik lain.
Pengamat kebijakan publik Achmad Nur Hidayat menilai fenomena ini memberikan pelajaran penting bagi partai-partai lain untuk mengevaluasi dan memperkuat struktur strategi kepemimpinan mereka.
“Tujuannya tidak mengalami nasib serupa (Ketua Umum Partai mundur tiba-tiba),” kata Achmad kepada wartawan di Jakarta dikutip Selasa (13/8).
Menurut Achmad, untuk memastikan stabilitas dan keberlanjutan partai, diperlukan langkah-langkah strategis yang melibatkan pemilihan pemimpin kuat dan independen. “Ditambah juga penerapan kebijakan yang sesuai dengan aspirasi konstituen,” ujar Achmad.
Baca juga:
Selain itu, penting bagi partai untuk menegosiasikan posisi mereka dalam koalisi dengan tegas dan menghindari dominasi pihak lain yang dapat mengikis otonomi partai.
“Kolaborasi yang strategis dengan partai-partai lain juga menjadi kunci untuk membangun aliansi yang saling menguntungkan tanpa kehilangan identitas dan prinsip-prinsip dasar partai,” jelas Achmad.
Ekonom dari UPN Veteran Jakarta ini menuturkan pemilihan pemimpin yang memiliki integritas tinggi dan mampu mengambil keputusan secara mandiri adalah kunci utama untuk menjaga stabilitas dan kekuatan partai.
Partai-partai harus memastikan proses pemilihan internal yang transparan dan demokratis. “Semua kader memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan suara mereka,” ungkap Achmad.
Baca juga:
Selain itu, calon pemimpin harus disaring berdasarkan kapabilitas, rekam jejak, dan visi yang sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi partai.
Untuk memastikan kesiapan menghadapi tantangan kepemimpinan, partai perlu menyediakan pelatihan dan pengembangan yang berkelanjutan bagi calon-calon pemimpin. Langkah ini tidak hanya memperkuat internal partai saja, tetapi memastikan bahwa pemimpin yang terpilih memiliki dukungan yang solid dari kader.
“Agar dapat bertindak sesuai dengan kepentingan partai tanpa terpengaruh oleh tekanan eksternal,” imbuh Achmad.
Achmad meyakini soliditas kader merupakan pondasi yang penting bagi setiap partai politik. Untuk menghindari situasi seperti yang dialami oleh Airlangga, partai harus meningkatkan keterlibatan kader dalam proses pengambilan keputusan dan memastikan komunikasi yang efektif antara pusat dan daerah.
Baca juga:
Airlangga Mundur dari Posisi Ketum Golkar, Ridwan Kamil: Dinamika Partai, Hal yang Lazim
Dengan adanya keterlibatan aktif dari kader, partai dapat memastikan bahwa aspirasi dan masukan dari bawah terakomodasi dengan baik.
Membangun sistem komunikasi internal yang efektif juga penting untuk menjaga alur informasi yang baik dan mengurangi potensi konflik internal.
“Soliditas kader yang kuat akan memastikan partai tetap kokoh dan siap menghadapi berbagai tantangan politik,” tutup Achmad. (knu)
Bagikan
Joseph Kanugrahan
Berita Terkait
Bupati Lampung Tengah Ardito Wijaya Terjaring OTT KPK, Golkar Hormati Proses Hukum
Golkar Solo Bakal Gelar Tasyakuran Soeharto Jadi Pahlawan Nasional
Bahlil Lahadalia Minta Soeharto Jadi Pahlawan Nasional, Ungkit Peran Transmigrasi dalam 'Menjodohkan' Suku Jawa dan Papua
Idrus Marham Yakin Bahlil Setia ke Prabowo Meski Dihujat di Media Sosial
Kritik Terhadap Bahlil Lahadalia Dinilai Sudah Kebablasan dan Menyerang Personal Tanpa Berlandaskan Fakta, Golkar Siap Tempur?
Ketum Bahlil Lahadiala Bagikan 610 Ribu Paket Sembako Peringati HUT Ke-61 Partai Golkar
Golkar Nilai Wacana Soeharto Jadi Pahlawan Nasional Sebagai Hal Wajar, Era Orde Baru Resmi Dihormati Negara?
Bahlil Tolak Tunduk Narasi Negatif, Golkar Klaim Publik Lebih Cerdas Menilai
Klarifikasi Pernyataan Atalia Praratya soal Dana Pesantren, Golkar Tegaskan Tak Ada Larangan APBN untuk Ponpes
Perpres 79 Tahun 2025 Dinilai Jadi Bukti Komitmen Prabowo untuk Lanjutkan Pembangunan IKN