Pengamat: Penyerang Pastor di Medan Bekerja Sendiri


Pastor Albert S.P, korban teror bom Gereja Katolik Santo Yosef di Jalan Dr Mansur, Medan, Sumatera Utara, Minggu (28/8). (Foto Ist)
MerahPutih Nasional - Pelaku penyerangan pastor dan rencana peledakan bom di gereja Santo Yosep di jalan Dr Mansyur, Medan minggu lalu bergerak sendiri atau istilahnya, lone wolf. Aksi terorisme model ini semakin sering dijumpai dan pemerintah diminta untuk proaktif menanggulangi.
“ Saya yakin, pelaku penyerangan IAH ke pastor dengan membawa perangkat bahan peledak itu adalah inisiatifnya sendiri yang terinspirasi internet, bukan di-setting aparat. Buat apa aparat men-setting kejadian itu,” kata pengamat terorisme, Wawan Purwanto kepada media, Jumat (2/8). Menanggapi berbagai pemberitaan yang sengaja ditiupkan oleh beberapa pihak soal keterlibatan aparat dalam peristiwa itu.
Menurut Wawan, IAH masuk pada katagori lone wolf yaitu pelaku sebagai pemain tunggal.
“Saya yakin dia belajar dari internet dan dia mengumpulkan bahan, dan belajar merakit. Memang tidak menutup kemungkinan dia berhubunan dengan orang lain yang men’drive’ dia,” katanya.
Menurutnya, pihak ketiga itulah yang memicu IAH yang masih belia unntuk melakukan penyerangan kepada pastor.
Wawan mengingatkan bahwa dalam keseharian, IAH menunjukkan keanehan-keanehan.
“Dari sikap-sikapnya sehari-hari, dia sudah menunjukkan keanehan-keanehan. Misalnya dia bersalaman dengan orang lain dengan memakai sarung tangan dan tidak mau bersentuhan langsung. Belum lagi dalam kehidupan sehari-hari, dia menunjukkan keanehan,” kata Wawan melanjutkan.
Pada pendalaman pihak kepolisian yang dilakukan terhadap IAH dan beberapa saksi, pelaku memang menunjukkan banyak keanehan dalam kepribadiannya, semisal seringnya mengurung diri di kamar. Dalam sehari memang keluar, tapi kemudian mengurung diri lagi di kamar.
“Itu adalah ciri-ciri bahwa dia terkontaminasi dengan hal-hal berbau radikal dan terorisme,” kata Wawan.
Wawan memang mengakui bahwa pengaruh radikalisme yang berasal dari internet adalah border lack (kurangnya pembatasan) .
“Itu adalah border lack dan agak sulit ditanggulangi. Selama ini setiap akun radikal yang ditutup, akan muncul lagi nama dan akun lain yang juga radikal. Selalu begitu,” kata Wawan.
Menurut Wawan, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) harus lebih progresif menutup akun-akun radikal itu dengan rekomendasi dari pihak berwenang seperti Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
“Pemerintah sebaiknya jangan memberi peluang bagi akses radikal itu untuk tumbuh subur di kalangan generasi muda Indonesia. Begitu muncul, tutup lagi, muncul lagi, tutup lagi, begitu terus agar radikalisme tidak tidak bisa tumbuh subur. Yang repot kan karena mereka mendownload konten-konten itu dari luar negeri. Maka pemerintah dalam hal ini Kemenkominfo harus proaktif menutup. Sebagai bangsa berdaulat, kita harus memproteksi diri,” kata Wawan.
Karena itu, menurut Wawan, peran keluarga sebagai salah satu sarana proteksi dari pengaruh radikalisme sangat sentral dan penting.
BACA JUGA:
Bagikan
Berita Terkait
Apa Itu Makar? Ini Penjelasan dan Sejarahnya di Dunia

Menag dan Ketua DMI Hadiri Peresmian Masjid Raya Baitul Mukhtar BSD City

785 Korban Terorisme Telah Terima Kompensasi Dari Negara, Tertinggi Rp 250 Juta

ASN Kemenag Jadi Tersangka NII, Wamenag Minta Densus 88 Tidak Gegabah Beri Label Teroris

Oknum ASN Ditangkap karena Terlibat Terorisme, Pengamat: Kemenag ‘Lalai’ dalam Tangkal Ideologi Radikal

Oknum ASN Ditangkap karena Terlibat Terorisme, Kementerian Agama janji Berikan Hukuman Berat

ASN Kemenag dan Dinas Pariwisata Aceh Ditangkap Densus 88 Antiteror Polri

Natalius Pigai Siapkan UU Baru Pasca Insiden Perusakan Rumah Ibadah Kristen di Padang

[HOAKS atau FAKTA]: Australia Berikan Dana Khusus untuk Umat Kristen dan Gereja di Indonesia
![[HOAKS atau FAKTA]: Australia Berikan Dana Khusus untuk Umat Kristen dan Gereja di Indonesia](https://img.merahputih.com/media/90/0a/0c/900a0cc4f6d98118127f946351fa8135_182x135.jpeg)
Terungkap, Penghubung Teroris dengan Penyedia Dana dan Logistik Selama Ini Bersembunyi di Bogor
