HUT Kopassus

Pengamat Militer: Tak Relevan Lagi Ungkit Pelanggaran Masa Lalu Kopassus

Eddy FloEddy Flo - Senin, 16 April 2018
Pengamat Militer: Tak Relevan Lagi Ungkit Pelanggaran Masa Lalu Kopassus

Jerry Indrawan Pengamat Militer dari Universitas Paramadina (Foto: Screenshot youtube.com)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MerahPutih.Com - Dibalik segudang prestasi Komando Pasukan Khusus (Kopassus) tersimpan aib yang dinilai mencoreng citra pasukan elit Angkatan Darat (AD) tersebut.

Pelanggaran HAM masa lalu korps baret merah disebut menjadi catatan hitam masa lalu yang tak pernah tuntas hingga saat ini.

Pembunuhan, penculikan aktivis, hingga penembakan misterius menjadikan Kopassus kerap berhadapan dengan aktivis HAM.

Pertanyaannya, masih relevankah mengaitkan Pelanggaran masa lalu Kopassus dengan kondisi terkini?

Pengamat militer Jerry Indrawan dalam wawancara dengan merahputih.com menilai, tidak lagi relevan mengaitkan hal tersebut. Pasalnya, di zaman orde baru, TNI menjadi alat politik pemerintah saat itu dengan Dwi fungsi ABRI.

"Kalau dikomparasi dengan yang dulu memang beda ya, ada Dwi fungsi ABRI, dulu TNI jadi alat politik pemerintah," kata Jerry saat dimintai keterangan, Senin (16/4).

Pasukan Kopassus
Anggota Kopassus sedang berbaris (Foto: tni.ad.mil.id)

Pasca orba, kata dia, TNI mulai berbenah, TNI mulai menampilkan wajah profesinalismenya sebagai tentara rakyat.

"Kalau TNI atau Kopassus disebut melanggar HAM di zaman dulu itu gak apple to apple. Sama halnya, KPK mengurusi korupsi zaman dulu era Soekarno, ngapain, buka lembaran lama. Aturannya berbeda, karena beda aturan mainnya. Apalagi itu politik ya," tukas dia.

Karenanya, dia berharap di HUT ke-66, Kopassus harus semakin cerdas melihat tantangan di masa depan. Tidak terjebak lagi dalam posisi keberpihakan terhadap elit politik tertentu.

Selain itu, TNI juga harus diberi payung hukum dalam menghadapi kondisi non perang, karena era modern ini TNI tak melulu harus diberikan tugas pertahanan semata, lebih dari itu Tentara harus diberi porsi dalam mengatasi perang bersifat modern yaitu, Proxy war dan perang yang bersifat asimetris.

"TNI sudah cerdas lah. Kita lihat tantangan kedepannya sudah gak relevan lagi mengaitkan Pelanggaran masa lalu itu. Justru TNI harus dikasih aturan main baru, Kalau ada aturannya kan jelas," kata Jerry.

Dalam perang modern, keterlibatan tentara menjadi sangat dibutuhkan, tak hanya untuk operasi militer akan tetapi juga untuk operasi non militer.

Tentara merupakan instrumen penting untuk menjaga keamanan dan pertahanan selain kepolisian di era perang modern terkini.

Terkait hal itu, pengamat militer Jerry Indrawan menilai, TNI harus terlibat dalam perang modern. Bahkan, mau tidak mau harus terlibat. Karenanya, TNI harus diwadahi UU agar dapat bergerak lebih leluasa.

"Yang harus dibenahi itu menurut saya bukan Kopassusnya tapi masalahnya belum ada UU yang bisa membuat TNI bisa menghadapi perang modern, proxy war dan perang asimetrik. Selama ini dibebankan kepada polisi," kata Jerry.

Komandan Grup I Kopassus
Letkol Inf Vivin Alifianto saat menerima panji (Foto: kopassus.mil.id)

UU Terorisme contohnya, dia mengatakan TNI tidak punya aturan kuat yang mengatur itu. Padahal, aturan internal TNI menyatakan salah satu tugas non perang adalah memberantas terorisme dan separatisme.

"UU terorisme gak jadi-jadi. Padahal dalam UU TNI dari 14 operasi non perang adalah salah satunya memberantas terorisme dan separatisme. Posisi TNI punya UU tapi negara tidak mengatur itu. Artinya negara harus membuat UU itu. Bukan mengatur lagi, sehingga TNI bisa masuk dalam tugas itu," imbaunya.

Selama ini, lanjut dia, menjadi sangat dilematis ketika peran TNI khususnya Kopassus dalam memberantas terorisme hanya ada dilapisan bawah saja. Contohnya Babinsa.

Padahal, secara struktural Babinsa merupakan kepanjangan tangan pihak TNI.

Pasukan Kopassus di Papua
Beberapa Pati TNI mengenakan seragam Kopassus (Antara Foto)

"Kalau gak dibikin justru tumpang tindih. Karena dalam praktik di lapangan densus butuh peran TNI contoh Babinsa, misalnya mau nangkap ini kan butuh Babinsa. Jadi kalau tidak diwadahi, nanti kalau ada apa-apa TNI lagi disalahin karena tidak ada aturannya, pelanggaran HAM lagi. memang dilema," kata dia.

Untuk itu, dia menilai sudah saatnya penanggulangan keamanan dalam negeri, khususnya penanganan aksi terorisme dan separatisme ikut melibatkan TNI. Siapa yang meragukan kehebatan satuan anti teror Gultor 81 Kopassus TNI AD.

"Regulasi sebetulnya (dibenahi), dinegara kita belum ada UU. Kalau perang jelas TNI punya UU pertahanan itu. Kalau operasi selain perang negara belum mengatur itu," pungkasnya.(Fdi)

Baca juga berita lainnya dalam artikel: HUT Ke-66, Kopassus Harus Paham Perang Gaya Baru

#Kopassus #HUT Kopassus #TNI AD
Bagikan
Ditulis Oleh

Fadhli

Berkibarlah bendera negerku, tunjukanlah pada dunia.

Berita Terkait

Indonesia
Aksi KSAD Jenderal Maruli di Atas Artileri Berat, Sukses Tembak Jatuh Drone Musuh
Jenderal Maruli tepat menembak jatuh drone yang disimulasikan sebagai pesawat musuh menggunakan senjata berat artileri pertahanan udara.
Wisnu Cipto - Jumat, 31 Oktober 2025
Aksi KSAD Jenderal Maruli di Atas Artileri Berat, Sukses Tembak Jatuh Drone Musuh
Indonesia
Unhan Bawa 165 Mahasiswa Lihat Langsung Skuadron Anti Kapal Selam dan Pesawat Logistik Cepat Demi Kuasai Dinamika Peperangan Modern
Tema utama Study Visit ini adalah 'Strategi Pembangunan Kekuatan Penerbangan TNI Angkatan Laut dalam Melaksanakan Tugas Mengamankan dan Menegakkan Kedaulatan dalam Perspektif Peperangan Asimetris."
Angga Yudha Pratama - Sabtu, 25 Oktober 2025
Unhan Bawa 165 Mahasiswa Lihat Langsung Skuadron Anti Kapal Selam dan Pesawat Logistik Cepat Demi Kuasai Dinamika Peperangan Modern
Indonesia
Mahasiswa Magister Pertahanan Unhan RI Rasakan Sensasi Langka Terbang Bareng Pesawat Patroli Maritim CN-235
Mahasiswa juga mendapatkan tour facility di Pangkalan Udara AL Juanda
Angga Yudha Pratama - Sabtu, 25 Oktober 2025
Mahasiswa Magister Pertahanan Unhan RI Rasakan Sensasi Langka Terbang Bareng Pesawat Patroli Maritim CN-235
Indonesia
DPR Ingatkan Pentingnya AI dan Cyber Defense untuk Fungsi Pertahanan Modern di Tubuh TNI
Nurul mengusulkan agar pemerintah melengkapi peralatan siber yang memadai
Angga Yudha Pratama - Sabtu, 11 Oktober 2025
DPR Ingatkan Pentingnya AI dan Cyber Defense untuk Fungsi Pertahanan Modern di Tubuh TNI
Indonesia
Komisi I DPR Siap Kawal OMSP TNI di UU Baru, Tolak Dwifungsi dan Fokus Tugas Siber
Nantinya, UU yang baru ini menambahkan dua tugas baru
Angga Yudha Pratama - Kamis, 09 Oktober 2025
Komisi I DPR Siap Kawal OMSP TNI di UU Baru, Tolak Dwifungsi dan Fokus Tugas Siber
Indonesia
TNI Diperbantukan Kawal MBG, DPR Ungkap Pentingnya Kolaborasi Alat Negara dalam Mendeteksi Masalah dan Antisipasi Keracunan
Itu memang bukan tupoksinya, tapi mereka akan maksimal
Angga Yudha Pratama - Kamis, 09 Oktober 2025
TNI Diperbantukan Kawal MBG, DPR Ungkap Pentingnya Kolaborasi Alat Negara dalam Mendeteksi Masalah dan Antisipasi Keracunan
Indonesia
Prabowo Dorong Meritokrasi di TNI: Kualitas Kalahkan Senioritas, Perwira Junior Berprestasi Berpeluang Pimpin Jabatan Strategis
Sementara, pendekatan meritokrasi ini akan menjadikan proses seleksi lebih objektif dan akuntabel
Angga Yudha Pratama - Senin, 06 Oktober 2025
Prabowo Dorong Meritokrasi di TNI: Kualitas Kalahkan Senioritas, Perwira Junior Berprestasi Berpeluang Pimpin Jabatan Strategis
Indonesia
Jangan Sampai Terjebak Macet! Dishub DKI Siapkan Skema Rekayasa Lalu Lintas di Sekitar Monas Saat HUT TNI
Rangkaian kegiatan utama dipusatkan di Monas, termasuk penempatan alat utama sistem persenjataan (alutsista) di ruas Jalan Medan Merdeka Utara
Angga Yudha Pratama - Jumat, 03 Oktober 2025
Jangan Sampai Terjebak Macet! Dishub DKI Siapkan Skema Rekayasa Lalu Lintas di Sekitar Monas Saat HUT TNI
Indonesia
Daftar Puluhan Kereta Jarak Jauh yang Akan Berhenti Luar Biasa di Stasiun Jatinegara Buntut HUT TNI
KAI Daop 1 Jakarta mengimbau seluruh calon penumpang untuk memeriksa kembali jadwal keberangkatan KA dan menyesuaikan lokasi naik atau turun
Angga Yudha Pratama - Jumat, 03 Oktober 2025
Daftar Puluhan Kereta Jarak Jauh yang Akan Berhenti Luar Biasa di Stasiun Jatinegara Buntut HUT TNI
Indonesia
Mata Prajurit Diminta Beri Tatapan Tajam ke Prabowo Saat HUT TNI
Setelah meninjau pasukan, Jenderal Agus bersama jajarannya melanjutkan pemantauan terhadap seluruh rangkaian gladi bersih
Angga Yudha Pratama - Jumat, 03 Oktober 2025
Mata Prajurit Diminta Beri Tatapan Tajam ke Prabowo Saat HUT TNI
Bagikan