Siswa Negeri Aing Mesti Mandiri saat Live-In
Siswa harus mandiri. (Foto: Unsplash/michael-baron)
KULIAH Kerja Nyata (KKN) adalah masa mahasiswa belajar, berbaur, dan mengabdi pada masyarakat. Biasanya terjadi pada mahasiswa semester akhir. Tapi apa jadinya kalau masa KKN justru dirasakan sama anak-anak Menengah Atas atau Kejuruan. Pasti beda cerita.
Masa “KKN” di SMA lebih akrab disebut Live-in. Sebelum mengikuti program ini orang tua sudah diberitahu oleh sekolah risiko dan ketentuan lainnya yang akan dihadapi siswa. Oleh karena itu, untuk kamu yang mungkin berkesempatan mengikuti Live-in setelah pandemi, persiapkan beberapa hal ini, antara lain:
Baca juga:
1. Sediakan perlengkapan secukupnya, pakai yang memang sangat dibutuhkan
Tidak perlu membawa banyak perlengkapan, cukup yang dibutuhkan saja. Pakaian ganti, peralatan mandi, dompet, dan buku catatan adalah perlengkapan yang wajib dibawa. Untuk makanan dan minuman, lebih baik beli di perjalanan, sehingga tidak memberatkan beban tas.
Makanan dan minuman seperti roti dan botol air minum sekali pakai diperbolehkan saat awal perjalanan dari kota asal ke pusat desa. Hal ini perlu dilakukan sebab ada kemungkinan kamu membawa pulang oleh-oleh dari desa.
2. Rajin mendengarkan petuah orang tua angkat, dan catat hal-hal menarik di Desa tujuan
Kamu akan punya orang tua angkat saat live in. Mereka ialah pemilik rumah di desa kamu menetap. Mendengarkan petuah orang tua angkat adalah hal yang akan sering kamu dengarkan saat sampai di rumah tempat tujuan live-in. Intinya, setiap rumah memiliki norma tersendiri, kendati jarak cukup berdekatan.
Oleh karena itu, yang tidak suka mendengarkan arahan orang tua di rumah, harus siap-siap. Sebab, wejangan orang tua angkat selama live-in pasti akan sering kamu dengar.
Medan di desa berbeda dengan lingkunganmu sehari-hari. Petuah orang tua angkat akan sangat membantu kamu untuk beradaptasi dengan medan di sana.
Selanjutnya, saat di dusun (bagian dari Desa), jangan lupa hal-hal menarik yang ditangkap oleh matamu. Meskipun terkesan biasa, lebih baik catat, siapa tahu berguna untuk pembuatan laporan.
Kamu bisa menyamakan catatanmu dengan teman sekamarmu misalkan ada hal yang tertinggal. Jadi, tidak ada alasan mengatakan tidak ada hal yang menarik di rumah tempat kamu tinggal ataupun pusat desa.
3. Ingat waktu dan jadwal pertemuan yang tertera di buku petunjuk
Perbedaan signifikan antara pedesaan dan perkotaan adalah jumlah jam di dinding. Di kota, setiap rumah pasti memiliki jam minimal satu di setiap ruangan, sedangkan di desa, minimal satu jam dinding untuk setiap rumah. Itupun terpasang di satu ruangan saja. Oleh karena itu, kamu patut bersyukur bila mendapat orang tua angkat sebagai perangkat desa atau Kepala Desa.
Baca juga:
Belajar Pantang Menyerah Melalui Kisah Jatuh-Bangun Jerry Hermawan Lo
Karena jam dinding hanya satu di rumah, kamu harus pandai membagikan waktu antara bermain dengan teman sekolah, bekerja membantu orang tua angkat, atau menghadiri rapat penting.
Jangan lupa juga untuk mengecek jadwal pertemuan yang tertera di buku petunjuk. Karena itu, penting guna mengatur bagaimana kamu menjalani hidup ke depan bersama orang tua angkat, dan setidaknya memberi dia muka dihadapan kepala keluarga lainnya.
4. Perhatikan cara kerja orang-orang desa, lakukan, serta jangan lupa berhati-hati melangkah
Cara kerja orang-orang desa tak lepas dari menanam padi, atau berkebun di pekarangannya. Saat saya live-in, orang tua angkat saya adalah Kepala Dusun Semen. Dalam artian, dialah perwakilan Dusun Semen ke pusat desa. Dusun Semen bersama dusun-dusun lainnya, berada di lereng Gunung Merapi.
Jadi, jangan melakukan tindakan sembrono dan cukup ikuti langkah orang tua angkat. Baik itu saat mengecek kebun cabai, memanen buah nangka, memotong daun pohon pisang, atau sekedar mengambil makanan.
Di tempat saya live-in, ada norma bahwa makanan yang tertuang di piring harus dihabiskan. Jadi, harus cerdas mengatur pola makan supaya tidak kekenyangan di tengah hari. Jangan lupa untuk berhati-hati melangkah, terutama di pinggiran sawah. Jalanan yang kamu lewati dipakai banyak penduduk sana, bisa jadi rusak ketika kamu melangkah.
5. Tukar-tukaran kontak, ambil foto dokumentasi dan tulis laporan secara rinci begitu sampai rumah
Sebelum pulang, pastikan kamu mengucapkan salam perpisahan pada orang tua angkat yang mengasuhmu selama empat sampai lima hari live in. Kalau bisa, saling tukar kontak antara kamu dan orang tua angkat. Ambil foto dokumentasi seperti foto bersama keluarga angkat atau foto ekosistem tempat tinggalnya. Lalu, apapun bentuk oleh-oleh dari mereka, terima dengan hati terbuka.
Setelah istirahat cukup, manfaatkan waktu sebaik mungkin menulis laporan secara rinci. Selain riset di Mbah Google, bisa menggunakan catatan saat live-in. Tidak lupa saling bertanya antar teman sedusun untuk bertukar informasi yang menurutmu kurang. (bed)
Baca juga:
Pengakuan Bandar Kunci Jawaban Ujian Nasional Ngilmu di Negeri Aing
Bagikan
Berita Terkait
Berwisata Murah Dengan Naik KA Batara Kresna, Nikmati Alam danKuliner Dari Purwosari Sampai Wonogiri
DPRD DKI Protes Tarif Buggy Wisata Malam Ragunan Rp 250 Ribu, Minta Dikaji Ulang
Wisata Malam Ragunan, DPRD Minta Pemprov DKI Sediakan Alternatif Angkutan Murah untuk Warga
7 Alasan Hijrah Trail Harus Masuk Bucket List Petualangan di Arab Saudi
Polisi Sediakan WA dan QR Code untuk Laporan Cepat Gangguan Keamanan Hingga Kerusakan Fasilitas Umum
Night at the Ragunan Zoo Dibuka Hari ini, Harga Tiket Masuknya Mulai Rp 3.000
WNA Pengguna Kereta Api di Indonesia Tembus Setengah Juta, Yogyakarta jadi Tujuan Paling Favorit
Makanan Halal Magnet Utama Pilihan Liburan Muslim Indonesia
Aji Mumpung Banget ini, Seoul Tawarkan Paket Wisata dengan Kelas Tari 'KPop Demon Hunters'
Cara Ramah Pulau Jeju Ingatkan Wisatawan yang Bertingkah, tak ada Hukuman