Pengakuan Bandar Kunci Jawaban Ujian Nasional Ngilmu di Negeri Aing


Lika liku sang bandar kunci UN (Foto: MP/IFTINAVIA PRADINANTIA)
POPON, bukan nama sebenarnya, tak secemas teman-teman satu sekolahnya jelang Ujian Nasional (UN) pada enam tahun silam. UN kala itu menjadi momok bagi para siswa. Nasib tiga tahun ditentukan dalam tiga hari. Satu saja nilai tak memenuhi standar maka dinyatakan tidak lulus.
Beberapa siswa memilih mati-matian belajar sampai harus bimbingan belajar di luar sekolah ditambah les privat. Beberapa lain memilih pasrah dengan harapan dapat kunci jawaban atau menunggu contekan dari teman. Popon salah satu murid pasrah bukan karena nunggu contekan, atau mengharap bocoran soal, melainkan bandar kunci jawaban.
Popon tinggal di salah satu kota di Jawa Tengah mengaku beroleh kunci jawaban soal UN dari koneksinya. "Saudara, Pepeng (bukan nama sebenarnya), kerja di instansi terkait, megang kunci jawaban," ungkapnya mengisahkan kejadian beberapa tahun silam.
Popon kemudian ditawari Pepeng ikut pendistribusian kunci jawaban UN. Mulanya, ia hanya menjual kunci jawaban kepada teman-teman satu sekolahnya. "Di tahun pertama jualnya ke teman satu sekolah aja karena kami juga masih belum tahu tokcer enggak tuh kuncinya," jelasnya.
Selain Popon, ada sembilan teman lainnya berbeda sekolah ikut menyebarkan kunci jawaban tersebut di sekolah masing-masing. "Kami bersepuluh itu teman main rumah dan beda sekolah semua. Masing-masing bertugas untuk jadi perwakilan sekolahnya," tuturnya.

Ia mengungkapkan harga lima paket kunci jawaban dibanderol seharga Rp5 juta. Sementara ia menjualnya sebesar Rp6juta. "Buat anak sekolah mah lumayan deh untung sejuta," ucapnya.
Popon menjelaskan di sekolahnya, dalam satu angkatan, masing-masing kelas akan mengirim perwakilan untuk meminta kunci jawaban ke rumahnya. "Kunci jawaban itu baru keluar malam sebelum ujian. Jadi anak-anak pada ke rumah tengah hari buta. Beberapa bahkan nginap karena takut kebablasan".
Ujian hari pertama pun dimulai. Anak-anak sudah mengantongi kunci jawaban biasanya difotokopi perkecil. Mereka pun mengerjakan soal UN ditemani kunci jawaban. Mereka harap-harap cemas takut jika jawabannya berbeda sehingga berakibat niali UN jeblok.
Beberapa anak cukup pandai diminta mencoba menjawab sendiri lalu mencocokkan dengan kunci jawaban diberikan Popon. Dari hasil pencocokan tersebut terungkap kunci jawaban dari Popon benar. Akurasi jawaban mencapai 95 persen.

Teman-teman mengucapkan terima kasih banyak pada Popon. Ia menjelma bak pahlawan bagi teman-temannya. "Wah! Keluar kelas berasa artis aja pada ngerubungin. Ada sampai meluk erat banget cuma buat bilang makasih!" katanya tergelak.
Jelang hari kedua, persiapan Popon semakin matang. Ia memastikan pendistribusian kunci jawaban terorganisasi dengan baik. Teman-teman di lingkungan rumah lebih mudah lantas diberdayakan.
Mereka masih duduk di bangku kelas satu dan dua ditugaskan menjadi operator. "Teman-teman masih kelas satu, kelas dua kan pada libur tuh. Yauda mereka jadi operatornya deh. Tugasnya ngetik jawaban dan distribusiin jawaban ke sekolah-sekolah lain," terangnya. Hanya dengan menjadi operator saja mereka mendapatkan upah Rp500.000 dari Popon.
Lulus sekolah, bukan berarti kiprah Popon sebagai 'bandar kunci UN' terhenti. Ia dan beberapa temannya masih menjadi bandar kunci jawaban. Namun, kali ini ia mengakali saudara Pepeng jadi makelar kunci jawaban. "Kalau dulu pas kita masih kelas tiga masing-masing dari kita setor Rp5 juta. Setelah lulus kita ngakalin beli kunci untuk dua sekolah aja. Selanjutnya kita perbanyak sendiri dan jual ke sekolah lain," terangnya.

Popon pernah pindah-pindah domisili pun punya jaringan sendiri di sejumlah daerah. Ia menawarkan teman-temannya dari daerah lain untuk beli kunci jawaban melaluinya. "Ada dari Brebes, Pekalongan, Tegal, Slawi, dan Pemalang. Sebenarnya Cirebon juga bisa cuma karena gue takut soalnya beda enggak jadi deh," jelasnya.
Hanya dalam beberapa hari saja ia berhasil meraup keuntungan sebesar Rp100 juta! Dalam perjalanannya selama menjadi bandar kunci jawaban, ada saja tingkah orang-orang jadi "kliennya". Ada rela jadi donatur utama dari sekolahnya sehingga teman-teman seangkatannya enggak perlu beli kunci hingga menawarkan diri untuk bobo cantik bareng Popon.
"Malem sebelum ngambil kunci jawaban, ada beberapa anak minum-minum. Dalam keadaan hangover dua anak begituan depan gue dan nawarin gue buat gabung. Wah kacau sih itu!" jelasnya.
Sebagai kuncen, Popon dibilang cukup berdedikasi tinggi. Ia bahkan rela meninggalkan pacarnya saat itu jauh-jauh datang ke kotanya karena harus "mengawasi" proses pendistribusian kunci. "Waktu itu gue pacaran LDR. Suatu hari cewek gue sampai bela-belain nyebrang pulau demi ketemu. Sayangnya, waktunya enggak tepat, pas UN. Ia berharap gue ngabisin waktu bareng tapi enggak mungkin," ucapnya.
Ketika ditanya alasannya menolak untuk menemani sang kekasih ia menjawab dengan realistis. "Bayangin ada duit Rp100 juta depan mata lo. Ya kali mau nolak. Kapan lagi?"
Dapat uang Rp100 juta Popon muda langsung belagak bak Sultan. Semua barang diinginkannya tinggal tunjuk. "Wah dulu mah banyak gaya banget! Begitu nerima duit nih langsung beli motor, beli iPhone keluaran terbaru, dan semua sodara gue kasih duit!" urainya.
Praktik jual beli kunci jawaban tersebut hanya berlangsung beberapa tahun saja. Popon harus mengakhirinya karena harus bekerja di luar kota. Selain itu, "orang dalem" dikenal Pepeng sudah pindah bagian. "Kenalannya si Pepeng pindah enggak ngurusin begituan lagi," jelasnya.
Kini sang bandar kunci jawaban harus tutup buku. Ia telah mengakhiri petualangannya dan mulai menjalani hidup dengan normal. "Walaupun penghasilan biasa aja tapi tenang." (Avia)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Sekolah Ditargetkan Kembali Lancar di Rabu, 3 September 2025

Ikut Demo karena Ajakan di Media Sosial, Ratusan Pelajar dari Luar Jakarta Dihentikan Polisi saat Menuju Gedung MPR/DPR

Strategi Disdik DKI Cegah Siswa Ikut Demo, Pemberlakuan Belajar Jarak Jauh hingga Pengawasan Khusus pada Sekolah Rawan

Pemerintah Targetkan 12 Sekolah Garuda Rampung pada 2026, 4 Siap Beroperasi

Pelajar Indonesia Kesulitan Membaca Jam Analog, Kemampuan Numerasi Siswa Rendah
Fenomena Gunung Es, masih Banyak Anak di Jakarta yang Putus Sekolah

Negara Salurkan Rp 354,09 Buat Kebutuhan Hidup Anak Yatim Piatu, Diberikan ke Anak di Bawah 18 Tahun

Belasan Ribu Siswa Sekolah Rakyat Bakal Dapat Laptop Baru, Mensos Beri Jaminan Penting

Banyak Siswa Takut Cek Kesehatan Gratis, Dokter Spesialis Anak Sebut Peran Guru Diperlukan

Pendirian Sekolah Rakyat Dinilai Langkah Strategis Atasi Kemiskinan Struktural
