Penelitian: Seorang Pria Dikonfirmasi Dua Kali Terinfeksi Virus Corona


Seorang pria didapati dua kali terinfeksi Virus Corona (Foto: pixabay/piro4D)
SEORANG pria berusia 25 tahun dikabarkan terinfeksi dua kali Virus Corona pada awal tahun ini. Kabar tersebut dikonfirmasi para ilmuwan di Nevada, AS.
Temuan itu merupakan kasus pertama yang dikonfirmasi di AS dan menjadi kasus infeksi ulang kelima di seluruh dunia.
Baca juga:
Kisah Pekerja yang 'Dituduh' Positif COVID-19 di Tengah Maraknya Isu PHK
Kasus-kasus tersebut menegaskan bahwa pentingnya menjaga jarak sosial dan mengenakan masker, bahkan bila kamu sebelumnya sudah terinfeksi Virus Corona. Kasus itu pun menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana sistem kekebalan tubuh manusia bereaksi terhadap virus.

Menurut sebuah studi kasus yang diterbitkan di jurnal medis The Lancet, infeksi Virus Corona yang kedua kali pada pasien di Nevada terjadi sekitar enam minggu.
Pada awalnya pasien dinyatakan positif COVID-19 pada April, dan memiliki gejala batuk serta mual. Dia pulih kembali dan dinyatakan negatif COVID-19 pada Mei.
Namun, pada akhir Mei, pria itu pergi ke pusat perawatan darurat dengan gejala demam, batuk dan pusing. Mirisnya, pada awal Juni, pria itu dinyatakan positif kembali dan harus dirawat di rumah sakit. "Infeksi kedua secara gejala lebih parah dari yang pertama," tulis salah satu peneliti, seperti yang dikutip dari npr.org.
Meski gejala cukup parah, namun pasien dikabarkan selamat dari infeksi Virus Corona yang kedua. Ini merupakan kasus reinfeksi Virus Corona yang dikonfrimasi.
Seorang pasien di Ekuador juga menderita mengalami gejala lebih serius saat kedua kalinya terinfeksi COVID-19. Tapi para ilmuwan tidak yakin itu bisa terjadi. Secara teori, sistem kekebalan tubuh membuat antibodi usai infeksi pertama. Artinya, tubuh akan lebih efektif memerangi virus jika kembali terjangkit.
"Ada banyak alasan mengapa seseorang menjadi lebih sakit untuk kedua kalinya, mereka mungkin telah terpapar virus pada tingkat yang jauh lebih tinggi untuk kedua kalinya," Jelas Akiko Iwasaki, seorang profesor imunobiologi di Universitas Yale.
Baca juga:
Bill Gates Kecewa Sistem Tes COVID-19 di AS, Ini Penjelasannya

Akiko menjelaskan kekebalan dari infeksi pertama mungkin membuat penyakit lebih buruk atau lebih baik. Tapi, dia menekankan 'ini semua sangat spekulatif' karena para ilmuwan masih memiliki sedikit informasi tentang mekanisme yang berperan.
Salah satu pertanyaan terbesar yang belum terjawab ialah seberapa luas kemungkinkan terjadinya infeksi ulang. Sulit untuk memastikan kasus di mana seseorang terinfeksi dua kali. Ilmuwan harus memiliki hasil swab dari infeksi pertama dan kedua, untuk membandingkan genom dari kedua sampel virus.
Hanya rumah sakit dengan fasilitas laboratorium tercanggih yang memiliki peralatan dan personel untuk melakukan pengurutan genom dan menganalisis hasilnya. Akibatnya, sebagian kasus infeksi ulang kemungkinkan besar tidak terdeteksi.
Profesor Imunologi dari Imperial College London, Danny Altmann, mengatakan sekitar 90 persen orang yang pernah mengalami infeksi memiliki antibodi untuk melawan infeksi lain selama sekitar satu tahun. (ryn)
Baca juga:
Penelitian: COVID-19 Bisa Bertahan di Layar Ponsel Selama 28 Hari
Bagikan
Berita Terkait
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa

Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke

Iuran BPJS Kesehatan Bakal Naik, Alasanya Tambah Jumlah Peserta Penerima Bantuan Iuran
