Pembentukan Koalisi Dini Mengubah Tren di Pilpres 2024


Penandatangan nota kesepahaman Koalisi Indonesia Bersatu, di Jakarta, Sabtu (4/6). (Foto: Antara)
MerahPutih.com - Menghadapi Pemilu 2024, partai-partai sudah mulai bergerak mencoba membuat koalisi politik, untuk persiapan melaju di Pemilihan Presiden (Pilpres).
Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) menjadi koalisi parpol pertama untuk pilpres 2024 yang digagas oleh Partai Golkar, PAN, dan PPP.
Baca Juga:
Pilpres 2024 Diprediksi Berlangsung Ketat hingga Dua Putaran
Centre for Strategic and International Studies (CSIS) menyebut, koalisi dini yang dibentuk oleh sejumlah partai politik jelang Pemilu 2024 bisa menjadi kesempatan untuk mengenali preferensi pilihan masyarakat sebagai konstituen.
Peneliti Departemen Politik dan Perubahan Sosial CSIS, Edbert Gani Suryahudaya mengatakan, dalam konteks koalisi dini yang belakangan dilakukan partai politik merupakan inovasi politik pasca Reformasi.
"Koalisi dini membuka percaturan baru, mengubah trend politik ke depannya," ujarnya dalam diskusi virtual, Rabu, (8/6).
Dia menilai, keuntungan terhadap koalisi dini dengan waktu relatif panjang, dimanfaatkan untuk menyelaraskan politik ide gagasan.
Koalisi dini, kata dia, juga memiliki sejumlah tantangan, mulai keutuhan gagasan atau ide pencalonan. Tidak hanya di elite tapi juga sesuai pilihan kandidat yang harus selaras dengan pilihan di daerah.
Baca Juga:
Wacana Koalisi dengan PKS, Elite PKB: Ini Bisa Jadi Magnet Baru
Kepala Departemen Politik dan Perubahan Sosial CSIS, Arya Fernandes mengatakan, syarat untuk mencalonkan kandidat, gabungan partai harus memiliki 20 persen kursi di DPR atau mendapatkan 25 persen perolehan suara tetap pada pemilu sebelumnya.
"Oleh sebab itu, koalisi menjadi penting. Koalisi menjadi keniscayaan dan koalisi tidak bisa dilepaskan dalam proses kandidasi capres atau calon pemimpin dalam pemilu mendatang," kata Arya.
Menurut Arya, KIB dianggap koalisi dini yang sangat strategis dan sudah memenuhi syarat untuk mencalonkan kandidatnya pada pilpres mendatang.
"Kalau kita gabungkan pemerolehan suara ketiga partai ini sudah memenuhi persentasi kursi sebesar 25,7 persen," ujar Arya.
Alasan kedua, Arya menganggap KIB strategis adalah kandidat yang dicalonkan dari koalisi partai tersebut sudah mendapat kepastian untuk maju dalam pilpres mendatang.
Koalisi tersebut strategis karena sudah terpenuhinya syarat pendukungan, itu akan muncul kepastian pencalonan.
"Jadi bagi kandidat-kandidat capres itu ada kepastian untuk maju atau diusung oleh koalisi ini," kata Arya. (Knu)
Baca Juga:
Bagikan
Joseph Kanugrahan
Berita Terkait
Anies Punya Cucu Pertama, Ingin Dipanggil ‘Bang’ tapi Dilarang sang Istri

Pemilu Presiden Korea Selatan Digelar Selasa (3/6), Warga Antusias Datang ke TPS

Partisipasi Pemilih Awal Pilpres Korsel Capai 34,74 Persen, Perhatian Tertuju pada Hasil Pemungutan Suara Pekan Depan

Jadi Warga Negara yang Baik, J-Hope BTS Berikan Suara dalam Pemungutan Suara Awal Pilpres Korea Selatan

Pemungutan Suara Awal untuk Pilpres Korsel Dimulai, 6 Kandidat Bersaing

Han Duck-soo Mundur Sebagai Penjabat Presiden Korsel Demi Ikut Pilpres 3 Juni

Pengamat Sebut Gibran Berpeluang Jadi Lawan Prabowo di Pilpres 2029

Golkar Siap Dukung Prabowo 2 Periode, Tapi Tergantung Prabowo

Surat Suara Bekas Pemilu 2024 Laku Dijual Rp 210 Juta dalam Lelang Daring

Muzani Buka Motif KLB Gerindra Putuskan Prabowo Capres Pilpres 2029
