Palembang Kembali Dikepung Asap, Warga Terganggu

Tampak asap menyelimuti RSUP Muhammad Hoesin Palembang, Sabtu (9/11) (ANTARA/Aziz Munajar/19)
Merahputih.com - Kabut asap tipis hingga tebal kembali meliputi beberapa daerah di Sumsel terutama di Kota Palembang. Akibatnya, warga menjadi terganggu dan khawatir kebakaran lahan tidak kunjung padam.
Kabut asap menyelimuti sebagian Kota Palembang, Kabupaten Banyuasin, Kabupaten Ogan Komering Ilir dan Kabupaten Ogan Ilir, kabut asap mulai meningkat sejak Jumat seiring berkurangnya curah hujan.
Baca Juga
Kabut Asap di Palembang Paling Ekstrem Selama Musim Kemarau 2019
"Peningkatan kabut asap sudah diprediksi karena wilayah-wilayah sumber kebakaran hutan dan lahan belum terpapar hujan yang signifikan," ujar Kasi Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi SMB II Palembang, Bambang Beny Setiaji, Sabtu (9/11).
Berdasarkan pantauan laman resmi LAPAN, setidaknya terdapat 256 titik panas (hotspot) terdeteksi di Wilayah Sumsel selama 24 jam terakhir (Jumat-Sabtu), 98 titik di antaranya memiliki tingkat kepercayaan 80 persen merata di Kabupaten OKI.

Akibat kabut asap meningkat, kualitas udara di Kota Palembang kembali memburuk berdasarkan laman resmi BMKG, indikator konsentrasi PM10 mencapai 225,99 mikrogram/meter pada pukul 08.00 WIB, kemudian meningkat lagi ke 276,54 mikrogram/meter pada pukul 09.00 WIB, keduanya berstatus tidak sehat.
Menurut dia untuk asap kiriman di Kota Palembang berasal dari wilayah Kayu Agung, Cengal dan Pematang Panggang Kabupaten OKI, sedangkan untuk daerah lainnya memang berdekatan dengan lokasi karhutla.
Namun BMKG memperkirakan kabut asap di Kota Palembang akan kembali berkurang karena adanya potensi hujan pada 9 hinngga 11 November 2019, hujan diakibatkan melemahnya Badai Tropis Halong.
Baca Juga
"Melemahnya Badai Tropis Halong dan masuknya massa udara dari Laut Cina Selatan membuat kelembaban udara dan pasokan uap air cukup untuk pertumbuhan awan hujan," jelas dia dikutip Antara.
Kondisi tersebut bersifat fluktuaktif hingga aktifnya Monsoon Cina selatan atau Muson Barat dengan diiringi munculnya pusat tekanan rendah di belahan bumi selatan yang merupakan indikasi Musim Hujan di wilayah Sumsel. (*)
Bagikan
Angga Yudha Pratama
Berita Terkait
Biaya Padamkan Karhutla Mahal, Satu Menit Penerbangan Habiskan Rp 300 Juta

Operasi Terpadu Bikin Penanganan Karhutla Efektif, BNPB Siaga Sampai September 2025

Bongkar Rahasia di Balik Penurunan Drastis Karhutla Indonesia, Dari Jutaan Hektare Menjadi Ratusan Ribu Saja

Kemenhut Gelar Operasi Modifikasi Cuaca Tahap ke-3 Kendalikan Kebakaran Hutan dan Lahan di Riau

Kemenhut Segel 10 Perusahaan Diduga Bakar Lahan, 2 Diberi Sanksi Administrasi

Berbagai Daerah Rawan Karhutla di Kalsel, BMKG Minta Pemda Waspada Sampai 18 Agustus 2025

Peneliti IPB Ungkap Strategi Cerdas Tekan Karhutla dengan Padukan AI dan Keterlibatan Masyarakat

Presiden Prabowo Perintahkan Antisipasi Kebakaran Hutan dan Lahan Saat Kemarau Ini

Karhutla di Jambi Meluas, Menteri LH Perintahkan Pantau dan Jaga Lahan Gambut

Titik Panas di Kaltim Meningkat, Rata-Rata Harian di Atas 100 Titik
