Pakar Ekonomi Pangan: Data Pangan Tidak Konsisten


Petani menjemur jagung hasil panennya di Mranggen, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Selasa (3/11). (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)
MerahPutih Bisnis - Pakar ekonomi pangan Bustanul Arifin mengatakan sektor pertanian tidak hanya memikirkan untuk selalu bisa surplus. Sementara, data terkait pangan saat ini kurang valid, dan Menteri Pertanian sendiri menganggap agar bisa surplus tidak terpaku oleh data.
"Mungkin beda, saya akademisi bagaimana kiba bisa bilang surplus jika memang datanya gak bener. Bagi saya, data itu simbol yang amat sangat penting," kata Bustanul Arifin kepada merahputih.com, di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (28/11).
Ia menjelaskan, persoalan data pangan untuk tujuan kesejahteraan adalah hal yang paling sentral. Keakuratannya menentukan hasil analisis yang sempurna.
"Memang beda mungkin birokrasi sama akademisi, bagi kami datalah yang sentral. Bagaimana mungkin kita bisa menghasilkan kesimpulan yang baik jika datanya saja tidak benar. Menganalisis informasi yang salah hasilnya juga salah," tegas Bustanul.
Ia juga menyayangkan terhadap lembaga-lembaga yang memiliki data tidak akurat dan tidak konsisten. Tentu, lanjutnya, masyarakat juga harus ikut berpartisipasi dalam mengawasi dan memantau perkembangan data di lapangan.
"Saya sebagai pengguna data sangat terganggu kalau datanya tidak konsisten. Saya memantau setiap hari perkembangan data, terasa sekali jika ada yang aneh yang anomali. masyarakat harus tetap sensitif terhadap hal-hal ini," tutupnya.
Sementara itu, kemarin (27/11), pihak Kementerian Pertanian melalui Direktur Jenderal Tanaman Pangan Hasil Sembiring menyatakan, data pangan yang dilakuakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) mengawur dan tidak sesuai dengan validitas di lapangan. "Hal ini, sangat berbahaya," kata Hasil. (dit)
BACA JUGA:
Bagikan
Berita Terkait
Bantah Rumor Kelangkaan, Pramono Anung Pastikan Stok Pangan Aman Hingga Akhir Oktober

Harga Beras Berikan Kontribusi Inflasi Terbesar Kelompok Pangan Setelah Bawang Merah

Ketahanan Pangan Jadi Prioritas, Prabowo Siapkan Rp 164 Triliun di RAPBN 2026

Menko Pangan Sentil Lambatnya Penyaluran Beras SPHP, Minta Perbanyak Bazar

Lapangan Usaha Jasa Lainnya Alami Pertumbuhan Tertinggi, Pertumbuhan Ekonomi Kuartal 4,04 Persen

Toko Moderen di Solo Masih Jual Beras Oplosan, Dinas Kota Cuma Bisa Lapor ke Pemerintah Provinsi

Fenomena Rojali di Mall Nyata Adanya, BPS: Kelompok Kelas Menengah dan Atas Kini Lebih Irit

Alasan BPS Belum Adopsi Penghitungan Jumlah Penduduk Miskin Ala Bank Dunia

Penduduk Miskin Ekstrem Sebanyak 2,38 Juta, Garis Kemiskinan Rp 609.160 Per Kapita Per Bulan

Tingkat Konsumsi Antara Kaya dan Miskin di Indonesia Timpang, Kelas Menengah Ke Bawah di Perkotaan Makin ‘Ngirit’
