Orde Baru Dituding Berada di Balik Bangkitnya Isu SARA
Perhimpunan Nasional Aktivis 98 (PENA 98) dalam sebuah acara diskusi di Jakarta, Sabtu (6/5). (MerahPutih/Ponco Sulaksono)
Perhimpunan Nasional Aktivis 98 (PENA 98) menilai, menguatnya isu Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan (SARA) sebagai tanda kebangkitan kembali Orde Baru (Orba). Orba, dinilai kembali naik panggung dan kembali menggunakan cara yang sama seperti cara mereka 32 tahun berkuasa.
Sekjen PENA 98 Adian Napitupulu mengatakan, hari ini Reformasi sedang dirusak oleh kelompok-kelompok yang teridentifikasi sebagai bagian dari Orba.
Menurutnya, kelompok tersebut tak berjuang tapi justru menikmati manisnya buah Reformasi.
"Cirinya sederhana mereka menggunakan isu SARA, mengadu domba rakyat, mengintimidasi dan mengancam itu kan semua ciri-ciri Orde Baru," ujar Adian saat ditemui merahputih.com di Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (6/5).
Adian mengakui, Reformasi tidak bisa dikatakan berhasil 100 persen, namun tidak juga bisa dikatakan gagal 100 persen. Menurutnya, ada nilai-nilai baik yang sudah dijalankan dan tetap harus dipertahankan.
"Memang tidak sempurna, masih banyak kekurangan, masih banyak kelemahan, butuh kritik, koreksi dan perbaikan. Tapi jelas sangat jauh lebih baik dari zaman Orde Baru," tegas Adian.
Hari ini, kata Adian, Reformasi sedang diuji. Para penikmat Reformasi yang tak pernah berkeringat apalagi berdarah, terlihat menguasai panggung media dan merasa paling berhak atas masa depan Republik yang tidak pernah mereka perjuangkan.
"Tapi di sisi yang lain ada kelompok yang tidak rela Reformasi berjalan dengan baik. Mereka kita identifikasi sebagai bagian dari kekuatan lama yang merasa kepentingannya terganggu dan mereka ingin kembali berkuasa," tukasnya.
Lebih lanjut Adian menuturkan, mereka yang merupakan bagian dari Orba kembali muncul dan berbicara di mana-mana dan merasa paling mengerti terhadap rakyat yang sesungguhnya 32 tahun lebih mereka zalimi.
"Orde Baru datang dengan fitnah, menyebar adu domba, menyebarkan intimidasi, menyebarkan isu SARA. Mereka juga menyebar ketakutan dengan spanduk dan tulisan di dunia Maya," pungkas pendiri Forkot ini. (Pon)
Bagikan
Berita Terkait
Soeharto Jadi Pahlawan Nasional, Pimpinan Komisi XIII DPR Singgung Pelanggaran HAM Orde Baru
Golkar Nilai Wacana Soeharto Jadi Pahlawan Nasional Sebagai Hal Wajar, Era Orde Baru Resmi Dihormati Negara?
Langkah Prabowo Beri Abolisi dan Amnesti Ternyata 'Bangun Jembatan Retak' Order Baru, Lama dan Reformasi
Aksi Demo Koalisi Masyarakat Sipil Melawan Impunitas Geruduk Kementerian Kebudayaan
Prabowo Didesak Pecat Menbud Fadli Zon, Aktivis 98 Beberkan 3 Bukti Perkosaan Massal Bukan Rumor
Sebut Fadli Zon Lukai Hati Korban, Pdt Lorens Minta Perkosaan 98 Meskipun Sejarah Pahit Harus Diakui
Jelaskan Izin PT GAG Tidak Dicabut, Menteri Bahlil Singgung-Singgung Orba
Peringati 27 Tahun Reformasi, Aktivis 98 Pamerkan Tengkorak Korban Kekejaman Orba
Diskusi Publik dan Instalasi Seni Refleksi 27 Tahun Reformasi 1998
Sarasehan Aktivis Lintas Generasi Memperingati 27 Tahun Reformasi 1998