Ojung, Ritual Orang Madura Memanggil Hujan


Ritual Ojung untuk memanggil hujan.(foto: jawatimuran.disperpusip.jatimprov.go.id)
MERAHPUTIH.COM - SAAT musim kemarau tiba dan air menjadi sulit, orang Madura menggelar ritual Ojung. Ritual ini berupa permainan rakyat Madura yang berkembang di kawasan pantai utara bagian timur Pulau Madura, yaitu di Desa Aeng Merra, Kecamatan Batopote, Kabupaten Sumenep.
Permainan yang diiringi doa-doa ini dilakukan masyarakat sebagai persembahan meminta turun hujan. Ritual ini menjadi khas di Madura karena kawasan tersebut kering.
Untuk memainkan ritual Ojung, diperlukan dua orang pemuda atau lebih dengan jumlah yang seimbang atau disebut se sagan-ding (sebanding). Mereka nantinya akan saling pukul memakai ikatan rotan dengan perlengkapan perlindungan yang sederhana pada bagian tubuh yang vital.
Pemain Ojung dahulunya tidak dipilih, tapi mengajukan diri sebab memerlukan kesediaan diri sendiri. Usia para pemainnya sekitar 17 tahun ke atas, dan hanya terdiri dari para pemuda.
Baca juga:
Mereka ialah para pemuda yang sehat, tangguh karena sudah terlatih untuk bermain Ojung. Permainan tidak diperuntukan bagi perempuan karena ritual Ojung berbahaya. Para pemain akan tampil bertelanjang dada. Pemain juga dibekali alat pelindung kepala yang disebut bukot dari anyaman daun kelapa, kemudian dilapisi lagi dengan karung goni (rangkap satu) diikat dengan tali sehingga membundar dan di bagian muka diberi tali temali pelindung. Bagian muka akan terbuka untuk dapat melihat sasaran.
Bagian lengan kiri peserta dilapisi sarung untuk perisai perlindungan diri. Termasuk dililitkan pada bagian kemaluan untuk melindungan alat vital dari risiko terkena pukulan. Sebagai alat bertarung, peserta membawa alat pemukul yang terbuat dari ikatan beberapa batang rotan. Panjang alat pemukul tersebut sekitar 1 meter. Setiap peserta membawa alat pemukulnya sendiri, yang nanti diperiksa Babuto atau wasit. Babuto ialah sosok orang yang punya kekuatan magis yang mempu memimpin ritual Ojung ini.
Para pemain akan dikumpulkan di lapangan seluas 9 meter persegi sebagai arena. Setelah pemain memastikan keamanan dirinya, sang Babuto maju ke arena, memilih pasangan yang akan bertanding. Keduanya harus se seganding. Babuto membawa kedua pemain Ojung ke arena. Keduanya memberikan aba-aba duduk berjongkok berhadapan, dengan memegang alat pemukulnya sambil membaca doa.
Setelah itu, Babuto menyuruh kedua pemain berdiri sambil berhadapan. Sambil memberi nasihat, Babuto mengingatkan peserta mengenai peraturan-peraturan permainan, salah satunya tidak boleh memukul bagian wajah, termasuk menyerang mata lawan. Pemain tidak boleh mengikuti nafsu marah. Dalam permainan ini, tak ada yang kalah dan yang menang sebab tujuannya yakni rokkadda somor menta’ o jari (selamatan minta turunnya hujan). Barulah ritual dimulai.
Selama ritual berlangsung, Babuto memberikan ucapan-ucapan bersifat humor sehingga sering menimbulkan gelak tawa para penonton.Untuk menambah keseruan pemain, penampilan ritual ini diiringi gamelan yang disebut okol terus menggema.
Iringan musik ini sangat berpengaruh bagi ritual Ojung. Semakin mengema bunyi okol, makin semangat para pesertanya. Makin seru permainannya, makin tebal harapan penduduk desa tersebut akan terkabulnya permohonan mereka bahwa hujan akan segera turun, bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.(tka)
Baca juga:
Bagikan
Tika Ayu
Berita Terkait
Demi Percepat Pembangunan, Komisi V DPR Usulkan Pembentukan Badan Otorita Pengembangan Madura

Ibu-Anak Kurir Jaringan Madura Pasok Sabu ke Kampung Boncos Jakarta Barat

Dibayar Rp 15 Juta, Ibu-Anak Kurir Sabu Madura-Jakarta Terancam Vonis Mati

Muang Sangkal, Tarian Penolak Bala khas Madura

Pakaian Adat Pesa'an, Simbol Keberanian dan Kebebasan Masyarakat Madura

Menaruh Harap Kerukunan dalam Sajian Tajhin Ressem khas Madura Pontianak

Renyah Gurih Kerupuk Tette Khas Madura, Cocok Jadi Pelengkap Menu Makan

Segar dan Menyehatkan, Nikmatnya Wedang Kobbhu Khas Madura

Lorjuk, Kerang Kecil yang Jadi Kuliner Unik Khas Madura

Uniknya Kaldu Kokot Khas Madura
