Obat dan Vaksin Corona Belum Ditemukan, Masyarakat Harap Waspada


Jubir Corona, Achmad Yurianto memberikan keterangan kepada awak media di Jakarta (Foto;antaranews)
MerahPutih.Com - Juru bicara pemerintah penanganan Covid-19 corona Achmad Yurianto, memastikan belum ada obat dan vaksin yang digunakan untuk menyembuhkan pasien positif virus corona.
Menurut Yuri, beberapa negara memang tengah melakukan uji vaksin corona dan menggunakan obat HIV, Antiretroviral (ARV).
Baca Juga:
Antisipasi Penularan Corona, Keuskupan Agung Jakarta Tiadakan 'Salam Damai' dan 'Air Suci'
"Semuanya memberikan gambaran yang baik tapi masih belum jadi standar dunia," ungkap Yuri saat konferensi pers di Jakarta, Kamis (19/3).
Ia mengakui, secara definitif, obat yang pilihan untuk COVID belum didapatkan.
"Demikian juga dengan vaksin masih belum didapatkan," imbuh Yurianto.

Yuri berharap obat dan vaksi virus corona bisa segera ditemukan dan digunakan.
"Berita tentang ditemukannya obat atau vaksin masih kita tunggu. Mudah-mudahan bisa memberikan hasil dalam waktu enggak lama sehingga kita bisa gunakan itu bersama," jelas dia.
Yuri menjelaskan pasien positif virus corona bisa sembuh karena dipengaruhi faktor imun. Apabila imun pasien membaik maka kondisinya akan cepat sembuh.
"Hampir seluruh kasus yang sembuh didominasi faktor imun yang baik sehingga faktor ini yang menentukan kesembuhannya," jelasnya.
Yurianto mengungkapkan rapid test massal virus Corona yang nantinya akan diterapkan pemerintah akan dikonfirmasi dengan tes Polymerase Chain Reaction (PCR).
Tes PCR diterapkan kepada calon pasien yang memiliki gejala sakit sedang karena memiliki sensitivitas lebih tinggi.
"Sudah barang tentu di dalam self-monitoring atau pada saat rapid test massal ini kita temukan kasus positif, disertai gejala-gejala moderat, gejala-gejala sakit yang sedang, maka harus tetap dilakukan konfirmasi dengan menggunakan pemeriksaan PCR. Karena ini menjadi penting, PCR memiliki sensitivitas yang jauh lebih tinggi dibanding pemeriksaan rapid," terang Yurianto.
Rapid test massal dilakukan untuk meyakinkan seseorang terinfeksi virus Corona atau tidak. Bila terkonfirmasi terjangkit Corona, pasien akan dirawat di rumah sakit.
"Tetapi pemeriksaan rapid ini di dalam rangka untuk meyakinkan masyarakat, apakah dirinya tertular atau tidak. Apabila tertular, dimaknai bahwa dirinya harus dirawat di rumah sakit," ujar Yurianto.
Yurianto mengatakan rapid test dibarengi isolasi mandiri (self-isolation). Bila mengalami kondisi buruk, pasien tersebut akan dirawatinapkan.
"Tentunya rapid test ini akan juga diikuti di samping sosialisasi tentang self-isolation atau isolasi diri, juga akan diikuti dengan penambahan sarana rawat inap apabila memang pasien itu pada kondisi sakit sedang atau sakit berat," imbuh Yuri.
Ia meminta masyarakat untuk tidak menyelenggarakan kegiatan yang melibatkan banyak orang dan menyebabkan kerumunan untuk mencegah penyebaran virus corona
"Pertemuan yang mengumpulkan banyak orang yang tidak memungkinkan terjadinya pembatasan sosial, yakni berjarak minimal satu meter, maka besar kemungkinan terjadi penularan," ujar Yuri.
Baca Juga:
Imbas Pandemi Corona, Atlet NPC Asian Paragames Filipina Dipulangkan
Oleh karena itu, kata Yuri, penting untuk disadari bersama untuk tidak melaksanakan kegiatan yang mengerahkan banyak orang dan menyebabkan terjadinya kerumunan.
Yuri berharap penerapan pembatasan sosial harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pasien positif COVID-19 menjadi 309 orang, kemudian pasien sembuh menjadi 15 orang dan pasien yang meninggal sebanyak 25 orang.(Knu)
Baca Juga:
Pasien Positif Corona di RSUD dr Moewardi Solo Meninggal Bertambah 1 Orang
Bagikan
Berita Terkait
Kurikulum Baru untuk Bidan Diluncurkan, Kado untuk Hari Bidan Nasional 2025

Gerakan Berhenti Merokok Prioritaskan Turunnya Angka Perokok Pemula di Indonesia

Fase Pemulangan Haji Dimulai, DPR Minta Kemenkes Awasi Kesehatan Jemaah

COVID-19 Mulai Melonjak Lagi: Dari 100 Orang Dites, Sebagian Terindikasi Positif

Terjadi Peningkatan Kasus COVID-19 di Negara Tetangga, Dinkes DKI Monitoring Rutin

Waspada Varian COVID-19 XEC dan JN.1: Begini Perbandingan Tingkat Keparahannya

Kemenkes Keluarkan SE Kewaspadaan COVID-19 Buntut Kasus Negara Tetangga Naik

Kemenkes Diminta Perbaiki Komunikasi dengan Organisasi Profesi

Pemanfaatan Ganja Medis di Indonesia, BNN: Perlu Kajian dan Riset Mendalam untuk Pengobatan

Maraknya Kasus Pelecehan Seksual oleh Dokter, Wamenkes Sebut akan Terapkan Tes MMPI saat Proses Seleksi
