Kemenkes Respons Temuan Mikroplastik di Air Hujan Jakarta: Waspadai, Bukan Ditakuti
Ilustrasi hujan. (Foto: Pexels/Pixabay)
MerahPutih.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menanggapi laporan terbaru mengenai temuan partikel mikroplastik dalam air hujan di wilayah Jakarta. Temuan tersebut sebelumnya ramai dibicarakan publik karena dikhawatirkan berdampak pada kesehatan manusia.
Menanggapi hal itu, Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes, Aji Muhawarman, menegaskan bahwa keberadaan mikroplastik di air hujan tidak serta merta membuat air hujan berbahaya bagi kesehatan.
“Fenomena ini perlu diwaspadai, bukan ditakuti. Ini sinyal bahwa partikel plastik sudah tersebar sangat luas di sekitar kita,” ujar Aji dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (31/10).
Menurut Aji, paparan mikroplastik terhadap manusia dapat terjadi melalui dua jalur utama: Pertama melalui makanan dan minuman, seperti garam, seafood, dan air minum dalam kemasan. Kemudian melalui udara, karena serat sintetis dari pakaian atau debu perkotaan dapat terhirup.
Aji menjelaskan bahwa hingga saat ini belum ada bukti ilmiah yang kuat yang menunjukkan mikroplastik secara langsung menyebabkan penyakit tertentu.
“Tingkat paparannya pada populasi umum masih rendah dan terus menjadi fokus penelitian,” ujarnya.
Baca juga:
Air Hujan di Jakarta Terkontaminasi Mikroplastik, BRIN: Bisa Sebabkan Iritasi hingga Peradangan
Air Hujan di Indonesia Terkontaminasi Mikroplastik Tertinggi di Kota Jakarta
Meski begitu, Kemenkes mengimbau masyarakat untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan menjaga kebersihan lingkungan, guna menekan jumlah partikel plastik yang berpotensi mencemari udara dan air.
Aji juga menyarankan masyarakat tidak membakar sampah plastik, serta menggunakan masker saat beraktivitas di luar ruangan, terutama pada kondisi udara kering atau setelah hujan.
“Ini bukan karena air hujannya, tapi untuk mengurangi paparan debu dan polusi yang mungkin mengandung mikroplastik,” katanya.
Sebagai langkah pencegahan, masyarakat disarankan untuk membawa botol minum isi ulang, memakai tas belanja nonplastik, dan berpartisipasi dalam pemilahan sampah rumah tangga.
“Langkah kecil ini penting untuk menekan jumlah plastik di lingkungan dan mencegah terbentuknya lebih banyak mikroplastik di masa depan,” tutur Aji.
Baca juga:
Picu Hujan Mikroplastik, Wajah Pelaku Bakar Sampah Bakal Dipajang di Medsos DLH Jakarta
Mikroplastik sendiri merupakan partikel plastik berukuran kurang dari 5 milimeter hingga satu mikrometer. Karena sulit terurai, partikel ini dapat bertahan lama di lingkungan dan berpindah dari udara ke tanah hingga ke air.
Secara umum, mikroplastik terbagi menjadi dua jenis yakni primer atau partikel kecil yang memang dibuat sejak awal, seperti microbeads dalam produk kosmetik atau pembersih.
Kemudian ada mikroplastik sekunder, hasil pecahan dari plastik berukuran besar seperti kantong plastik, botol minum, atau jaring nelayan. (Knu)
Bagikan
Joseph Kanugrahan
Berita Terkait
BMKG Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem di Sumatera Utara 8-15 Desember, Simak Wilayah yang Berpeluang Diguyur Hujan dengan Intensitas Sangat Lebat
Prakiraan Cuaca BMKG Jakarta Minggu (7/12): Hujan Sore Hingga Malam Hari
Hujan di Wilayah Bogor Sejak Siang Bikin Debit Bendung Katulampa Sempat Naik dan Berada di Level Siaga 3
Prakiraan BMKG, 28 November 2025: Mayoritas Kota Besar Diguyur Hujan Ringan Sampai Sedang, Siap-Siap Payung dan Jas Hujan
Air Hujan Solo Terkontaminasi Microplastic, Pemkot Solo Lakukan Riset Mandiri
Prakiraan BMKG: Mayoritas Kota Besar di Indonesia Diguyur Hujan Ringan pada Kamis, 27 November 2025
Prakiraan BMKG: Hujan Guyur Sebagian Wilayah Jakarta pada Kamis, 27 November 2025 pada Sore hingga Malam
Prakiraan BMKG: Sebagian Besar Kota di Indonesia Diguyur Hujan Rabu, 26 November 2025
Air Hujan di Solo Terkontaminasi Microplastik, Bahayakan Kesehatan
Prakiraan BMKG: Sebagian Besar Kota di Indonesia Masih Diguyur Hujan, Lainnya Berawan Tebal pada Selasa, 25 November 2025