NASA Daur Ulang 98 Persen Urin dan Keringat Astronot di Ruang Angkasa

Andrew FrancoisAndrew Francois - Selasa, 27 Juni 2023
NASA Daur Ulang 98 Persen Urin dan Keringat Astronot di Ruang Angkasa

NASA kembangkan sistem filtrasi ai canggih. (Foto: YouTube/ScienceAtNASA)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

NASA telah mencapai kemajuan teknologi yang memiliki potensi penting untuk misi di Bulan dan sekitarnya di masa depan. Baru-baru ini, badan antariksa tersebut mengumumkan bahwa Environmental Control and Life Support System (ECLSS) di Stasiun Luar Angkasa Internasional dapat mendaur ulang 98 persen air yang dibawa oleh para astronot ke stasiun.

Secara konseptual, sistem ini beroperasi dengan cara yang mirip dengan Stillsuits yang digambarkan dalam karya Frank Herbert, Dune. Salah satu komponen dari ECLSS menggunakan "dehumidifier canggih" untuk menangkap kelembapan yang dihasilkan oleh kru stasiun saat mereka menjalankan tugas sehari-hari.

Ada juga subsistem lain yang disebut "Majelis Prosesor Urine" yang mengolah urine astronot melalui proses distilasi vakum. Menurut NASA, proses distilasi ini menghasilkan air dan air garam yang masih mengandung H20 yang dapat didaur ulang.

Baca juga:

Mengintip Spesifikasi Canoo, Mobil Listrik untuk Transportasi NASA

Cara kerja sistem filtrasi air oleh NASA. (Foto: YouTube/ScienceAtNASA)

NASA juga sedang menguji perangkat baru yang dapat mengekstrak air dari air asin yang tersisa. Berkat sistem ini, tingkat pemulihan air di ISS telah mencapai 98 persen, sedangkan sebelumnya hanya sekitar 93 hingga 94 persen dari air asin yang dibawa oleh astronot yang dapat didaur ulang.

Christopher Brown dari NASA, yang terlibat dalam pengelolaan sistem pendukung kehidupan di Stasiun Luar Angkasa Internasional, mengatakan bahwa ini merupakan langkah maju yang signifikan dalam evolusi sistem tersebut.

Menurutnya, jika ada 100 pon air di stasiun, hanya 2 pon yang hilang dan sisanya sebesar 98 persen terus didaur ulang. Hal ini merupakan prestasi yang luar biasa.

Baca juga:

NASA Bangun Sistem Pendaratan Astronaut di Bulan

Kamu mungkin merasa tidak nyaman dengan meminum air yang dulunya urine. Tapi tidak perlu khawatir. Jill Williamson, manajer subsistem air ECLSS NASA, menjelaskan bahwa proses ini sebenarnya mirip dengan sistem distribusi air di Bumi, hanya dilakukan di lingkungan mikrogravitasi.

Para astronot tidak minum air urine mentah, mereka minum air yang telah diambil kembali, disaring, dan dibersihkan sehingga lebih bersih daripada air minum di Bumi. Menurut Williamson, sistem seperti ECLSS akan menjadi sangat penting saat NASA melaksanakan lebih banyak misi di luar orbit Bumi.

Dengan memiliki sistem regeneratif yang andal dan kuat, pasokan air dan oksigen yang harus dikirimkan dapat dikurangi, sehingga memungkinkan peningkatan dalam sains dan penelitian yang dapat dilakukan dalam wahana peluncuran. Kru tidak perlu khawatir tentang pasokan tersebut dan dapat fokus pada tujuan sebenarnya dari misi mereka. (waf)

Baca juga:

NASA Tunda Lagi Peluncuran Artemis I hingga November 2022

#Sains #NASA
Bagikan
Ditulis Oleh

Andrew Francois

I write everything about cars, bikes, MotoGP, Formula 1, tech, games, and lifestyle.

Berita Terkait

Dunia
NASA Larang Warga Negara China Kerja di Program Antariksa, Antisipasi Tindakan Spionase
Beberapa kasus dugaan spionase yang melibatkan warga negara China juga muncul belakangan ini di AS.
Dwi Astarini - Kamis, 11 September 2025
NASA Larang Warga Negara China Kerja di Program Antariksa, Antisipasi Tindakan Spionase
Lifestyle
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia
Temuan ini akan membantu ilmuwan mencari pengobatan baru bagi manusia.
Dwi Astarini - Jumat, 15 Agustus 2025
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia
Lifestyle
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Artropoda disebut menjadi sumber makanan penting bagi burung dan hewan yang lebih besar.??
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Dunia
Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii
Pompeii setelah tahun 79 muncul kembali, bukan sebagai kota, melainkan sebagai kumpulan bangunan yang rapuh dan suram, semacam kamp.
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii
Lifestyle
Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar
Dikenal dengan nama NWA 16788, meteorit ini memiliki berat 24,5 kilogram.
Dwi Astarini - Kamis, 17 Juli 2025
Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar
Lifestyle
Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini
Gejala alergi tak lagi bisa dianggap sepele.
Dwi Astarini - Senin, 23 Juni 2025
Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini
Fun
Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!
Sebuah studi dari Concordia University mengungkap bahwa membagikan foto atau video hewan lucu di media sosial ternyata bisa memperkuat koneksi dan hubungan digital. Simak penjelasannya!
Hendaru Tri Hanggoro - Jumat, 13 Juni 2025
Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!
Fun
Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali
Strawberry Moon bukan berarti bulan berwarna merah muda. Simak fakta menarik tentang fenomena langit langka yang hanya terjadi setiap 18,6 tahun sekali ini.
Hendaru Tri Hanggoro - Kamis, 12 Juni 2025
Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali
Fun
Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif
Studi dari American Psychological Association temukan bahwa screen time berlebihan berkaitan dengan kecemasan, depresi, dan agresi pada anak-anak. Konten dan dukungan emosional juga berperan penting.
Hendaru Tri Hanggoro - Rabu, 11 Juni 2025
Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif
Dunia
Seniman Tak Mau Kalah dari Ilmuwan yang Temukan Olo, Ciptakan Warna Baru yang Disebut Yolo
Stuart Semple klaim ciptakan warna cat baru hasil eksperimen ilmiah.
Hendaru Tri Hanggoro - Sabtu, 26 April 2025
Seniman Tak Mau Kalah dari Ilmuwan yang Temukan Olo, Ciptakan Warna Baru yang Disebut Yolo
Bagikan