Mustafa, Sang Pawang Orangutan Liar yang Tuli Wicara


Orangutan yang berada di habitat aslinya di hutan-hutan di Pulau Sumatera. (Foto: Pexels/David Gonzales)
MUSTAFA penyandang tuli wicara sekaligus pawang orang utan di kawasan hutan Rawa Singkil. Hampir setiap hari Mustafa pergi ke hutan tersebut untuk menengok dan mengawasi orangutan liar yang tinggal di sana.
Melansir Kamibijak, dibutuhkan waktu sekitar 16 jam perjalanan dari kota Banda Aceh melewati pegunungan dan perbukitan untuk menuju Desa Rantau Gedang, Kabupaten Aceh Singkil. Kabupaten Aceh Singkil berada di paling ujung barat provinsi Aceh, perbatasan antara Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.
Baca Juga :
Mereka menyebut bahwa mereka adalah ‘ manusia rawa’ suku asli dari desa Singkil, yang katanya sudah mendiami wilayah tersebut sebelum Indonesia merdeka dan menghidupi kehidupan mereka dengan cara menjaring lele.
Di desa itu ada seseorang yang mendedikasikan dirinya sebagai pawang orangutan liar, dengan tatapan mata tajam, rambut panjang, kumis, dan brewok Mustafa memperkenalkan diri dengan menggunakan bahasa isyarat.
Mustafa juga memandu para wisatawan yang datang untuk masuk ke Rawa Singkil ditemani oleh Muriadi yang sehari-harinya merupakan seorang nelayan. Biasanya Muriadi ikut mendampingi untuk menjadi penerjemah Mustafa.
Rawa Singkil menjadi salah satu wilayah populasi orangutan sumatera di Aceh setelah Suaq Balimbing yang berada di Taman Nasional Gunung Leuser.
Baca Juga :

Dijuluki sebagai ‘pawang orangutan’ kemampuan Mustafa tidak perlu diragukan lagi, ia mampu memanggil orang utan liar di Rawa Singkil layaknya teman.
"Dulu, Si Mus sering datang membawa makanan seperti tebu dan lainnya. Kalau dia sudah datang, orangutan pasti merapat ke dia. Itulah uniknya Si Mus. Mungkin kalau kita yang teriak, orangutan malah kabur," ujar Muriadi.
Sebagai penyandang tuli wicara, Mustafa hanya mampu menyelesaikan pendidikan hanya sampai kelas enam sekolah dasar, dan ia pun tidak pernah belajar bahasa isyarat secara formal.
Tetapi keterbatasan yang dimiliki Mustafa menjadi kelebihan yang dimiliki sekarang. Sejak mulai masuk ke dalam hutan di tahun 2015, sudah ada sembilan orangutan yang dekat dengannya seolah teman akrabnya.(nmi)
Baca Juga :
Bagikan
Jurnalis Magang
Berita Terkait
Macan Tutul Kabur Dari Lembang Park and Zoo ke Gunung Tangkuban Parahu Bahayakan Nyawa Warga

Indonesia Kejar Status Zona Bebas PMK tanpa Vaksinasi dari Organisasi Kesehatan Hewan Dunia

Minta Hewan Peliharaan Dijadikan Pakan Predator, Kebun Binatang di Denmark Autokena Kecam

Kebun Binatang di Denmark Minta Hewan Peliharaan yang tak Diinginkan Dijadikan Pakan Predator

Peringati HUT RI ke-80 Pedro Hadirkan Rimba Orangutan Simbol Keberagaman Nusantara

Jangan Biarkan Hewan Peliharaan Tanpa Sistem Imun, Sudah Ada Pakan Premium Jadi Pilihan

Anggota DPRD Provinsi DKI Dorong Taman di Jakarta Ramah Hewan

Babi Viral Pejaten Gegerkan Warga! Begini Nasibnya Supaya Tak Ada 'Anak Babi' Susulan

Pemprov DKI Bakal Berikan Subsidi Hewan Saat Berobat, Bukan Iuran Seperti BPJS Kesehatan

Wacana soal BPJS Hewan, Francine PSI Minta Layanan Kesehatan Hewan Dipenuhi Terlebih Dahulu
