Minuman Isotonik Bukan untuk Kebutuhan Reguler
Minuman isotonik hanya untuk aktivitas berat. (Foto: Pixabay/926663)
IKLAN menyebutkan bahwa minuman isotonik dapat menggantikan cairan dalam tubuh. Memang benar minuman isotonik memiliki komposisi yang mirip dengan cairan tubuh. Kandungannya meliputi natrium, kalium, lorida dan magnesium.
Tujuan awal minuman isotonik ini adalah untuk para atlet yang kehilangan cairan tubuh karena aktivitas berolahraganya. Di barat, minuman isotonik sangat identik dengan olahraga hingga mendapat julukan sports drink karena manfaatnya yang bisa mengatasi dehidrasi setelah beraktivitas seharian.
Lalu kapan tubuh kita membutuhkan minuman isotonik? Dari laman Go Dok menuliskan, Dokter spesialis okupasi, Maya Setyawati mengatakan minuman isotonik sebaiknya hanya dikonsumsi saat melakukan aktivitas yang lebih berat daripada biasanya karena cairan yang keluar dari dalam tubuh otomatis akan lebih banyak.
Masih dari laman Go Dok, hal senada juga diungkapkan ahli diet Orlando Health di Florida, Amerika Serikat, menurutnya minuman isotonik hanya baik dikonsumsi sehabis melakukan olahraga berat dengan durasi lebih dari 1 jam. Karena pada situsi ini otot berisiko kram hingga pusing karena banyaknya cairan yang dikeluarkan.
Kemudian dari penelitian Oxford University pada sebuah acara marathon di Inggris yang memberikan minuman isotonik pada 50 pelari dan air putih biasa pada 50 pelari lainnya. Hasilnya membuktikan bahwa tidak ada manfaat yang signifikan pada kecepatan para atlet yang mengonsumsi minuman isotonik dibanding yang mengonsumsi air putih. Hal ini dapat dimaklumi, karena minuman merupakan pengganti cairan tubuh, bukan penambah energi.
Selain aktivitas berat, minuman isotonik dianjurkan untuk dikonsumsi saat sakit diare atau muntah yang seringnya mengakibatkan dehidrasi. Lalu bagaimana dengan orang yang suka mengonsumsi minuman isotonik walaupun tidak dalam keadaan beraktivitas berat atau sakit?
Menurut guru besar di bidang keahlian Imunologi-Farmakologi ITB, Prof. Andreanus Andaja Soemardji dari laman Go Dok mengatakan bahwa minuman isotonik tidak disarankan untuk dikonsumsi secara reguler atau terlalu sering. Ini dapat menyebabkan ginjal yang harus bekerja ekstra keras, dalam jangka waktu yang panjang akan berisiko terkena penyakit gagal ginjal.
Oleh karena itu jangan sembarangan mengonsumsi minuman isotonik. Berakibat pada gangguan kesehatan bila dikonsumsi secara reguler. (psr)
Bagikan
Berita Terkait
SDM Dokter belum Terpenuhi, Kemenkes Tunda Serahkan RS Kardiologi Emirate ke Pemkot Solo
Program Pemutihan BPJS Kesehatan Berlangsung di 2025, ini Cara Ikut dan Tahapannya
Prodia Hadirkan PCMC sebagai Layanan Multiomics Berbasis Mass Spectrometry
Senang Ada Temuan Kasus Tb, Wamenkes: Bisa Langsung Diobati
Momen Garda Medika Hadirkan Fitur Express Discharge Permudah Layanan Rawat Jalan
Cak Imin Imbau Penunggak Iuran BPJS Kesehatan Daftar Ulang Biar Bisa Diputihkan
23 Juta Tunggakan Peserta BPJS Kesehatan Dihapuskan, Ini Syarat Penerimanya
Trik Dokter Jaga Imun: Vitamin, Hidrasi & Tidur Lawan Penyakit Cuaca Ekstrem
Kejar Target, Cek Kesehatan Gratis Bakal Datangi Kantor dan Komunitas
Pengecekan Kesehatan Cepat kini Tersedia di Stasiun MRT Jakarta Dukuh Atas