Mike Pence ke Israel, HAMAS Serukan Strategi Perlawanan Baru
 Eddy Flo - Rabu, 24 Januari 2018
Eddy Flo - Rabu, 24 Januari 2018 
                Wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence mengunjungi Tembok Ratapan, di Kota Tua Yerusalem (ANTARA FOTO/REUTERS/Amir Cohen)
MerahPutih.Com - Kunjungan Wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence ke Israel mengundang reaksi beragam dari sejumlah kalangan di Timur Tengah khususnya Palestina. Pence yang datang membawa amanat Donald Trump terkait rencana perpindahan kedutaan Amerika Serikat dari Tel Aviv ke Yerusalem disambut seruan Gerakan Perlawanan Islam (HAMAS).
Kelompok pro kemerdekaan Palestina itu menyerukan semua komponen masyarakat duduk bersama membahas strategi baru Palestina menghadapi Israel dan sekutunya, Amerika Serikat.
Pemimpin HAMAS Ismail Haniyeh pada Selasa (23/1) dalam pidato televisi menekankan perlunya strategi baru menghadapi pengumuman AS dan Israel. Tujuannya yakni membicarakan masalah Palestina, meski selama ini HAMAS sering berbeda sikap dengan kebijakan pemerintahan Mahmoud Abbas.
"Kami siap pergi ke ibu kota mana pun untuk ikut dalam konferensi semacam itu, terutama di Ibu Kota Mesir, Kairo, sebagai lokasi perundingan damai Palestina," tambah Haniyeh.
Ismail Haniyeh sebagaimana dilansir Antara dari Xinhua, Rabu (24/1) menyatakan kunjungan Wapres AS Mike Pence ke Israel sempat mendapat penolakan dari anggota parlemen Knesset. Ia menambahkan bahwa pidato Pence di Knesset (Parlemen Israel) sehari sebelumnya "membuktikan Amerika Serikat memiliki persekutuan strategis dengan Zionis".
 
Seorang warga Palestina memindahkan ban terbakar saat bentrok dengan pasukan Israel (ANTARA FOTO/REUTERS/Mohamad Torokman)
Amerika Serikat "tak mempedulikan kepentingan dan ketentuan bangsa Arab dan umat Muslim", tambah Haniyeh.
Lebih lanjut, Ismail Haniyeh menuduh Pemerintah AS membidik "masalah utama Palestina" dengan mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel dan memangkas dana buat UNRWA, yang dibentuk pada 1949 sebagai lembaga bantuan dan pembangunan manusia buat pengungsi Palestina dan keturunannya.
Haniyeh memperingatkan, "Kondisi di Jalur Gaza sangat sulit." Sementara itu, kantor berita resmi Yordania melaporkan Yordania dan Palestina pada Selasa menegaskan kembali komitmen mereka bagi two state solution yang mengarah kepada berdirinya Negara Palestina Merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai Ibu Kotanya.
Janji tersebut disampaikan dalam satu pertemuan antara Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi dan Sekretaris Jenderal Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) Saeb Erekat.
Safadi menjelaskan kepada Erekat mengenai pertemuan antara Raja Yordania Abdullah II dan Wakil Presiden AS Mike Pence dan upaya yang dilancarkan guna menyelesaikan konflik Palestina-Israel dengan dasar penyelesaian dua-negara.
Pada gilirannya Erekat mengatakan PLO sangat menghargai dukungan Jordania buat rakyat Palestina dan hak sah mereka.(*)
Bagikan
Berita Terkait
OKI Kutuk Serangan Israel Tewaskan 100 Orang di Gaza, Langgar Gencatan Senjata
 
                      Presiden Lebanon Perintahkan Militer Balas Serangan Israel
 
                      PBB Kutuk Aksi Israel Bantai Anak-Anak Gaza Saat Gencatan Senjata
 
                      Dalam Semalam, Serangan Udara Israel Bunuh 60 Orang, Termasuk Anak-Anak di Gaza
 
                      Bahas Polemik Visa Atlet Israel dengan IOC di Lausanne, NOC Indonesia: Nasib Olahraga Indonesia Baik-Baik Saja
 
                      Israel kembali Gempur Gaza, Tuduh Hamas Langgar Gencatan Senjata
 
                      Kementerian Pertahanan Siapkan Langkah Awal Rencana Kirimkan Pasukan ke Gaza
 
                      Israel Kembali Serang Pasukan Perdamaian di Lebanon Selatan, Lontarkan Granat dari Pesawat Nirawak
 
                      Viral Warga Israel Diduga Punya KTP Indonesia, Begini Penjelasan Disdukcapil Cianjur
 
                      Desak Pemerintah Tak Gentar Ancaman IOC, DPR: Sikap Bela Palestina Jauh Lebih Bermartabat
 
                      




