Migrain Sulit Disembuhkan Total


Migrain sulit disembuhkan secara total.(foto: pexels-rdne-stock-project)
MERAHPUTIH.COM - MIGRAIN sangatlah mengganggu. Sayangnya, kondisi ini tak bisa dihilangkan sepenuhnya. Hingga saat ini, belum ada teknologi mutakhir yang diklaim mampu menghilangkan secara total terjadinya kondisi migrain pada penderitanya. Banyak penderita migrain kronis berharap kondisinya pulih total supaya dapat meningkatkan kualitas hidup yang bersangkutan.
Dokter spesialis neurologi Henry Riyanto Sofyan menjawab memang sulit untuk membuat penderita migrain sembuh total dari penyakit kepala ini. “Jadi hal yang pertama ialah saya katakan untuk menghilangkan sampai 0 ini sangat cukup sulit deh,” jelasnya dalam diskusi Migrain Bukan Nyeri Kepala Biasa via Zoom, Kamis (13/6).
Ia mengatakan, pada penderita dengan migrain kronis yang kekambuhannya terjadi 15 kali dalam sebulan, untuk benar-benar menghilangkan nyerinya hingga tidak tersisa bukan hal mudah. Makanya langkah awal yang biasanya dilakukan, kata Henry, ialah penanganan manajemen ekspektasi dulu.
“Bahwa targetnya ialah mengurangi frekuensi, intensitas. Penanganannya memaksimalkan (penderita) bisa bekerja karena yang paling utama itu dulu. Jadi itu nanti kita evaluasi secara berkala,” katanya.
Baca juga:
Henry menuturkan, dalam populasi penderita nyeri kepala migrain kronis, 30 persen di antaranya mengalami penurunan frekuensi migrain.
”Tapi kan kita enggak tahu apakah ini gejala pasien bisa hilang sendiri atau berkurang sendiri dengan keadaan yang ada pada pasien,” katanya.
Ia menyebutkan bahkan dalam satu kondisi migrain bisa hilang sendiri tanpa pemberian obat, tapi masalahnya bagaimana jika kondisinya muncul nyeri migrain hebat pada penderita. "Nyeri itu kan sangat hebat sekali jadi butuh terapi,” ucapnya.
Maka dari itu, kata dia, diberikan pengobatan kepada penderita. Tentunya, kata dia, dengan pengobatan yang sesuai dengan kebutuhan penderita migrain.
"Ada obat yang khusus, sepertinya ergotamin atau sumatriptan. Merek-merek obat yang lainnya itu kita evaluasi lagi. Ya, kita lihat apakah pasiennya bisa diberikan obat tersebut, apakah pasiennya ada alergi, apakah ada efek samping dari penggunaan obat,” katanya.(ayu)
Baca juga:
Bagikan
Tika Ayu
Berita Terkait
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa

Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke
