Merespons Lasem dalam Bingkai ‘Tridaya’


Sejumlah karya pada pameran foto Tridaya. (foto: istimewa)
TIGA rumah kuno di Kota Lasem menjadi ruang pamer sekitar 100 foto bertemakan ekonomi kreatif. Kota kecamatan yang merupakan bagian dari Kabupaten Rembang di pesisir pantai utara Jawa itu bak cawan yang pas bagi konsep merespons ruang yang ingin dihadirkan dalam pameran foto jurnalistik Tridaya.
Penyajian foto di tiga ruang pamer berbeda ini sejalan dengan konsep Tridaya, yakni cipta, rasa, dan karsa. “Akal sebagai dasar mekanisme beradaptasi manusia memicu tiga kekuatan atau tridaya yang ada dalam diri. Tiga mekanisme itu mewujud dalam cipta, rasa, dan karsa,” kata kurator pameran Ismar Patrizki.
BACA JUGA:
Lebih jauh ia menjelaskan cipta berhubungan dengan kekuatan pikiran untuk merancang atau membuat sesuatu. Rasa terkait dengan kekuatan hati manusia untuk merespons sesuatu, sedangkan karsa merupakan kekuatan spirit atau dorongan dalam diri manusia. “Tridaya inilah yang menjadi motor adaptasi manusia dalam berbagai situasi dan kondisi. Tak terkecuali seperti situasi pandemi saat ini,” imbuhnya.
Dengan konsep merespons ruang dalam bingkai tema Tridaya, pameran digelar di tiga tempat berbeda. “Tiap tempat punya subtema berbeda,” kata Ismar saat berbicara pada sesi live Instagram, Rabu (24/11).
View this post on Instagram
Ismar menjelaskan lokasi pertama di Rumah Merah Heritage menampilkan 10 foto cerita tentang Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia. Dengan konsep penyajian semidalam ruang, foto-foto cerita tentang geliat ekonomi kreatif di Tanah Air terangkum apik. Ada kisah kopi dari Minahasa, sepatu dan ukelele buatan lokal yang mendunia, kisah kain tradisi, hingga ikon wisata baru Labuan Bajo.
Sejauh 500 meter dari Rumah Merah Heritage, Rumah Karla 20 dipilih sebagai lokasi kedua yang menyajikan 55 foto mengenai ekonomi kreatif dan tradisi di Jawa Tengah selama pandemi COVID-19. Foto-foto kegiatan masyarakat dalam menjaga tradisi sekaligus mengembangkan ekonomi kreatif ditampilkan dengan konsep luar ruang.
Foto-foto yang dipamerkan di kedua tempat tersebut merupakan karya pewarta foto Kantor Berita ANTARA, termasuk tiga karya grafis.
Sementara itu, lokasi ketiga, yaitu di Museum Nyah Lasem, ditampilkan 21 foto mengenai keunikan dan pesona Lasem. Di museum yang berjarak hanya 200 meter dari Rumah Merah itu dipajang foto-foto karya anggota PFI Semarang dan perwakilan Yayasan Lasem Heritage. Tidak mengherankan jika gambar-gambar yang dipamerkan di lokasi ini lebih banyak menampilkan pesona Lasem sebagai kota kecil dengan sejarah panjang. Sebuah foto tulisan dinding rumah tua di kota itu memberikan makna mendalam mengenai kota yang berjuluk ‘Tiongkok Kecil’ ini.

‘Pindah omah luwih gampang timbang mindah kenangan’ (pindah rumah lebih mudah ketimbang memindahkan kenangan). Begitu bunyi tulisan di dinding itu. Memang benar adanya demikian. Kota Lasem punya pesona sejarah nan panjang. Kota ini menyimpan daya tarik sebagai kota pusaka silang budaya masa Hindu Buddha, Jawa, Islam, Tiongkok, Belanda, India, Yaman, dan Campa. Seluruh budaya itu kini telah melebur dan diwariskan turun temurun dari nenek moyang orang Lasem. “Tak dapat disangkal, Lasem merupakan kota yang menyimpan misteri dan harta karun berupa lanskap kota, bangunan, mitos, cerita rakyat, seni, tradisi, barang antik, motif batik, dan industri kreatif,” kata peneliti dan pengamat budaya Tionghoa Agni Malagina pada bagian pengantar pameran ini.
Agni mengisahkan ‘Kota Pusaka’ ini berkembang dari penghasil kayu dan pembuatan kapal terbaik pada masa Hindia-Belanda hingga menjadi pusat batik.
“Hindu-Buddha, Islam, dan Tiongkok merupakan tiga budaya yang melebur dengan budaya Jawa menjadi dasar perkembangan Lasem hingga kini. Ketiganya seperti Tridaya yang membentuk harmoni elok dalam setiap aspek kehidupan di kota ini,” kata Ismar.
Kekuatan pluralisme itulah yang mendasari pemilihan Kota Lasem sebagai tempat pameran foto kali ini. Selain itu, menurut Ismar, alasan lain mengenai pemilihan Lasem ialah keinginan untuk memperkenalkan dan memberikan edukasi mengenai pameran fotografi kepada masyarakat seluas-luasnya dan dapat dinikmati oleh seluruh kalangan masyarakat.
Penyelenggaraan pameran foto di Lasem juga merupakan bentuk dukungan terhadap rencana penetapan Lasem sebagai kawasan cagar budaya nasional. “Seiring dengan julukan ‘Rembang Kota Kreatif, peran komunitas diharapkan memperkuat identitas Kota Lasem menuju predikat kawasan cagar budaya nasional,” kata Agni.
View this post on Instagram
Pameran yang digelar sebagai hasil kolaborasi Perum Lembaga Kantor Berita ANTARA melalui Galeri Foto Jurnalistik Antara dan Redaksi Foto Kantor Berita ANTARA, Yayasan Lasem Heritage, dan Pewarta Foto Indonesia (PFI) Semarang ini membawa pesan toleransi antaragama, sebagaimana yang tecermin dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Lasem.
"Materi pameran sangat kontekstual dengan kondisi di Lasem saat ini. Berhubungan dengan ekonomi kreatif dan pariwisata budaya," kata Ketua Yayasan Lasem Heritage Gilang Surya Saputra. Pihaknya menyambut baik kegiatan kolaboratif tiga lembaga ini.
Menurut Gilang, ada pertukaran ilmu pengetahuan selama proses kegiatan persiapan berlangsung di Lasem. “Pengetahuan ini amat berguna sebagai salah satu upaya menjaga kelestarian kota lama Lasem," kata Gilang.
Pameran fotografi Tridaya akan berlangsung 25 November sampai 5 Desember. Selain bisa dikunjungi secara langsung, pameran foto ini juga bisa dinikmati secara virtual pada laman www.antarafoto.com. "Pameran foto Tridaya diharapkan dapat menjadi mesin imajinasi dan inspirasi bagi berbagai kalangan. Dengan tiga daya dalam diri, kita akan menyintas pandemi, menjaga warisan budaya leluhur ajeg," tutup Ismar.(Dwi)
Bagikan
Berita Terkait
Pameran Foto '1945' Resmi Dibuka di Monumen Pers Nasional, Tampilkan Jejak Sejarah Kemerdekaan Indonesia

Menilik Pameran Foto Bertajuk Rekam Jakarta 2025: Metamorph di Cemara 6 Galeri

Ruang Seni Portabel Pertama Hadir di Sudirman, Buka dengan Pameran ‘Dentuman Alam’
ArtMoments Jakarta 2025 Tampilkan 600 Seniman dan 57 Galeri, Angkat Tema 'Restoration'

Emte Rilis ‘Life As I Know It’, Rayakan Kesendirian lewat Pameran Tunggal

Pameran ‘PARALLELS’ di Ubud Art Ground Tampilkan Warisan Seni dalam Perspektif Kontemporer

Menjelajahi Emosi Lewat Lensa: Mikael Aldo Rilis Photobook ‘PROPHECY’

Menilik Pameran Seni Rupa Bertajuk Beyond Imagination di Gedung JDC Jakarta

Menilik Pameran Foto Pemenang Anugerah Pewarta Foto Indonesia 2025 di Loji Gandrung
