Menyusuri Jejak Para Wali di Tanah Condet


Komunitas Batu Akik Pandan, Condet, Jakarta Timur (Foto: MerahPutih/Noer Ardiansyah)
MerahPutih Budaya - Setiap kota di seluruh Indonesia tentu memiliki khazanah sejarah yang terus diceritakan secara turun temurun guna menjaga kelestariannya. Begitu pun dengan yang ada di kawasan Condet, Jakarta Timur. Bersama Komunitas Batu Akik Pandan, tim merahputih.com coba menelusuri beberapa tempat yang diduga menyimpan jalan cerita lintas dimensi dan juga generasi.
Bagi warga lokal apalagi masyarakat pendatang, tentu tidak akan asing dengan sungai Ciliwung yang berada di Condet. Pasalnya, di sepanjang jalur tersebut merupakan patilasan dari beberapa datu (leluhur sepuh) yang berasal dari pulau seberang, Makassar dan juga wali-wali yang hendak menyebarkan agama Islam.
"Di sepanjang kali Ciliwung Condet itu, banyak patilasan. Bahkan sama masyarakat dianggap tempat yang angker dan bertuah. Di jalur itu juga merupakan tempat wali ketika ingin tafakur dan menyebarkan Islam," jelas Firmansyah (32) warga Balekambang, Condet, Jakarta Timur (13/1).
Selaras dengan ucapan Firman. Ubay (56) atau biasa dipanggil Habib juga membenarkan kisah tersebut. Selain itu, beliau juga merupakan saksi hidup yang pernah berbagai macam kesaktian seorang datu ketika tahun 50-an.
"Iya benar. Bahkan, saya sendiri pernah melihat kesaktian seorang datu sewaktu masih kecil. Dan di sini, nama jalan yang digunakan semuanya itu ada nilai sejarahnya. Tidak sembarangan. Nama mereka diabadikan warga agar dapat dikenang," ucap Habib di rumahnya Jalan Amd II, Condet, Jakarta Timur (13/1).
Kisah Para Wali
Selain kisah sungai Ciliwung yang bertuah, ada lagi satu tempat yang diduga merupakan lokasi yang oleh Sunan Gunung Jati dijadikan tempat berkontemplasi.
"Namanya pohon keramat geroak. Letaknya di atas perkebunan. Itu patilasannya Sunan Gunung Jati. Orang luar banyak yang datang meminta. Kalau warga asli Condet, ga percaya dengan hal begituan," kata Habib.
Meskipun lokasi pohon keramat geroak sudah dibangun rumah oleh salah seorang warga. Namun tidak menyurutkan para pengunjung untuk berdoa. Dan hal tersebut sangat bertolak belakang dengan kebiasaan asli masyarakat sekitar.
"Banyak dari yang luar sampai dua hari. Lebih dari itu, ga akan ada yang sanggup. Berdasarkan dari para peziarah ada yang menyerah ketika melihat sosok pocong, kodok sebesar rumah. Kalau mau pembuktian, silakan saja. Nanti akan tahu sendiri, kok," jelasnya. (Ard)
Bagikan
Berita Terkait
Penanganan Banjir Ibu Kota, Pemprov DKI Segera Lakukan Pembebasan Lahan untuk Normalisasi Ciliwung

DPRD DKI Ingatkan Pramono jangan hanya Semangat di Awal saat Menata Sungai Ciliwung

Susuri Sungai Ciliwung, Gubernur Pramono: Tidak Cocok untuk Waterway

Gubernur Pramono Ingin Sungai Ciliwung Dijadikan Lokasi Malam Mingguan Warga

Sungai Ciliwung Meluap, Ratusan Warga Jakarta Timur Harus Mengungsi

Komisi III DPR Terima Masukan Pemred Media Massa terkait Larangan Liputan Sidang

Dianggap Jadi Pemicu Banjir Jabodetabek, Puluhan Vila di Puncak Disegel

Percepat Nomalisasi, Pramono Bakal Lakukan Pembebasan Lahan Sungai Ciliwung

Tiru Citarum, Cagub RK Bakal Bentuk Satgas Ciliwung dengan Konsep Pentahelix

Warga Condet Minta Cagub Ridwan Kamil Realisasikan Transportasi Air di Jakarta
