Menhut Raja Juli Kirim Eselon 1 ke Papua Redam Ketegangan Insiden Mahkota Cenderawasih
Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni. (Merahputih.com/Ismail)
MerahPutih.com - Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni menyampaikan permintaan maaf kepada masyarakat Papua atas tindakan pembakaran mahkota Cenderawasih oleh Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Papua dalam rangka penegakan hukum terhadap perdagangan satwa liar dilindungi.
“Atas nama Kementerian Kehutanan, saya mohon maaf agar apa yang terjadi ini menjadi catatan,” kata Raja Juli dalam kunjungan kerja Komisi IV DPR RI di Denpasar, Bali, Senin (27/10).
Menhut juga telah mengutus pejabat eselon satu Kementerian Kehutanan untuk berdialog langsung dengan Majelis Rakyat Papua (MRP) dan mahasiswa guna meredam ketegangan dan membangun pemahaman bersama.
Baca juga:
Kemenhut Minta Maaf Lukai Hati Rakyat Papua, Akui Salah Bakar Mahkota Cenderawasih
“Jadi agar hal ini tidak terjadi di Papua," imbuh menteri yang juga petinggi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) itu, dilansir Antara.
Pemusnahan Barang Bukti 54 Opset dan Mahkota Cenderawasih
Lebih jauh, Menhut menjelaskan secara hukum, pemusnahan barang bukti berupa ofset dan mahkota Cenderawasih adalah tindakan yang sah.
Namun, Raja Juli mengakui tindakan tersebut tidak mempertimbangkan nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Papua, sehingga menimbulkan ketersinggungan.
“Jika memperhatikan kearifan lokal, tindakan jajarannya tidak kontekstual yang mengakibatkan ketersinggungan masyarakat Papua,” tandas orang nomor satu di Kemenhut itu.
Baca juga:
Ketua Adat La Pago Minta Rakyat Papua Jangan Terprovokasi Insiden Pemusnahan Mahkota Cenderawasih
Sebelumnya, BBKSDA Papua telah membakar sebanyak 54 opset dan mahkota burung Cenderawasih dalam acara pemusnahan barang bukti perdagangan satwa liar yang dilindungi pada Senin (20/10) lalu.
Masyarakat Papua Kecewa
Aksi ini memicu kekecewaan masyarakat Papua. Gubernur Papua Mathius Fakhiri menegaskan pentingnya menjaga dan menghormati nilai-nilai budaya lokal, termasuk Mahkota Cenderawasih, yang selama ini menjadi simbol kehormatan masyarakat adat setempat.
"Mahkota Cenderawasih merupakan simbol budaya dan dipakai dalam acara adat, sehingga harus dihormati," kata Mathius, Jumat pekan lalu.
Baca juga:
Pedalaman Tambrauw, Surga Burung Cenderawasih di Papua Barat
Kementerian Kehutanan (Kemenhut) sendiri telah minta maaf kepada masyarakat Papua, tokoh adat dan Majelis Rakyat Papua (MRP), atas insiden tersebut.
"Kami menyampaikan permohonan maaf atas timbulnya kekecewaan dan rasa terluka yang dirasakan oleh masyarakat Papua. Kami memahami bahwa mahkota Cenderawasih bukan sekadar benda, melainkan simbol kehormatan dan identitas kultural masyarakat Papua," kata Dirjen KSDAE Kemenhut Satyawan Pudyatmoko di Jakarta, akhir pekan lalu. (*)
Bagikan
Wisnu Cipto
Berita Terkait
Menhut Raja Juli Kirim Eselon 1 ke Papua Redam Ketegangan Insiden Mahkota Cenderawasih
Ketua Adat La Pago Minta Rakyat Papua Jangan Terprovokasi Insiden Pemusnahan Mahkota Cenderawasih
Kemenhut Minta Maaf Lukai Hati Rakyat Papua, Akui Salah Bakar Mahkota Cenderawasih
Rute Gerilya Undius Kogoya Bos KKB Intan Jaya Sebelum Meninggal di Wandai
Kecam Kekerasan dalam Demo di Jayapura, DPR: Ungkap Aktor Intelektual
DPR Kecam Pembakaran Sekolah oleh KKB di Papua, Minta Pemerintah Harus Ambil Langkah Tegas
Pesawat Smart Air Tergelincir di Lapangan Terbang Tiom, Papua, tak Ada Korban Jiwa
Prabowo Lantik Komite Eksekutif Percepatan Pembangunan Papua, DPR: Peningkatan SDM Jadi Prioritas
Velix Wanggai Tegaskan Percepatan Pembangunan Papua Butuh Konsolidasi dari Pusat hingga Daerah
4 Jasad Korban Longsor Freeport Diterbangkan ke Jakarta, Termasuk 2 Ekspatriat