Menghitung Jumlah Black Hole di Alam Semesta


Black hole adalah wilayah ruang-waktu yang sangat padat dan memiliki tarikan gravitasi yang sangat kuat. (Unsplash Jacob Granneman)
PARA ilmuwan selalu percaya bahwa jumlah black hole yang ada di alam semesta ini tidak terhitung. Namun, sebuah penelitian baru telah menyebutkan jumlahnya. Black hole terus memesona para astrofisikawan di mana-mana, tetapi para peneliti tidak pernah mencoba menghitung berapa jumlahnya di seluruh alam semesta. Kini para peneliti percaya setelah mereka tahu berapa banyak black hole bintang yang mereka hadapi dan jumlah tersebut tidak masuk akal.
Menurut laman SciTechDaily, black hole adalah wilayah ruang-waktu yang sangat padat dan tarikan gravitasinya begitu kuat sehingga cahaya pun tidak dapat menghindarinya. Hal itu membuat sulit untuk melihatnya dengan kamera dan hanya dapat dideteksi saat mengamati pergerakan bintang-bintang di dekatnya atau ketika gravitasinya sedang melemparkan material seperti gas atau debu ke piringan di sekitarnya.
BACA JUGA:
Sebuah penelitian baru oleh mahasiswa Alex Sicilia, yang dibimbing Prof Andrea Lapi dan Dr Lumen Boco dari SISSA PhD bersama dengan kolaborator internasional lainnya menyimpulkan bahwa ada sekitar 40 kuintiliun black hole di alam semesta yang dapat diamati.

Angka 4 yang diikuti oleh sembilan belas angka 0 merupakan nomor yang membingungkan kebanyakan orang. Sebuah artikel yang diterbitkan dalam The Astrophysical Journal mengatakan studi tentang black hole bermassa bintang telah menemukan bahwa mereka menyumbang sekitar 1 persen dari semua materi biasa atau baryonic.
Para peneliti menggunakan pendekatan komputasi baru untuk mengukur jumlah black hole dengan menggunakan kode evolusi bintang dan biner SEVN yang dikembangkan peneliti SISSA Dr Mario Spera. Setelah itu, untuk menghitung jumlahnya, tim menggabungkan model tentang bagaimana pasangan bintang tunggal dan biner berevolusi dan berapa banyak yang sudah berubah menjadi black hole.
Menurut tim, hasil itu akan membantu para peneliti lebih memahami bagaimana black hole bermassa bintang dapat berevolusi menjadi black hole supermasif. Namun, perlu dicatat bahwa penelitian ini hanya menghitung jumlah black hole, bukan seluruh alam semesta alias hanya di wilayah yang 'dapat diamati'.

Masalah lain yang diselidiki para peneliti ialah berbagai 'saluran pembentukan black hole dengan massa yang berbeda, seperti bintang yang terisolasi, biner, dan cluster'. Dalam penelitian tersebut, para peneliti bekerja sama dengan Dr Ugo Di Carlo dan Prof Michela Mapelli dari University of Padova.
Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa black hole bermassa bintang terbesar biasanya tercipta dengan menabrak black hole yang lebih kecil di dalam gugus bintang. Teori tersebut sejalan dengan data gelombang gravitasi yang dapat diamati pada tabrakan black hole. Sekarang para peneliti ingin menghitung jumlah black hole massa menengah dan black hole supermasif di masa depan. (frs)
Bagikan
Berita Terkait
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia

Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim

Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii

Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar

Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini

Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!

Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali

Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif

Seniman Tak Mau Kalah dari Ilmuwan yang Temukan Olo, Ciptakan Warna Baru yang Disebut Yolo

Ilmuwan Klaim Temukan Warna Baru yang Disebut Olo, Dianggap Bisa Bantu Penyandang Buta Warna
