Uang Sekolah di Institut Le Rosey Mencapai Rp1,8 miliar


Institut Le Rosey dikabarkan merupakan sekolah termahal di dunia (Foto: facebook/Institut le rosey)
INSTITUT Le Rosey dikabarkan sebagai sekolah termahal di dunia. Untuk bisa bersekolah disini orangtua harus mengeluarkan uang sebesar USD 130 ribu atau sekitar Rp1,8 miliar selama satu tahun per siswa.
Negara-negara di Eropa merupakan rumah bagi sejumlah sekolah paling mahal dan eksklusif di dunia. Setidaknya, terdapat 10 sekolah di Eropa yang biaya tahunannya lebih dari USD 75 ribu atau sekitar Rp1 miliar, namun yang termahal Institut Le Rosay.
Baca Juga:

Institute Le Rosey merupakan sekolah asrama tua dan terkenal dengan daftar alumni yang mengesankan. Bahkan, ada sebutan bahwa Le Rosey dikenal sebagai 'sekolah para raja'. Seperti Raja Juan Carlos dari Spanyol, Raja Fuad II dari Mesir, Raja Albert II dari Belgia, Syah Iran, Aga Khan, dan Putri Marie-Chantal dari Yunani.
Le Rosey telah mendidik sejumlah keluarga paling terkenal di Eropa selama lebih dari satu abad. Tidak ayal bila Institut Le Rosey memiliki biaya kuliah tahunan lebih dari Rp1,8 miliar per siswa.
Sekolah tersebut didirikan pada tahun 1880 oleh Paul Carnal. Institut Le Rosey adalah satu-satunya sekolah asrama dengan dua kampus, kompleks yang luas di Le Rolle, di Tepi Danau Jenewa.
Sekolah itu dilengkapi dengan kolam renang ukuran Olimpiade, lapangan tenis, lapangan tembak, pusat berkuda, dan gedung konser senilai Rp753 miliar, dan kampus musim dingin di Gstaadt, tempat para siswa menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk bermain ski di sore hari.
Meski memiliki fasilitas yang mengesankan, perbandingan guru dan siswa 150 guru per 420 siswa. Setiap kelas rata-rata memiliki kurang dari 10 siswa. Ini untuk memastikan setiap siswa mendapat perhatian yang layak. Lembaga pendidikan ini hanya menerima keturunan paling cerdas dari keluarga terkaya di dunia atau hanya 10 persen mahasiswa dari satu negara.
Baca Juga:
Dari 420 tempat yang tersedia untuk siswa berusia tujuh hingga 18 tahun, 30 siswa bisa menghadiri kelas di Institut Le Rosey karena orang tua mereka mengajar di sana, dan hanya tiga orang yang menerima beasiswa setiap tahun. Sisanya harus membayar biaya kuliah penuh lebih dari Rp 1,8 miliar per tahun.
Kepala sekolah ke-5 Institut Le Rosey, Christoph Goodin, menjelaskan, bahwa biaya sekolah yang tinggi tak selalu memberikan keuntungan yang lebih tinggi bagi institusi, tapi lebih kepada kemandirian serta kebebasan untuk bertindak dalam keadaan apapun.
"Saya bisa saja menghilangkan 10% dari pengeluaran dan menambahkan 30% ke biaya. Tetapi tujuan kami bukan untuk menghasilkan uang," jelas Goodin kepada SMAPSE Education, seperti yang dikutip dari laman Odditycentral.
Goodin menjelaskan, bahwa pihak sekolah menentang donasi, karena ingin tetap sepenuhnya independen. Pihak sekolah ingin melakukan apa yang diinginkan tanpa batas.
"Saya berbicara dengan banyak pemimpin bahwa tidak bisa mengecualikan anak karena orangtuanya adalah donatur," tegas Goodin.
Menariknya, biaya kuliah tahunan sebesar Rp1,8 miliar di Le Rosay, tidak sekadar menyediakan akses ke dua kampus dan berbagai fasilitas serta pendidikan yang luar biasa, tapi juga uang saku yang dikelola oleh staf. (Ryn)
Baca Juga:
Pekerjaan Rumah Kerap Menjadi 'Pekerjaan Sekolah' Saat Ngilmu di Negeri Aing
Bagikan
Berita Terkait
DPRD DKI Terima Laporan Pungli hingga Rp 5 Juta di Sekolah Gratis

Pramono Targetkan 6.654 Ijazah Bakal Diputihkan Tahun ini, Banyak Siswa yang Terjerat Masalah Biaya

Siswa SMAN 15 Jakarta Keracunan usai Santap MBG, 3 Orang Masuk Rumah Sakit

Legislator Tegaskan Jumlah Siswa Sedikit tak Boleh Jadi Alasan Tutup Sekolah

Sekolah Garuda Bisa Diakses Anak Dari Keluarga Miskin, Menengah dan Mampu, Syaratnya Berprestasi

Pramono Resmikan Universitas PTIQ sebagai Kampus Peradaban Alquran Internasional di Jakarta

Minta Maaf Langsung ke Kepala SMPN 1, Wali Kota Prabumulih Arlan Ngaku Tindakannya di Luar Kontrol

Wali Kota Prabumulih Dapat Sanksi Keras dari Kemendagri, Disebut Main Copot Kepala SMPN 1 tanpa Prosedur Tepat

Guru SMAN 1 Sinjai Dianiaya Anak Polisi Depan Bapaknya, Komisi X DPR: Bukti Degradasi Moral

Kepala SMPN 1 Prabumulih Batal Dicopot, Komisi II DPR Tegaskan jangan Ada lagi Kepala Daerah yang Arogan
