Mengenal ERCP, Terapi Unggulan untuk Penderita Batu Empedu

Ikhsan Aryo DigdoIkhsan Aryo Digdo - Senin, 03 Juni 2024
Mengenal ERCP, Terapi Unggulan untuk Penderita Batu Empedu

ERCP solusi penanganan batu empedu paling minim tindakan invasif. (Foto: Unsplash/National Cancer Institute)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

Merahputih.com - Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography (ERCP) telah menjadi solusi utama untuk menangani cholelithiasis atau batu empedu karena memberikan diagnosis yang lebih akurat dan minim tindakan invasif dibandingkan prosedur bedah lainnya.

Dr. dr. Irsan Hasan, Sp.PD, KGEH, FINASIM, spesialis penyakit dalam dan konsultan gastroenterologi hepatologi di RS Siloam MRCCC Semanggi, menjelaskan cholelithiasis terjadi ketika batu terbentuk di dalam kantong empedu.

Gejala utamanya berupa nyeri mendadak di perut bagian kanan atas yang bisa menjalar ke punggung dan bahu, demikian diberitakan ANTARA, Senin (3/6).

Batu empedu terbentuk karena ketidakseimbangan substansi seperti kolesterol, garam empedu, atau zat lainnya dalam empedu. Faktor risiko termasuk obesitas, kehamilan, riwayat keluarga, pola makan tidak sehat, dan penurunan berat badan cepat.

Baca juga:

Studi: Kadar Testosteron Rendah Pengaruhi Kesehatan Jantung Pria

"Penting untuk mencatat bahwa jenis batu empedu dapat memiliki karakteristik yang berbeda. Identifikasi jenis batu empedu yang tepat memegang peranan penting dalam menentukan pilihan perawatan yang sesuai," kata dr. Irsan.

Terdapat beberapa metode pengobatan untuk batu empedu, termasuk perubahan pola makan, penggunaan obat-obatan, terapi ESWL, dan ERCP.

ERCP adalah prosedur medis yang menggabungkan endoskopi dan radiografi untuk memeriksa dan mengobati masalah saluran empedu, hati, dan pankreas.

Prosedur ERCP melibatkan penggunaan endoskop yang dimasukkan melalui mulut untuk memantau dan menangani masalah seperti penyumbatan saluran empedu.

Baca juga:

Bukan Cuma Wortel, Paprika Juga Bermanfaat untuk Jaga Kesehatan Mata

Keunggulan ERCP termasuk diagnosis yang akurat dan tindakan terapeutik yang dapat dilakukan selama prosedur, serta minim invasif dan pemulihan yang cepat bagi pasien.

Namun, ERCP juga memiliki risiko seperti perdarahan, infeksi, atau kerusakan pada saluran empedu atau pankreas.

Oleh karena itu, pasien yang menjalani ERCP akan dipantau secara berkala oleh tenaga medis yang terampil untuk memastikan pemulihan yang optimal. (waf)

#Kesehatan
Bagikan
Ditulis Oleh

Andrew Francois

I write everything about cars, bikes, MotoGP, Formula 1, tech, games, and lifestyle.

Berita Terkait

Indonesia
Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga
Langkah ini merupakan bagian dari agenda besar pemerintah dalam memperkuat jaring pengaman sosial, terutama bagi masyarakat rentan.
Alwan Ridha Ramdani - Kamis, 02 Oktober 2025
Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga
Lifestyle
Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak
Pertambahan mata minus ini akan mengganggu aktivitas belajar maupun perkembangan anak
Angga Yudha Pratama - Rabu, 01 Oktober 2025
Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak
Fun
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Satu dari tiga orang dewasa di Indonesia memiliki kadar kolesterol tinggi.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 30 September 2025
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Indonesia
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Peredaran rokok ilegal dinilai sangat mengganggu. Sebab, peredarannya bisa merugikan negara hingga merusak kesehatan masyarakat.
Soffi Amira - Kamis, 25 September 2025
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Indonesia
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Pemerintah DKI melalui dinas kesehatan akan melakukan penanganan kasus campak agar tidak terus menyebar.
Dwi Astarini - Jumat, 12 September 2025
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Indonesia
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Langkah cepat yang diambil jajaran Dinkes DKI untuk mencegah penyakit campak salah satunya ialah melalui respons penanggulangan bernama ORI (Outbreak Response Immunization).
Dwi Astarini - Selasa, 09 September 2025
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Dunia
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Menkes AS juga menghapus program pencegahan penyakit yang krusial.
Dwi Astarini - Rabu, 03 September 2025
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Lifestyle
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Mereka yang membatasi makan kurang dari delapan jam sehari memiliki risiko 135 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular.
Dwi Astarini - Selasa, 02 September 2025
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Bagikan