Mengapa Partai Islam Tak Pernah Menang?

Andika PratamaAndika Pratama - Senin, 23 April 2018
Mengapa Partai Islam Tak Pernah Menang?

Partai Islam di Indonesia. Foto: ist

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MerahPutih.com - Partai politik berbasis Islam sejak Pemilihan Umum pertama tahun 1955 hingga Pemilu terakhir 2014 tak pernah menjadi pemenang. Padahal, Indonesia merupakan negara dengan populasi umat Islam terbesar di dunia.

Menurut data web resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU), pada Pemilu 1999 partai Islam mendapatkan 34,2 persen suara, lalu pada Pemilu 2004 mengalami peningkatan menjadi 43,27 persen suara. Namun, pada Pemilu 2009 jumlah suara partai Islam turun menjadi 30 persen. Sedangkan, pada Pemilu 2014, lima partai berbasis Islam hanya mampu mendapat 31,41 persen

Direktur Program Doktoral Ilmu Politik Sekolah Pasca Sarjana Universitas Nasional, Jakarta, TB Massa Jafar mengatakan, saat ini meskipun secara sosiologis Islam merupakan agama mayoritas, namun secara politik Islam menjadi pilihan minoritas. Hal tersebut menjadi ahistoris.

Partai Islam. Foto: ist

Padahal, kata Massa, jika kita menengok ke masa silam, Islam tidak berjarak dengan politik. Itu terjadi pada permulaan abad 20, bersamaan dengan kebangkitan perlawan rakyat Indonesia menentang kolonialisme, muncul gerakan politik Islam atau Islam Politik.

Di awal abad ke-20, ada organisasi sosial-politik yang sangat mencolok. Namanya: Sarekat Islam. Ini organisasi massa terbesar di zamannya. Tjokroaminoto, pimpinan Sarekat Islam yang kerap disebut “Raja Jawa” itu, mengklaim jumlah anggotanya mencapai 2 juta orang.

“Ini kan ada semacam ahistoris, pertama secara sosiologis mayoritas tapi secara politik minoritas. Kenapa? Karena kalau kita lihat perjalanan sarekat islam sebagai basis pertama kekuatan politik rakyat itu luar biasa,” kata Massa kepada MerahPutih.com, Minggu (22/4).

Di bawah kendali Tjokroaminoto, Sarekat Islam dirombak menjadi “organisasi gerakan”. Sejak itu, seperti diceritakan Ruth McVey di “Kemunculan Komunisme Indonesia”, Sarekat Islam mulai terlibat dalam memperjuangkan taraf hidup dan perekonomian rakyat.

“Karena mereka masuk ke dalam problem ekonomi politik masyarakat waktu itu. Dia protes pajak, artinya dia berpihak kepada isu-isu riil,” jelas Massa.

Sedangkan saat ini, kata Massa, partai-partai politik berbasis Islam terjebak pada Islam yang normatif. Pemimpin politiknya hanya berbicara syariah yang bersifat formal. Sejak Pemilu 1955 hingga sekarang keberpihakan partai politik berbasis Islam terhadap rakyat kecil diragukan.

“Sehingga rakyat pada umumnya tidak tersentuh. Syariat itu adalah bagaimana orang berpihak pada rakyat kecil. Kalau kita lihat ideologi-ideologi dalam partai Islam ini ya kita pertanyakan, mana ini keberpihakan,” tegasnya

Menurut Massa, hal tersebut juga dipengaruhi oleh banyaknya pemikiran Islam dari Timur Tengah yang masuk ke Indonesia. Massa menyebut, derasnya pemikiran Islam yang diimpor dari luar itu menjadikan pemimpin partai politik Islam tidak membumi.

Partai Islam di Pemilu 1955. Foto: Ist

“Jadi dia engga membumi, jadi banyak isu-isu soal syariah. Soal syariah oke,tapi soal syariah yang lebih pentingnya apa, yang riilnya apa. Apa kontribusinya untuk memperkuat ekonomi dan lain-lain. Nah ini yang perlu dikritisi,” ujarnya.

Massa menegaskan, bahwa Islam pada dasarnya merupakan agama pembebasan. Karena itu, dia menyarankan agar partai politik Islam menawarkan gagasan dan program-program yang menyentuh langsung problem rakyat.

“Misalnya nggak boleh tanah itu terkonsentrasi pada segelintir orang. Itu ada dalilnya. Kemudian jangan debat-debat yang sifatnya abstrak. Ngga nyambung, orang ngga ngerti,” tuturnya.

“Dan dalam sejarah Indonesia juga demikian, dalam revolusi kemerdekaan Indonesia, juga termasuk dalam mengusir penjajah. Nah bagaimana tuangkan itu dalam konteks riil masyarakat sekarang,” kata dia menambahkan

Pemimpin Islam tak bersatu

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Partai Bulan Bintang (PBB), Ferry Afriansyah Noor megungkapkan, selama ini pemimpin Islam tak pernah bersatu. Hal tersebut, menurut dia, menjadi salah satu faktor yang membuat partai berbasis Islam tak pernah unggul dalam setiap kontestasi Pemilu.

"Karena pemimpin-pemimpin Islam ngga pernah bersatu, pada diriin partai sendiri, pada mau hebat sendiri, pada mau jadi pemimpin sendiri. Coba suruh jadi imam di masjid ngga ada yang mau. Tapi kalau jadi pemimpin di organisasi partai politik berebut," ungkap Ferry.

Bahkan, Ferry menyebut para pimpinan partai berbasis Islam kerap saling jegal, saling fitnah dan saling kritik untuk memperebutkan jabatan tertentu.

Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra (kiri) bersama Sekretaris Jenderal PBB Afriansyah Ferry Noer (kanan). Foto: ANTARA

"Saya rasa kalau platformnya ngga boleh, ngga apa-apa, partai islam banyak tapi kita ada kepentingan sama bersatu dalam wadah apa gitu. Nah itu tidak terjadi, yang ada malah rebutan jabatan. Haus kekuasaan, semua ingin jadi pemimpin," pungkasnya.

Sedangkan menurut Yudi Latif dalam buku "Inteligensia Muslim dan Kuasa: Genealogi Inteligensia Muslim Indonesia Abad ke-20", ada tiga faktor yang menyebabkan kemerosotan partai politik Islam.

Pertama, partai Islam tidak cukup mendapat dukungan dari umat di negeri ini. Kedua, para pemimpin Islam tidak memiliki visi dan misi bersama dalam perjuangan politik mereka.

Dan yang ketiga, jumlah umat Muslim di Indonesia secara statistik memang besar, tetapi secara kualitatif kecil, baik dari segi kualitas akidahnya, ibadahnya, akhlaknya, maupun dalam penguasaannya atas pengetahuan umum dan ekonomi. (Pon)

#Partai Politik #Partai Bulan Bintang #Pemilu
Bagikan
Ditulis Oleh

Andika Pratama

Berita Terkait

Berita
Pramono Perintahkan 2 Hari Setelah Acara Bendera dan Spanduk Partai Harus Diturunkan
Pria yang akrab disapa Pram itu pun mengaku tidak peduli jika ia dikritik terkait keputusannya untuk membersihkan spanduk dan bendera partai di Jakarta.
Alwan Ridha Ramdani - Rabu, 03 Desember 2025
Pramono Perintahkan 2 Hari Setelah Acara Bendera dan Spanduk Partai Harus Diturunkan
Indonesia
MK Tolak Gugatan Rakyat Bisa Pecat DPR, Pilihannya Jangan Dipilih Lagi di Pemilu
MK menyatakan keinginan agar konstituen diberikan hak untuk memberhentikan anggota DPR tidak selaras dengan konsep demokrasi perwakilan.
Wisnu Cipto - Kamis, 27 November 2025
MK Tolak Gugatan Rakyat Bisa Pecat DPR, Pilihannya Jangan Dipilih Lagi di Pemilu
Indonesia
Gimmick Baru PSI, Tinggalkan Sapaan Bro dan Sis Demi Kesan Lebih Egaliter
Ketua Harian PSI Ahmad Ali mencontohkan sapaan Bro dan Sis tidak sesuai jika digunakan dalam konteks tertentu, misalnya saat berkunjung ke pondok pesantren.
Wisnu Cipto - Sabtu, 22 November 2025
Gimmick Baru PSI, Tinggalkan Sapaan Bro dan Sis Demi Kesan Lebih Egaliter
Indonesia
Ketua DKPP Sebut Kritik Media Massa Vitamin yang Menyehatkan
Media massa memiliki peran yang lebih besar yaitu sebagai pencerah bagi masyarakat di tengah serangan hoaks melalui media sosial.
Dwi Astarini - Jumat, 21 November 2025
Ketua DKPP Sebut Kritik Media Massa Vitamin yang Menyehatkan
Indonesia
DKPP Janji Penyelesaian Etik Penyelenggara Pemilu Dijamin Cepat
Prosedur penyelesaian etik di DKPP dirancang untuk menjamin kecepatan, kesederhanaan, dan efektivitas.
Alwan Ridha Ramdani - Jumat, 21 November 2025
DKPP Janji Penyelesaian Etik Penyelenggara Pemilu Dijamin Cepat
Indonesia
TII Rekomendasikan 7 Penguatan Demokrasi, Termasuk Pemisahan Jadwal Pemilu
Pemisahan jadwal pemilu bisa mengurangi beban kerja berat seperti yang kita lihat pada Pemilu Serentak 2019 dan 2024
Alwan Ridha Ramdani - Kamis, 13 November 2025
TII Rekomendasikan 7 Penguatan Demokrasi, Termasuk Pemisahan Jadwal Pemilu
Indonesia
[HOAKS atau FAKTA]: Puan Maharani Gandeng Anies Baswedan di Pilpres 2029, Pede Bisa Raih 68 Persen Suara
Ketua DPR RI, Puan Maharani, kabarnya menggandeng Anies Baswedan di Pilpres 2029.
Soffi Amira - Jumat, 07 November 2025
[HOAKS atau FAKTA]: Puan Maharani Gandeng Anies Baswedan di Pilpres 2029, Pede Bisa Raih 68 Persen Suara
Indonesia
Presiden Perintahkan Kader PKS Jadi Negarawan, Jaga Integritas
Al Muzzammil berpesan kepada para kader PKS untuk menjadi negarawan sejati yang mengutamakan kepentingan bangsa dan negara.
Alwan Ridha Ramdani - Minggu, 02 November 2025
Presiden Perintahkan Kader PKS Jadi Negarawan, Jaga Integritas
Indonesia
[HOAKS atau FAKTA]: Ketua Harian PSI Usulkan Duet Gibran-Jokowi di Pilpres 2029
Beredar informasi yang menyebut Jokowi dan Gibran akan berkontestasi di Pilpres 2029.
Ananda Dimas Prasetya - Kamis, 30 Oktober 2025
[HOAKS atau FAKTA]: Ketua Harian PSI Usulkan Duet Gibran-Jokowi di Pilpres 2029
Indonesia
Kader Partai Lain Loncat Gabung PSI, Jokowi Melihat Masa Depan Cerah
Jokowi menilai mereka yang bergabung ke PSI kemungkinan melihat masa depan cerah PSI atau merasa cocok dengan suasananya.
Wisnu Cipto - Senin, 13 Oktober 2025
Kader Partai Lain Loncat Gabung PSI, Jokowi Melihat Masa Depan Cerah
Bagikan