Menelusuri Kawasan Nol Kilometer Malioboro
Aktivitas wisatawan di Titik Nol Kilometer Malioboro, Kota Yogyakarta, Minggu (8/5). Sebagian besar wisatawan memilih foto-foto di beberapa tempat. (Foto: MerahPutih/Fredy Wansyah)
MerahPutih Wisata - Antara Malioboro dan Alun-alun Utara terdapat perempatan. Di perempatan tersebut berdiri bangunan-bangunan bersejarah yang kini digunakan sebagai kantor Pos Indonesia dan Bank Negara Indnesia (BNI). Di seberangnya, setapak kawasan trotoar. Tempat ini biasa dijadikan tempat bersantai bagi wisatawan.
Bukan sekadar wisatawan nusantara, melainkan juga wisatawan mancanegara. Tempat setapak ini tak ubahnya taman kota di kota-kota besar di Eropa. Penuh akan hiburan jalanan. Mulai dari musik, tari, hingga seni instalasi. Ada pula mereka yang memoles dirinya seumpama tokoh-tokoh kartun atau tokoh film anak-anak.
Begitu kehidupan kawasan yang biasa disebut Titik Nol Kilometer, Kota Yogyakarta. Kawasan ini saksi sejarah perkembangan Kota Yogyakarta. Bukan semata saksi bisu, melainkan juga saksi eksotisme kehidupan Kota Yogyakarta. Di sinilah sumbu titik patokan jarak Kota Yogyakarta ke daerah lainnya. Di sekitar kawasan ini pula kehidupan ekonomi masyarakat Kota Yogyakarta berdenyut.
Di salah satu sisi Nol Kilometer ialah jalur pusat perbelanjaan wisatawan. Terselip pula sebuah pasar tradisional yang telah berdiri sejak zaman Sri Sultan II, yakni Pasar Beringharjo. Wisatawan mengunjungi pasar ini bila hendak berbelanja batik dengan harga murah meriah.
Di sisi lainnya, sisi Barat, tepatnya di Jalan Kyai Ahmad Dahlan, selain sebagai sentra pendidikan agama, di sini berdiri industri oleh-oleh, bakpia pathuk.Nama jalan tersebut menunjukkan bahwa tingginya aktivitas pengikut ajaran "Sang Pencerah" itu.
Sementara di sisi Selatan Nol Kilometer merupakan jalur menuju Keraton Yogyakarta -dulu Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat. Di depannya terdapat lapangan yang biasa disebut Alun-Alun Utara. Di sekitar sisi timurnya terdapat kawasan sentra industri kuliner khas Yogyakarta gudeg, Wijilan.
Di sisi timur Nol Kilometer, tepatnya Jalan Ahmad Yani, berdiri pula pusat hiburan anak-anak dan pusat penjualan buku murah. Taman Pintar, pusat hiburan dan pendidikan bagi anak-anak ini selalu ramai pengunjung, baik siswa sekolah maupun pengunjung wisatawa umum.
Begitulah denyut nadi ekonomi di kawasan sekitar Nol Kilometer. Tak pernah benar-benar sepi. Sementara di kawasan Nol Kilometernya, tepatnya di pelataran depan monumen, selalu saja saban hari ada wisatawan yang berkunjung. Selain karena adanya daya tarik hiburan dadakan atau hiburan jalanan tadi, kawasan ini memang memberi ketenangan. Tempat ini pula yang menjadi simbol kewisataan Yogyakarta.

Aktivitas wisatawan di Titik Nol Kilometer Malioboro, Kota Yogyakarta, Minggu (7/5). Sebagian besar wisatawan memilih foto-foto di beberapa tempat. (Foto: MerahPutih/Fredy Wansyah)
Tak ayal, setiap pengunjung selalu berfoto-foto di tempat ini. Pantauan merahputih.com, Minggu (8/5), tempat ini, setiap 30 menit, selalu saja ada wisatawan yang tertawa dan berfoto. Mereka berfoto di pinggir jalan Nol Kilometer. Ada yang berfoto di depan monumen. Ada pula yang berfoto dengan tokoh-tokoh film anak-anak.
Salah satunya ialah tokoh robot. Ia sebenarnya manusia, menggunakan topeng dan kostum ala robot. Apa yang ia kenakan membuat banyak anak-anak ingin berfoto dengannya. Sehabis berfoto, orangtua dari anak yang berfoto bersama "manusia robot" itu selalu memberi uang ala kadarnya ke dalam wadah uang sumbangan.
Aktivitas keramaian Nol Kilometer biasanya sampai larut malam, hingga sekira pukul 21.00 WIB saat hari biasa dan pukul 23.00 WIB saat malam liburan. Biasanya, malam hari hiburan musik seniman jalanan selalu tersedia. Melengkapi waktu bersantai di tepi jalan. Kadang musik angklung jalanan, kadang musisi saxophone, kadang pula musisi gitar ala kadarnya.
Nol Kilometer juga dimanfaatkan banyak aktivis untuk menyuarakan aksi-aksi kritis. Hampir setiap momen penting, dan setiap demo aliansi buruh, LSM, maupun mahasiswa, tempat ini menjadi tempat berunjukrasa. Seperti unjukrasa buruh di Hari Buruh Dunia, 1 Mei lalu. (Fre).
BACA JUGA:
Bagikan
Berita Terkait
Mulai 2026, Jemaah Calon Haji Banten dan DIY Berangkat dari Embarkasi Cipondoh dan Yogyakarta
Kearifan Lokal Jaga Warga Bikin Yogyakarta Cepat Pulih Dari Demo Berujung Rusuh
KAI Daop 6 Yogyakarta Layani 219.400 Penumpang Selama Long Weekend Maulid Nabi
Polisi Diminta Usut Tuntas Kematian Mahasiswa Amikom, Bonnie Triyana: Tidak Ada Alasan yang Membenarkan Kekerasan Aparat Terhadap Pengunjuk Rasa
Pesisir Medan Berpotensi Banjir 22-28 Agustus, Hujan Lebat Akan Guyur DIY
Saat Libur Peringatan HUT ke-80 RI, Daop 6 Yogyakarta Alami Kenaikan Penumpang 5,5 Persen
85.792 Wisatawan Mancanegara Naik Kereta Api Selama Juli 2025, Yogyakarta Jadi Tujuan Tertinggi
Viral, Driver Ojol Dikeroyok karena Telat Antar Kopi, Ratusan Rekan Geruduk Rumah Customer
Film Dokumenter 'Jagad’e Raminten': Merayakan Warisan Inklusivitas dan Cinta dari Sosok Ikonik Yogyakarta
Libur Panjang, KAI Commuter Yogyakarta Tambah 4 Perjalanan Jadi 31 Trip Per Hari