Menangkal Paham Radikalisme dengan Meneladani Pemikiran Buya Hamka


Kepala BNPT Komjen Pol. Suhardi Alius. (Antara)
Pemikiran Prof. Dr. H. Abdul Malik bin Haji Karim Amrullah atau lebih dikenal sebagai Buya Hamka patut diteladani. Sampai saat ini gagasan Hamka masih relevan untuk menghadapi gelombang globalisasi yang membuat turbulensi dalam dinamika kebangsaan yang terjadi akhir-akhir ini.
"Marilah kita teladani figur Buya Hamka dengan integritas dan kecerdasan intelektual beliau, baik sebagai seorang ulama, sastrawan, pujangga, maupun negarawan. Apalagi akhir-akhir ini kita menghadapi gelombang globalisasi yang membuat dinamika kebangsaan kita mengalami turbulensi," kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol. Suhardi Alius saat menjadi keynote speaker seminar sehari "Refleksi Pemikiran Hamka dan Peletakkan Batu Pertama Masjid Ponpes Modern Prof. Dr. Hamka" di Padang, Sumatera Barat, Sabtu (25/3).
Suhardi mengungkapkan, belajar dan meneladani sosok Buya Hamka menjadi penting bagi kalangan generasi muda saat ini. Apalagi banyak sekali paham dan pengaruh dari luar yang kini tengah merongrong kehidupan berbangsa dan bernegara di Bumi Nusantara, terutama paham radikal terorisme yang mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Salah satu persoalan kebangsaan hari ini adalah terorisme yang berakar dari krisisnya paham kebangsaan Karena itu sangat penting seluruh komponen bangsa, terutama generasi untuk kembali belajar dari teladan guru kita, Buya Hamka tentang konsep kebangsaan yang sesuai dengan falsafah Indonesia," imbuh mantan Kapolda Jawa Barat ini.
Selain itu, lanjut Suhardi, banyak sekali teladan yang bisa dipelajari dari sosok Buya Hamka. Dalam ajarannya Hamka selalu menekankan bahwa perbedaan itu adalah rahmat Tuhan dan Tuhan tidak pernah memaksakan hamba-Nya untuk sama. Dengan demikian, memaksakan pendapat kepada orang lain merupakan suatu kezaliman. Buya Hamka juga sangat menghargai perbedaan agama dan kepercayaan orang lain.
"Kelompok radikal terorisme selalu memaksakan ideologi mereka kepada orang lain, apakah tentang konsep jihad dan takfiri. Padahal apa yang mereka paksakan itu melenceng dari ajaran Islam yang rahmatan lil alamin," ungkapnya.
Bagikan
Berita Terkait
Ketua KPK dan Kepala BNPT Kena Mutasi di Internal Polri

BNPT Sampaikan Capaian Kinerja dan Global Terrorism Index Tahun 2024

BNPT Antisipasi Ancaman Terorisme saat Natal dan Tahun Baru 2025

Paus Fransiskus Terkesan dengan Semboyan Bhinneka Tunggal Ika

Bertemu Paus Fransiskus, Jokowi Sebut Indonesia Punya Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika

Serangan Teroris di Moskow, Kepala BNPT: Ancaman Serius Perdamaian Dunia

BNPT Temukan 2.670 Konten Radikalisme dan Terorisme Sepanjang 2023

3 Kelompok yang Rentan Terpapar Paham Radikalisme di Medsos

BNPT Usul Tempat Ibadah Dikontrol Pemerintah, PGI Sebut Langkah Mundur dan Keliru

Kepala BNPT Sebut Angka Kelompok Intoleran di Indonesia Mulai Menyusut
