Melihat Potret Jakarta Tempo Dulu di Arsip Nasional Republik Indonesia


ANRI rilis foto-foto pembangunan Jakarta tempo dulu. (foto: merahPutih.com/febrian adi)
MerahPutih.com – Sebuah foto tempo dulu dari pembangunan jembatan Semanggi era 1961 terlihat begitu luas, tanpa adanya hiruk pikuk mobil-mobil serta tak dikelilingi gedung-gedung pencakar langit dipamerkan oleh Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), di Acara Ekspose Inventaris Arsip Foto Kempen/Deppen 1958-1965, pada Rabu (6/11).
“Dulu itu bahkan, di beberapa sudut dipinggir jalan Semanggi ini disediakan bangku. Tujuannya untuk menikmati senja di kota Jakarta,” ucap Pengamat Sejarah, Hendaru Tri Hanggoro.
Salah satu peran penting dalam pembangunan Jakarta era tersebut adalah presiden pertama Indonesia Soekarno. Ia memiliki visi menjadikan Jakarta sebagai kota yang megah dengan gedung-gedung menjulang tinggi, jalan raya yang lebar, monumen-monumen yang indah, dan rumah-rumah jelata yang meskipun-kecil-memiliki-rasa-kemegahan.
Menurutnya, Jakarta tak cukup hanya menjadi inspirasi bagi pembangunan Indonesia, tapi juga harus menjadi inspirasi pembangunan bagi kota-kota di negara-negara yang baru muncul (New Emerging Forces).
Baca juga:
'Biang Kerok; Pameran Arsip Benyamin Suaeb' Menapak Tilas Karya sang Seniman Betawi
“Berikan Djakarta satu tempat yang hebat di dalam kalbu rakyat Indonesia sendiri, sebab Djakarta adalah milik daripada orang-orang Djakarta.
Djakarta merupakan milik daripada seluruh bangsa Indonesia. Bahkan Djakarta jadi mercusuar daripada perjuangan seluruh umat manusia. Ya, the new Emerging Forces,” sebut Sukarno.
Sebagai seorang arsitek, Sukarno menekankan pentingnya arti seni dalam pembangunan sebuah kota. Ia percaya bahwa arsitektur dan perencanaan kota dapat menciptakan sebuah masyarakat ideal. Karena itu, ia menggandeng seniman, arsitek, dan insinyur untuk kerja bareng membangun Jakarta.
Para seniman di antaranya adalah Edhi Sunarsho dan Henk Ngantung, sedangkan arsitek adalah Frederick Silaban, dan insiyur antara lain Sutami serta Rooseno.
Baca juga:
Serunya Menelusuri Suku Keturunan dengan AI di Museum Nasional Indonesia
Ia juga tertarik dengan pembangunan kota yang menggunakan pendekatan simbolik. Ia percaya simbol adalah alat pembentukan karakter dan kepribadian bangsa.
“Simbol-simbol itu merepresentasikan visi sebuah kota yang dibayangkan Sukarno. Kota yang bukan saja ruang hidup bagi manusia, tapi juga ruang bagi ide-ide seperti antineokolonialisme dan anti-neoimperialisme,” pungkas Daru. (far)
Bagikan
Berita Terkait
Pameran Foto '1945' Resmi Dibuka di Monumen Pers Nasional, Tampilkan Jejak Sejarah Kemerdekaan Indonesia

Keseruan Hari Pertama LaLaLa Fest 2025 Bareng OPPO Reno 14 Series, Hasil Fotonya Enggak Kaleng-kaleng!

Menilik Pameran Foto Bertajuk Rekam Jakarta 2025: Metamorph di Cemara 6 Galeri

Fitur Baru Google Photos Kini Bisa Pertahankan Kualitas HDR setelah Diedit

Menjelajahi Emosi Lewat Lensa: Mikael Aldo Rilis Photobook ‘PROPHECY’

Fujifilm Rilis instax mini 41, Kamera Analog Instan dengan Tampilan Retro

Menilik Pameran Foto Pemenang Anugerah Pewarta Foto Indonesia 2025 di Loji Gandrung

Pementasan ‘Terbitlah Terang’ Gemakan Suara Kartini lewat Pembacaan Surat dan Gagasannya

10 HP Kamera Terbaik 1 Jutaan untuk Fotografi 2025: Ada Poco C65 dan Realme Narzo

Museum Nasional Pecah Rekor Kunjungan dalam Satu Hari, 12.735 Pengunjung Rela Antre
