Masih Jomlo? Berbahagialah! Ini Alasan Perempuan Jomlo Lebih Bahagia


Menurut studi, perempuan jomlo lebih bahagia (Foto: Pixabay/Pexels)
JOMLO terutama pada perempuan dewasa masih dianggap sebagai momok menakutkan di tengah masyarakat. Seorang perempuan otomatis mendapatkan 'lampu kuning' jika di pertengahan 20 tahunan belum juga menggandeng pasangan.
Bahkan yang sudah punya pacar pun akan didesak untuk segera menikah. Mereka yang belum membangun keluarga dianggap menyedihkan dan kesepian.
Baca Juga:

Padahal Profesor Ilmu Perilaku Manusia di London School of Economics, Paul Dolan justru mengatakan bahwa perempuan lajang yang belum memiliki anak adalah individu yang paling bahagia.
Jika laki-laki lebih stabil dan bahagia setelah menikah, perempuan justru lebih bahagia tanpa pasangan. "Laki-laki mendapat banyak manfaat dari pernikahan. Mereka menjadi kurang cenderung mengambil risiko, menghasilkan lebih banyak uang, dan hidup lebih lama. Namun hasil yang sama tidak menguntungkan perempuan yang sudah menikah," urainya.
Perempuan paruh baya yang sudah menikah memiliki risiko lebih tinggi baik kondisi mental dan fisik dibandingkan pasangan mereka.
Baca Juga:

Dolan membuat pengamatan yang menarik tentang persepsi modern tentang kesuksesan dibandingkan dengan pengalaman kebahagiaan. Dia menemukan bahwa masyarakat saat ini lebih menghargai jenis pencapaian hidup dan pencapaian tertentu.
Dia mencatat bahwa data terbaru menunjukkan bahwa simbol kesuksesan tradisional yang telah lama ada tidak selalu berkorelasi dengan tingkat kebahagiaan.
Dolan menyimpulkan bahwa subkelompok penduduk yang paling sehat dan paling bahagia adalah perempuan yang tidak pernah menikah atau memiliki anak.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Mintel juga menunjukkan bagaimana melajang semakin dipandang sebagai hal yang diinginkan perempuan. Sebuah studi dari analis data Mintel menunjukkan bahwa perempuan lebih puas menjadi lajang daripada laki-laki dan cenderung enggan mencari hubungan.
Baca Juga:

"Ada bukti bahwa perempuan menghabiskan waktu lebih lama untuk melakukan pekerjaan rumah tangga daripada laki-laki. Pekerjaan rumah tangga yang mereka lakukan cenderung menimbulkan emosi bagi mereka," tutur Profesor Emily Grundy dari University of Essex.
Dr. Grundy juga mencatat bahwa perempuan cenderung lebih terlibat dalam jejaring sosial dibandingkan dengan laki-laki yang seringkali sangat bergantung pada istri mereka.
"Perempuan cenderung lebih baik dalam memiliki jaringan sosial dan orang kepercayaan lainnya. Sementara pria cenderung sangat bergantung pada istri mereka untuk itu dan memiliki lebih sedikit ikatan sosial lainnya," tukasnya. (avia)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Puan Maharani Sebut Keterwakilan Perempuan di DPR Pecahkan Rekor

Istana Bantah Rencana Pajak Amplop Hajatan Pernikahan

DPRD Garut Siapkan Rapat Khusus Bahas Insiden Maut Pesta Rakyat Pernikahan Anak Gubernur Jabar Dedi Mulyadi

Legislator Ingatkan Pentingnya Fasilitas Pendukung untuk Pemenuhan Hak-Hak Pekerja Perempuan

Jangan Terbawa Arus Budaya Barat, Menag Minta Pasangan di Indonesia segera Menikah

Tren Pernikahan 2025: Saat Momen Sakral Menjadi Cerminan Gaya Hidup

Deretan Tokoh Perempuan Indonesia Raih Penghargaan RA Kartini Award 2025

Kolaborasi Bangun Kota Jakarta jadi Kota Global Ramah Anak dan Perempuan

Ibu Rumah Tangga Jadi Target Rekrutan Sindikat Narkoba, Dari Kurir Sampai Jadi Bos

Cegah Modus Love Scamming, Kenali Ciri-cirinya
