Parenting

Mahalnya Biaya Membesarkan Anak

Dwi AstariniDwi Astarini - Senin, 11 April 2022
Mahalnya Biaya Membesarkan Anak

Korea Selatan berada di puncak daftar tempat termahal untuk membesarkan anak sejak lahir hingga usia 18 tahun. (Freepik)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MEMILIKI anak itu mahal. Tak peduli di mana kamu tinggal. Namun, saat Amerika berada di tengah-tengah skala biaya, Tiongkok telah menjadi salah satu negara paling mahal untuk membesarkan anak-anak.

Korea Selatan berada di puncak daftar tempat termahal untuk membesarkan anak sejak lahir hingga usia 18 tahun, diukur dalam bentuk persentase dari produk domestik bruto (PDB) per kapita. Demikian laporan penelitian dari Jefferies (JEF) yang menggunakan data dari Yuwa Population Research. PDB merupakan ukuran terluas dari aktivitas ekonomi suatu negara.

Tiongkok berada di urutan kedua, diikuti Italia. Amerika Serikat berada di tengah-tengah 14 besar tempat paling mahal, di antara Jerman dan Jepang.

BACA JUGA:

Invasi Ukraina Memengaruhi Daftar Paspor Paling Sakti di Dunia 2022

Namun, dalam hal jumlah absolut uang yang dihabiskan, Tiongkok merupakan salah satu tempat termurah untuk memiliki anak. "Data itu semua relatif. Jika kita kemudian menyesuaikan data itu dengan persentase pendapatan rata-rata yang dapat dibelanjakan, Tiongkok menjadi tempat paling mahal untuk membesarkan anak-anak," kata para peneliti Jefferies.

parenting
Jika dari persentase pendapatan rata-rata yang dapat dibelanjakan, Tiongkok menjadi tempat paling mahal untuk punya anak. (Unsplash/Tanaphong Toochinda)

Jadi apa yang membuat membesarkan anak-anak di timur jauh begitu mahal? Sebagian besar dana habis untuk biaya pendidikan dan biaya serta ketersediaan perawatan ketika anak masih kecil. Layanan prasekolah di Tiongkok sebagian besar dikelola swasta sampai saat ini. Demikian diungkap Jefferies.

Dibutuhkan lebih dari USD 75.000 (Rp 1.077.390.000) untuk membesarkan seorang anak sampai usia 18 tahun di Tiongkok, dan tambahan USD 22.000 (Rp 316.034.400) untuk menyekolahkan mereka di universitas.

Meskipun kedengarannya seperti biaya kuliah yang jauh lebih murah daripada yang mungkin dihadapi siswa di Amerika Serikat, ada perbedaan utama. "Di banyak negara Barat lainnya, pinjaman siswa yang diberikan negara lebih umum, dan beban dicabut dari orangtua dan ditransfer ke anak-anak itu sendiri," kata analis Jefferies.

Bantuan pemerintah

children
Pemerintah Tiongkok berencana untuk meningkatkan jumlah tempat penitipan anak untuk anak-anak di bawah usia tiga tahun. (Freepik)

Anggota parlemen memiliki banyak pilihan untuk mengurangi biaya memiliki anak, termasuk menyubsidi biaya penitipan anak untuk membatasi kesenjangan antarorang-orang di kelas pendapatan yang berbeda.

Beijing sudah mengambil langkah untuk membuat les setelah sekolah lebih mudah diakses. Langkah berikutnya, menurut para analis Jefferies, ialah mengurangi biaya taman kanak-kanak. "Kami memahami bahwa pemerintah berusaha agar negara menyediakan layanan ini dan/atau mengatur harga layanan swasta," kata mereka.

Pemerintah Tiongkok mengumumkan dalam rencana lima tahunnya saat ini bahwa mereka bertujuan meningkatkan jumlah tempat penitipan anak untuk anak-anak di bawah usia tiga tahun menjadi 4,5 per 1.000 orang pada 2025. Jumlah itu mencapai dua setengah kali jumlah saat ini yaitu 1,8 per 1.000. Saat ini, ada 42 juta anak di bawah usia tiga tahun di Tiongkok. Orangtua dari sepertiga anak-anak tersebut ingin anak mereka masuk taman kanak-kanak. Namun, hanya 5,5 persen yang benar-benar dapat melakukannya.

Tingkat kelahiran di negara-negara kaya cenderung lebih rendah daripada di negara-negara berkembang. Ini dikenal sebagai 'paradoks ekonomi-demografis'. Itu berarti mereka yang memiliki kemampuan lebih memilih untuk punya lebih sedikit anak daripada mereka yang berpenghasilan rendah.

"Ketika Tiongkok berkembang secara ekonomi, sangat mungkin bahwa ia akan jatuh ke dalam paradoks ekonomi-demografis seperti yang dilakukan banyak negara maju lainnya, dan tingkat kelahiran mungkin turun ke tingkat yang lebih rendah daripada yang diperkirakan banyak orang," kata analis Jefferies.

Bahkan kini, pasangan di Tiongkok enggan memiliki anak lebih dari satu karena mahalnya biaya membesarkan mereka. Sementara itu, pasangan di negara-negara Barat tampaknya menginginkan dua hingga tiga anak, jumlahnya lebih rendah di Timur. Selain itu, angka pernikahan juga menurun. Namun, dalam budaya Asia, memiliki anak di luar nikah jauh lebih jarang jika dibandingkan dengan Barat.

Tren demografis seperti tingkat kelahiran memengaruhi bisnis dan ekonomi suatu negara. Populasi yang menua mengalami kesulitan mengikuti sistem kesejahteraan mereka, termasuk jaminan sosial dan pensiun publik, karena populasi pekerja menurun. Seiring waktu, itu dapat meningkatkan kebutuhan akan hal-hal seperti otomatisasi untuk menggantikan pekerja yang hilang.

Tren demografis juga memengaruhi perusahaan dan saham, meskipun baru beberapa dekade mendatang, kata analis Jefferies. "Kami berharap melihat dorongan yang berkelanjutan dan signifikan untuk mengurangi biaya membesarkan anak secara global dan lebih khusus lagi di Tiongkok," kata mereka. Itu mungkin termasuk keringanan pajak, pemberian uang tunai, dan subsidi.(aru)

#Parenting
Bagikan
Ditulis Oleh

Dwi Astarini

Love to read, enjoy writing, and so in to music.

Berita Terkait

Lifestyle
Bunda, Coba deh Lavender & Chamomile untuk Tenangkan Bayi Rewel secara Alami
Lavender dan chamomile kerap menjadi pilihan utama dalam praktik mindful parenting.
Dwi Astarini - Minggu, 07 September 2025
Bunda, Coba deh Lavender & Chamomile untuk Tenangkan Bayi Rewel secara Alami
Fun
Liburan Bersama Anak di Kolam Renang: Seru, Sehat, dan Penuh Manfaat
Periode libur long weekend di Agustus ini jadi saat yang tepat untuk mengunjungi kolam renang.
Ananda Dimas Prasetya - Minggu, 17 Agustus 2025
Liburan Bersama Anak di Kolam Renang: Seru, Sehat, dan Penuh Manfaat
Indonesia
Tak hanya Melarang Roblox, Pemerintah Dituntut Lakukan Reformasi Literasi Digital untuk Anak-Anak
Perlu diiringi dengan edukasi yang mencakup tiga elemen kunci yakni anak, orangtua, dan tenaga pendidik.
Dwi Astarini - Jumat, 08 Agustus 2025
Tak hanya Melarang Roblox, Pemerintah Dituntut Lakukan Reformasi Literasi Digital untuk Anak-Anak
Lifestyle
Tak Melulu Negatif, Roblox Tawarkan Manfaat Pengembangan Kreavitas untuk Pemain
Orangtua juga perlu tahu bahwa ada sisi positif dari gim daring ini.
Dwi Astarini - Jumat, 08 Agustus 2025
 Tak Melulu Negatif, Roblox Tawarkan Manfaat Pengembangan Kreavitas untuk Pemain
Lifestyle
Susu Soya, Jawaban Tepat untuk Anak dengan Intoleransi Laktosa
Ini merupakan pilihan yang bijak dan menyehatkan bagi anak-anak yang tidak bisa menoleransi susu sapi.
Dwi Astarini - Jumat, 04 Juli 2025
Susu Soya, Jawaban Tepat untuk Anak dengan Intoleransi Laktosa
Lifestyle
Dokter Bocorkan Cara Ajaib Bikin Anak Berprestasi Hanya dengan Musik
Paparan musik, terutama musik klasik, terbukti memiliki dampak positif pada perkembangan kognitif anak
Angga Yudha Pratama - Rabu, 25 Juni 2025
Dokter Bocorkan Cara Ajaib Bikin Anak Berprestasi Hanya dengan Musik
Lifestyle
Bahaya Gawai Mengintai Si Kecil, Dokter Peringatkan Dampak Buruknya pada Kebiasaan Makan dan Tumbuh Kembang!
Nimaz lebih mengutamakan kebiasaan makan bersama di meja makan
Angga Yudha Pratama - Selasa, 03 Juni 2025
Bahaya Gawai Mengintai Si Kecil, Dokter Peringatkan Dampak Buruknya pada Kebiasaan Makan dan Tumbuh Kembang!
Fun
Wujudkan Kebersamaan dan Keakraban, LEGO Kampanyekan 'Main Bareng Bangun Silaturahmi' Ajak Seluruh Keluarga Kumpul di Ramadan
LEGO Group ingin mendekatkan keluarga melalui permainan kreatif dengan LEGO bricks guna menciptakan momen kebersamaan yang berharga selama bulan Ramadan.
Dwi Astarini - Minggu, 16 Maret 2025
Wujudkan Kebersamaan dan Keakraban, LEGO Kampanyekan 'Main Bareng Bangun Silaturahmi' Ajak Seluruh Keluarga Kumpul di Ramadan
Fun
Parents, Lakukan 6 Hal ini untuk Mengajarkan Anak Berpuasa
Dengan cara yang tepat, berpuasa Ramadan tidak jadi hal yang menyulitkan dan beban buat anak.
Ananda Dimas Prasetya - Sabtu, 01 Maret 2025
Parents, Lakukan 6 Hal ini untuk Mengajarkan Anak Berpuasa
Dunia
Konglomerat Besar Korsel Dorong Karyawan untuk Memiliki Anak, Janjikan Banyak Insentif hingga Bonus Tunai
Semua itu demi membantu orangtua yang bekerja merawat anak-anak mereka tanpa kesulitan.
Dwi Astarini - Rabu, 26 Februari 2025
 Konglomerat Besar Korsel Dorong Karyawan untuk Memiliki Anak, Janjikan Banyak Insentif hingga Bonus Tunai
Bagikan