Luapan Air Laut di Manado Bukan Tsunami, Ini Penyebabnya


Banjir akibat pasang air laut di kawasan Mantos dan Mega mall. (ANTARA/Atwit) (1)
MerahPutih.com - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memastikan banjir pesisir yang melanda Manado, Sulawesi Utara bukan tsunami, tetapi merupakan salah satu kejadian cuaca ekstrem yang terjadi di wilayah Indonesia.
Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG Eko Prasetyo pun meminta kepada masyarakat di Manado untuk tidak panik dan tidak perlu mengungsi.
"Tapi tetap waspada dan terus memantau serta memerhatikan update informasi cuaca terkini dari BMKG," kata Eko di Jakarta, Senin (18/1).
Baca Juga:
Eko menjelaskan, peristiwa tersebut terjadi karena dipengaruhi beberapa faktor, antara lain angin kencang dengan kecepatan angin maksimum 25 knot yang berdampak pada peningkatan tinggi gelombang di Laut Sulawesi, perairan utara Sulawesi Utara, perairan Kepulauan Sangihe - Kepulauan Talaud dan Laut Maluku bagian utara dengan ketinggian gelombang mencapai 2,5 - 4,0 meter.
Bersamaan dengan itu juga, kata dia, adanya pengaruh kondisi pasang air laut maksimum di wilayah Manado yang menunjukkan peningkatan pasang maksimum harian setinggi 170 - 190 cm dari rata-rata tinggi muka air laut atau mean sea level/MSL pada pukul 20.00 - 21.00 WITA.
Berdasarkan analisis gelombang diketahui arah gelombang tegak lurus dengan garis pantai sehingga dapat memicu naiknya air ke wilayah pesisir.
"Akumulasi kondisi di atas yaitu gelombang tinggi, angin kencang di pesisir dan fase pasang air laut maksimum yang menyebabkan terjadi kenaikan air laut sehingga mengakibatkan banjir yang terjadi di Manado," jelasnya.

Lebih lanjut Eko menuturkan, beberapa hari terakhir wilayah Sulawesi Utara dilanda hujan lebat, angin kencang dan gelombang tinggi di beberapa wilayah perairan. Fenomena cuaca tersebut sebenarnya merupakan fenomena cuaca alamiah yang biasa terjadi terutama pada saat puncak musim hujan seperti saat ini.
"Kami mengimbau masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir selalu mewaspadai ancaman bahaya pesisir ketika fase pasang air laut berbarengan dengan gelombang tinggi," tambah Eko.
Masyarakat juga diharapkan mengambil langkah antisipatif terhadap potensi masuknya air laut ke daratan pada saat fase pasang air laut yang bersamaan dengan gelombang tinggi dan angin kencang.
Baca Juga:
Erupsi Semeru dan Banjir Jember, Ketua DPD Imbau Masyarakat Lebih Waspada
Selain itu, masyarakat juga diimbau untuk terus memerhatikan informasi cuaca terkini dari BMKG Stasiun Meteorologi Maritim Bitung dan mengikuti arahan dari BNPB/BPBD setempat.
Seperti diketahui, ramai di media sosial pada Minggu (17/1) kemarin rekaman video yang menggambarkan naiknya air laut ke wilayah pesisir Manado, Sulawesi Utara.
Diperlihatkan juga dalam video air laut yang meluap sampai masuk ke mal-mal di pinggir laut tersebut. (Asp)
Baca Juga:
Jalur Rel Terendam Banjir, Rute Kereta Api Rute Semarang-Solo Dialihkan
Bagikan
Asropih
Berita Terkait
Prakiraan BMKG: Hujan Akan Turun di Sebagian Besar Kota di Indonesia Termasuk Disertai Petir pada Rabu, 10 September, Waspada Gelombang Tinggi

BRIN Lakukan Ekspedisi Maritim Pelajari Tsunami Akibat Tumbukan Lempeng Australia–Jawa, Ajak Peneliti China

Banten Akan Dilanda Cuaca Ekstrem dan Gelombang Tinggi dalam Sepekan Ke depan

Tsunami Besar di Selatan Jawa Berpotensi Terulang, Tunggu 200 Tahun Kedepan

Peringatan Tsunami Sudah Dicabut, Rusia Dihantam Gempa Susulan M 6,7

Tsunami Pasca Gempa Rusia Mereda, Jepang dan Kamchatka Cabut Peringatan!

Gelombang Melemah, BMKG Cabut Peringatan Dini Tsunami akibat Gempa Rusia

Otoritas Kamchatka Umumkan Pencabutan Peringatan Tsunami

BMKG Sebut Gelombang Tinggi hingga 4 Meter di Samudra Hindia Berpeluang Terjadi Sampai 3 Agustus

Warga Hawaii Ramai-Ramai Menjauh dari Pantai saat Gelombang Tsunami Tiba, tak Mau Ambil Risiko
