Lonjakan Harga Komoditas Pengaruhi Neraca Perdagangan Indonesia


Batu Bara. (Foto: Antara)
MerahPutih.com - Beberapa komoditas unggulan ekspor Indonesia, serta komoditas impor yang dibutukan dalam negeri, mengalami kenaikan tajam pada bulan Maret 2022. Kondisi ini, bikin neraca perdagangan Indonesia Maret 2022 mengalami surplus USD 4,53 miliar terutama berasal dari sektor nonmigas USD 6,62 miliar. Sedangkan di sektor migas terjadi defisit USD 2,09 miliar.
"Misalnya saja yang pertama mengenai harga minyak mentah RI di pasar dunia atau ICP itu naik menjadi 113,50 dolar AS per barel pada Maret 2022 dari 95,72 dolar AS per barel pada Februari 2022 atau naik 18,58 persen secara bulanan (month on month/MoM)," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono di Jakarta, Senin (18/4).
Baca Juga:
Harga Komoditas dan PPN Naik, HIPMI: Presiden Tidak Bisa Hindari
Harga ICP tersebut juga mengalami kenaikan 78,74 persen jika dibandingkan dengan harga ICP pada periode yang sama di tahun sebelumnya. Kenaikan harga juga terjadi pada komoditas non-migas lainnya pada Maret 2022 baik secara MoM maupun Year on Year (YoY).
Secara MoM, kata Margo, komoditas yang mengalami peningkatan adalah batu bara, nikel, minyak kelapa sawit, aluminium, emas, dan tembaga.
"Kalau kita lihat peningkatan yang cukup besar pada Maret ini, terutama di komoditas non-migas adalah batu bara yang meningkat 49,91 persen (MoM)," ujar Margo.
Kemudian, nikel juga mengalami peningkatan 41,26 persen (MoM), dan minyak kelapa sawit meningkat 16,72 persen (MoM).
Selain adanya peningkatan harga, beberapa harga komoditas juga mengalami penurunan pada Maret 2022 (MoM), di antaranya karet, timah, dan minyak kernel, di mana karet turun 2,52 persen, timah 0,08 persen, dan minyak kernel 0,05 persen.
"Jadi tentu saja perkembangan harga komoditas ini akan memengaruhi ekspor dan impor pada Maret 2022," ujar Margo.
Tercatat, nilai ekspor Indonesia Maret 2022 mencapai USD 26,50 miliar atau naik 29,42 persen dibanding ekspor Februari 2022. Dibanding Maret 2021 nilai ekspor naik sebesar 44,36 persen.
Ekspor nonmigas Maret 2022 mencapai USD 25,09 miliar, naik 28,82 persen dibanding Februari 2022, dan naik 43,82 persen dibanding ekspor nonmigas Maret 2021. ?Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari–Maret 2022 mencapai USD 66,14 miliar atau naik 35,25 persen dibanding periode yang sama tahun 2021. Demikian juga ekspor nonmigas mencapai USD 62,84 miliar atau naik 35,87 persen.
Peningkatan terbesar ekspor nonmigas Maret 2022 terhadap Februari 2022 terjadi pada komoditas bahan bakar mineral sebesar USD 1.632,5 juta (54,45 persen), sedangkan penurunan terbesar terjadi pada barang dari besi dan baja sebesar USD 20,1 juta (11,77 persen).
Menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari–Maret 2022 naik 29,68 persen dibanding periode yang sama tahun 2021, demikian juga ekspor hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan naik 10,30 persen serta ekspor hasil tambang dan lainnya naik 78,65 persen.
Ekspor nonmigas Maret 2022 terbesar adalah ke Tiongkok yaitu USD 5,48 miliar, disusul Amerika Serikat USD 2,83 miliar dan India USD 2,06 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 41,34 persen. Sementara ekspor ke ASEAN dan Uni Eropa (27 negara) masing-masing sebesar USD 4,98 miliar dan USD 1,86 miliar.
Menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari–Maret 2022 berasal dari Jawa Barat dengan nilai USD 9,58 miliar (14,48 persen), diikuti Jawa Timur USD 6,87 miliar (10,39 persen) dan Kalimantan Timur USD 6,17 miliar (9,33 persen).

Sementara, nilai impor Indonesia Maret 2022 mencapai USD 21,97 miliar, naik 32,02 persen dibanding Februari 2022 atau naik 30,85 persen dibanding Maret 2021. Impor migas Maret 2022 senilai USD 3,49 miliar, naik 20,33 persen dibanding Februari 2022 atau naik 53,22 persen dibanding Maret 2021.
Impor nonmigas Maret 2022 senilai USD 18,48 miliar, naik 34,50 persen dibanding Februari 2022 atau naik 27,34 persen dibanding Maret 2021. Peningkatan impor golongan barang nonmigas terbesar Maret 2022 dibanding Februari 2022 adalah mesin/perlengkapan elektrik dan bagiannya USD 520,0 juta (28,23 persen).
Sedangkan penurunan terbesar adalah perkakas dan peralatan dari logam tidak mulia USD 4,8 juta (7,46 persen). Tiga negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari–Maret 2022 adalah Tiongkok USD 15,79 miliar (32,76 persen), Jepang USD 4,24 miliar (8,81 persen), dan Thailand USD 3,17 miliar (6,57 persen). Impor nonmigas dari ASEAN USD 8,72 miliar (18,10 persen) dan Uni Eropa USD 2,75 miliar (5,70 persen).
Menurut golongan penggunaan barang, nilai impor Januari–Maret 2022 terhadap periode yang sama tahun sebelumnya terjadi peningkatan pada barang konsumsi USD 484,5 juta (11,77 persen), bahan baku/penolong USD 10.944,7 juta (33,44 persen), dan barang modal USD 2.004,8 juta (30,68 persen). (Asp)
Baca Juga:
Tarik Minat Investor, Pemerintah Tingkatkan Daya Saing Komoditas Ekspor
Bagikan
Asropih
Berita Terkait
RUU Komoditas Strategis Dirancang dalam Bentuk Omnibus Law untuk Lindungi Sektor Pertanian Hingga Perkebunan

Harga Beras Berikan Kontribusi Inflasi Terbesar Kelompok Pangan Setelah Bawang Merah

Lapangan Usaha Jasa Lainnya Alami Pertumbuhan Tertinggi, Pertumbuhan Ekonomi Kuartal 4,04 Persen

Fenomena Rojali di Mall Nyata Adanya, BPS: Kelompok Kelas Menengah dan Atas Kini Lebih Irit

Alasan BPS Belum Adopsi Penghitungan Jumlah Penduduk Miskin Ala Bank Dunia

Penduduk Miskin Ekstrem Sebanyak 2,38 Juta, Garis Kemiskinan Rp 609.160 Per Kapita Per Bulan

Tingkat Konsumsi Antara Kaya dan Miskin di Indonesia Timpang, Kelas Menengah Ke Bawah di Perkotaan Makin ‘Ngirit’

Pengeluaran Kelompok Penduduk 40 Persen Terbawah Naik Drastis

Prabowo Bilang Pengangguran dan Tingkat Kemiskinan Absolut Turun, BPS Sebut Masih Validasi

Data Kemiskinan Warga Indonesia Mengacu BPS Bukan Data Bank Dunia
