LIPI Beberkan Sederet Faktor Penyebab Buruknya Toleransi di Masyarakat Indonesia

Angga Yudha PratamaAngga Yudha Pratama - Selasa, 07 Agustus 2018
LIPI Beberkan Sederet Faktor Penyebab Buruknya Toleransi di Masyarakat Indonesia

ilustrasi toleransi (pixabay)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MerahPutih.com - Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menggelar survei ahli. Survei ahli yang digelar pada April-Juli 2018 ini melibatkan 145 ahli politik, ekonomi, sosial-budaya dan pertahanan-keamanan.

Survei ini memetakan kondisi politik, ekonomi, sosial-budaya dan pertahanan-keamanan menjelang Pemilu serentak 2019 dalam rangka penguatan demokrasi.

Kordinator survei ahli LIPI Esty Ekawati mengatakan, dalam pemetaan kondisi dan problem sosial budaya, telorensi di masyarakat Indonesia masih buruk.

"Kondisi toleransi di masyarakat saat ini, maka 62,8 persen ahli menilainya buruk atau sangat buruk," kata Esty di Hotel JS Luwansa, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (6/8).

Hal tersebut, kata Esty, dikarenakan banyaknya terjadi kasus politisasi SARA, stigmatisasi, diskriminasi terhadap minoritas, dan konflik sosial budaya.

"Penilaian ahli terhadap kondisi kesetaraan sosial budaya di masyarakat terbagi menjadi dua kategori nilai," ujar dia.

ilustrasi (pixabay)

Esty mengungkapkan kondisi kesetaraan yang telah dinyatakan baik, diantaranya kesetaraan di bidang pendidikan, kesehatan dan politik. Ketiga bidang tersebut masing-masing memperoleh 60,69% dari para ahli.

"Namun, kesetaraan di bidang hukum dan ekonomi masih problematik karena hanya sekitar 35% ahli yang menilai telah baik," ungkap dia.

Sementara untuk tindakan persekusi yang belakangan ini marak terjadi di masyarakat, para ahli mengungkapkan beberapa faktor penyebabnya. Dari sejumlah faktor penyebab persekusi yang tertinggi adalah berita hoaks.

"Berita hoaks (92,4%), penyebaran ujaran kebencian (90,4%), radikalisme (84,2%), kesenjangan sosial ekonomi (75,2%), perasaan terancam oleh orang atau kelompok lain (71,1%), relijiusitas (67,6%) dan ketidakpercayaan antar kelompok suku/agama/ras (67,6%)," jelas dia.

ilustrasi (pixabay)

Selanjutnya, problem sosial budaya yang dianggap oleh ahli berpotensi menghambat Pemilu serentak 2019 adalah politisasi SARA dan identitas, intoleransi, radikalisme, rasa saling curiga, dan berita hoaks.

"Problem sosial budaya yang berpotensi menghambat konsolidasi demokrasi di Indonesia yakni isu SARA dan politik identitas, intoleransi masyarakyat dan radikalisme," pungkasnya.

Survei P2P LIPI ini menggunakan teknik non-probability sampling dengan teknik purposive sampling, dimana sampel sumber data (ahli) dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan atau kriteria tertentu.

Hasil survei LIPI ini diharapkan dapat memetakan isu dan masalah strategis di bidang politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam. Selain itu, survei ini juga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan untuk mendorong konsolidasi demokrasi di Indonesia. (Pon)

#Toleransi
Bagikan
Ditulis Oleh

Ponco Sulaksono

Berita Terkait

Tradisi
Tradisi Yaa Qowiyyu Klaten, Ribuan Warga Berebut Gunungan Apem
Tradisi sebaran apem Yaa Qowiyyu merupakan peninggalan leluhur yang perlu dilestarikan.
Ananda Dimas Prasetya - Sabtu, 09 Agustus 2025
Tradisi Yaa Qowiyyu Klaten, Ribuan Warga Berebut Gunungan Apem
Indonesia
Wujud Toleransi, Gereja Santa Theresia Sumbangkan Sapi Kurban ke Umat Islam Tanah Abang
Rumah Singgah Hurin in Study Center biasanya menjadi tempat anak-anak Tanah Abang dan sekitarnya untuk belajar mengaji
Wisnu Cipto - Jumat, 06 Juni 2025
Wujud Toleransi, Gereja Santa Theresia Sumbangkan Sapi Kurban ke Umat Islam Tanah Abang
Indonesia
Terlempar dari Daftar 10 Besar Kota Toleransi, Walkot Solo: Kami Sedang Menyusun Perda
Pemkot Solo akan membuat program supaya Solo masuk lima besar kota paling toleransi di Indonesia.
Ananda Dimas Prasetya - Jumat, 30 Mei 2025
Terlempar dari Daftar 10 Besar Kota Toleransi, Walkot Solo: Kami Sedang Menyusun Perda
Indonesia
Kirab Waisak Solo Cermin Toleransi Umat Beragama Kota Bengawan
Kirab bertajuk "Kebijaksanaan Dasar Keluhuran Bangsa” itu menjadi cermin simbol kerukunan dan toleransi umat beragama di Kota Bengawan.
Wisnu Cipto - Senin, 12 Mei 2025
Kirab Waisak Solo Cermin Toleransi Umat Beragama Kota Bengawan
Indonesia
Polarisasi Agama bisa Memecah Belah Masyarakat, Spiritualitas Universal Layak Jadi Kurikulum di Kampus
Dapat menumbuhkan generasi yang bukan hanya pintar secara akademik.
Dwi Astarini - Selasa, 15 April 2025
Polarisasi Agama bisa Memecah Belah Masyarakat, Spiritualitas Universal Layak Jadi Kurikulum di Kampus
Indonesia
Momen Toleransi: Ucapkan Selamat Lebaran, Kardinal Suharyo Peluk Erat Menteri Agama
Pertemuan itu menjadi momen silaturahmi kedua sahabat.
Wisnu Cipto - Selasa, 01 April 2025
Momen Toleransi: Ucapkan Selamat Lebaran, Kardinal Suharyo Peluk Erat Menteri Agama
Indonesia
Aliansi Masyarakat Solo Cinta Damai Tolak Ormas Intoleran di Kota Solo
Dwi Astarini - Minggu, 16 Februari 2025
Aliansi Masyarakat Solo Cinta Damai Tolak Ormas Intoleran di Kota Solo
Indonesia
Menlu: Indonesia Beri Contoh Baik Dalam Dialog Antarumat Beragama ke Dunia
Indonesia akan terus memperjuangkan penguatan toleransi karena ketiadaan toleransi akan menimbulkan polarisasi sosial yang dapat memicu ketegangan dan konflik terbuka.
Alwan Ridha Ramdani - Rabu, 10 Juli 2024
Menlu: Indonesia Beri Contoh Baik Dalam Dialog Antarumat Beragama ke Dunia
Berita
Disinggung soal Toleransi, Anies ‘Pamer’ IMB Gereja yang Mandek Puluhan Tahun
Capres nomor urut 1, Anies Baswedan, menjunjung tinggi toleransi dan perbedaan antar umat beragama.
Soffi Amira - Kamis, 25 Januari 2024
Disinggung soal Toleransi, Anies ‘Pamer’ IMB Gereja yang Mandek Puluhan Tahun
Indonesia
Angka Toleransi Masyarakat Meningkat akibat Menyusutnya Kelompok Intoleran
Adanya tren positif toleransi di tengah masyarakat berdasarkan kajian di tahun 2023.
Zulfikar Sy - Rabu, 30 Agustus 2023
Angka Toleransi Masyarakat Meningkat akibat Menyusutnya Kelompok Intoleran
Bagikan