Kue Keranjang Tiga Generasi ala 'Ong Tiang Bie'


Kue keranjang Ong Tiang Bie, Serang, Banten (MerahPutih/SR)
MerahPutih kuliner - Menjelang hari raya Imlek, rumah Rudi Winata di Jalan Sultan Ageng Tirtayasa Nomor 125 C Kelurahan Kota Baru, Kecamatan Serang, Kota Serang, Banten, selalu dipenuhi pengunjung. Kedatangan para tamu ini ternyata untuk ‘memburu’ kue keranjang buatan keluarganya.
Rudi mengatakan, membuat kue keranjang adalah usaha keluarga yang dijalankan secara turun-temurun. Dia adalah generasi ketiga yang melanjutkan nama besar neneknya, Ong Tiang Bie yang telah membuat dodol sejak tahun 1950. “Saya adalah generasi ketiga, nama nenek saya itu yang kini menjadi merek dagang kita,” kata Rudi disela membuat kue keranjang, Rabu (3/2/2016).
Pelanggan kue keranjang Ong Tiang Bie ini tidak hanya datang dari dalam Kota Serang saja, tak sedikit pesanan yang datang dari luar Banten seperti Jakarta, Bogor, Bandung, hingga Medan. “Dua atau tiga hari sebelum perayaan Imlek pasti ada peningkatan orderan,” kata dia.
Kue keranjang merupakan hidangan yang dipersembahkan etnis Tionghoa untuk menyenangkan Dewa Tungku (Cau Kun Kong), agar memberikan laporan yang menyenangkan untuk Raja Surga (Giok Hong Siang Te).
Proses pembuatan kue keranjang terbilang sederhana, tapi jangan dianggap remeh, karena untuk membuat sebuah dodol memerlukan waktu selama 11 jam. Untuk memberi kepuasan terhadap pelanggan, Rudi tidak pernah merubah resep dari leluhurnya.
“Menyiapkan adonan yang tradisional menggunakan beras ketan bayong pilihan, ditumbuk atau digiling dengan alat, kemudian dikasih gula putih hingga di fermentasi selama dua minggu. Kue Keranjang yang dihasilkan pun memiliki rasa yang berbeda dengan kue yang dijual di daerah lain,”
Ia menyatakan, meski saat ini banyak kue keranjang yang dijual di pasaran, masih banyak konsumen yang tetap mencari kue tradisional seperti yang diproduksi oleh keluarga besarnya ini. “Banyak yang nyari kue keranjang yang dibungkus daun pisang seperti ini, karena aromanya wangi,” tuturnya. (SR)
BACA JUGA:
Bagikan
Berita Terkait
Umat Buddha Gelar Buka Puasa Bersama untuk Umat Muslim saat Ramadan 1446 H di Vihara Dharma Bakti

Yandri Susanto Bantah ‘Cawe-cawe’ Menangi Istrinya di Pilbup Serang, Datang ke Acara Kepala Desa Sebelum Dilantik jadi Mendes

Menelusuri Asal Usul Perayaan Cap Go Meh

Perayaan Imlek Jadi Simbol Akulturasi Berbagai Budaya di Jakarta

Fang Teh, Tradisinya Pagi Hari Pertama Tahun Baru Imlek Simbolkan Harapan Keberuntungan

Ekspresi Kebebasan Barongsai di Perayaan Imlek, Makin Eksis di Ruang Publik Sejak Dibebaskan Presiden Gus Dur

Arus Balik Long Weekand Padati Stasiun, 37.579 Penumpang Tiba di Jakarta

Prabowo Ucapkan Selamat Tahun Baru Imlek 2576 Kongzili/2025, Imlek Bagian Rayakan Keberagaman

Makna Makan Menu Vegetarian di Perayaan Tahun Baru Imlek 2576 Kongzili/2025 Masehi

Jadi Tradisi dalam Imlek, Ini 6 Ketentuan Pemberian Angpao
