Ekspresi Kebebasan Barongsai di Perayaan Imlek, Makin Eksis di Ruang Publik Sejak Dibebaskan Presiden Gus Dur


Pertunjukan Lion Dance dalam rangka meramaikan perayaan Imlek 2576 Kongzili di Old Shanghai City, Cakung, Jakarta Timur, Senin (27/1/2025). ANTARA/HO-Pemerintah Kota Jakarta Timur.
MerahPutih.com - Perayaan Imlek di Indonesia, saat ini selalu dimeriahkan dengan pertunjukan Barongsai. Pertunjukan terutama dilakukan di tempat tempat keramaian atau wisata.
Barongsai yang merupakan gabungan gerakan tari sekaligus seni bela diri, biasanya dilakukan oleh dua orang penari atau lebih yang mengenakan kostum khusus. Satu penari di bagian kepala dan penari lainnya menjadi tubuh Barongsai.
Saat mengikuti musik, biasanya penari mulai melakukan atraksi-atraksi yang menegangkan. Seperti melompat dari satu tiang ke tiang lainnya. Melakukan salto, menduduki bahu penari sehingga Barongsai tampak melayang dan lainnya.
Mereka biasanya mengenakan kostum barongsai dengan warna yang eye catching, mencolok, terang meriah. Setiap warna pada kostum barongsai memiliki simbol arti sendiri.
Baca juga:
Makna Makan Menu Vegetarian di Perayaan Tahun Baru Imlek 2576 Kongzili/2025 Masehi
Barongsai dengan warna kuning melambangkan tanah (tengah), hitam melambangkan air (utara), hijau melambangkan kayu (timur), merah melambangkan api (selatan) dan putih melambangkan logam (barat).
Morfologi Barongsai sendiri diyakini dari makhluk mitologi seperti naga dan singa. Disebutkan bahwa menurut kepercayaan masyarakat Tiongkok singa sebagai simbol kekuatan, kebijaksanaan, dan superioritas.
Sementara cerita di balik kemunculan Barongsai berangkat dari kostum untuk menakuti monster jahat bernama "Nian". Ia adalah makhluk mitologi lain dalam Kebudayaan China-yang memakan manusia ternyata takut dengan singa.
Bentuk Barongsai sangat sederhana. Hanya terdiri dari bagian kepala dan badan. Pada bagian kepala terdapat tanduk, memiliki representasi kehidupan, regenerasi, dan mewakili unsur perempuan.
Pada bagian kepala Barongsai juga ada telinga dan ekor, keduanya melambangkan kebijaksanaan dan keberuntungan.
Sementara bagian dahi dan janggut di bagian kepala Barongsai melambangkan kekuatan, kepemimpinan, dan mewakili unsur laki-laki.
Saat kepemimpinan Presiden Soeharto ekpresi keagamaan dan kebudayaan etnis Tionghoa terbatas di Indonesia. Pada 1967, Soeharto mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 14 tahun 1967 tentang Agama Kepercayaan dan Adat Istiadat Cina. Dalam Inpres tersebut aktivitas etnis Tionghoa Indonesia semakin dibatasi.
'Perayaan-perayaan pesta agama dan adat istiadat Cina dilakukan secara tidak mencolok di depan umum, melainkan dilakukan dalam lingkungan keluarga,' bunyi poin kedua dalam Nomor 14 tahun 1967. Rezim Soeharto berdalih inpres itu terbit demi menyeimbangkan asimilasi kebudayaan Etnis Tionghoa pada proporsi yang wajar.
Masa reformasi yakni akhir 1990-an barongsai dan budaya Tionghoa lainnya mendapatkan tempat kembali di ruang publik Indonesia. Hal tersebut dimulai pada tahun 2000, di mana Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mencabut larangan perayaan Imlek dan budaya Tionghoa di Indonesia.
Sejak saat itu, barongsai menjadi semakin populer dan sering dipertunjukkan ke publik, baik dalam acara keagamaan, kebudayaan atau sekadar hiburan. (Tka)
Bagikan
Tika Ayu
Berita Terkait
Menelusuri Asal Usul Perayaan Cap Go Meh

Perayaan Imlek Jadi Simbol Akulturasi Berbagai Budaya di Jakarta

Fang Teh, Tradisinya Pagi Hari Pertama Tahun Baru Imlek Simbolkan Harapan Keberuntungan

Ekspresi Kebebasan Barongsai di Perayaan Imlek, Makin Eksis di Ruang Publik Sejak Dibebaskan Presiden Gus Dur

Arus Balik Long Weekand Padati Stasiun, 37.579 Penumpang Tiba di Jakarta

Prabowo Ucapkan Selamat Tahun Baru Imlek 2576 Kongzili/2025, Imlek Bagian Rayakan Keberagaman

Makna Makan Menu Vegetarian di Perayaan Tahun Baru Imlek 2576 Kongzili/2025 Masehi

Jadi Tradisi dalam Imlek, Ini 6 Ketentuan Pemberian Angpao

Kisah Legenda Tiongkok di Balik Warna Merah dalam Perayaan Imlek

Siu Mie, Hidangan Sedap saat Imlek sebagai Doa Umur Panjang
