Konsumsi Lembaga Non Profit Jadi Pengeluaran Tertinggi di Triwulan III-2016

Ana AmaliaAna Amalia - Senin, 07 November 2016
Konsumsi Lembaga Non Profit Jadi Pengeluaran Tertinggi di Triwulan III-2016

Kepala BPS Suhariyanto. (Foto screen shot YouTube)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MerahPutih Keuangan - Dari sisi pegeluaran, pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan III-2016 terhadap triwulan III-2015 (YoY) mencapai 5,02 persen.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menjelaskan pertumbuhan tertinggi terjadi pada Komponen Pegeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT) sebesar 6,65 persen yang diikuti oleh pertumbuhan Komponen Pengeluaran Rumah Tangga (PK-RT) sebesar 5,01 persen, dan komponen Pembentukan Tetap Bruto (PMBT) sebesar 4,06 persen, sedangkan komponen lainnya mengalami pertumbuhan negatif.

"Struktur PDB Indonesia menurut pengeluaran pada triwulan III-2016 tidak menunjukkan perubahan berarti," kata Suhariyanto saat ditemui di Kantornya Badan Pusat Statistik, Jakarta Pusat, Senin (7/11).

Suhariyanto menjelaskan aktivitas permintaan (akhir) terhadap barang dan jasa masih didominasi oleh Komponen PK-RT yang mencapai 55,32 persen dari PDB atas dasar harga berlaku.

"Komponen lain yang berkontribusi besar berturut-turut adalah Komponen PMTB (31,98 persen), Ekspor Barang dan Jasa (17,74 persen), dan PK-P (8,97 persen). Sedangkan kontribusi Perubahan Inventori dan PK-LNPRT relatif kecil masing-masing sebesar 2,94 persen dan 1,15 persen," tuturnya.

Dari sisi Impor Barang Jasa, sambungnya, berkontribusi sekitar 16,91 persen, namun impor merupakan faktor pengurang dalam PDB.

"Berdasarkan sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III-2016 (YoY) sumber pertumbuhan tertinggi berasal dari PK-RT (2,70 persen), yang diikuti oleh Komponen PMTB (1,30 persen). Sedangkan sumber pertumbuhan ekonomi dari komponen-komponen lainya sebesar 1,02 persen," imbuhnya. (Abi)

BACA JUGA:

  1. Awal Pekan, Harga Emas Dibuka Turun
  2. Rupiah Melemah, IHSG Turun. Akibat Demo 4 November?
  3. Rini Soemarno Puji Budi Karya di Forum BUMN 2016
  4. Mudahkan Nasabah, BTN Kerjasama dengan Go-Jek
  5. Ratusan Driver Go-Jek Geruduk Pangkalan Ojek di Stasiun Purwosari

 

#Badan Pusat Statistik (BPS) #Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Bagikan
Ditulis Oleh

Ana Amalia

Happy life happy me

Berita Terkait

Indonesia
Harga Telur Melonjak 32 Persen, Alasanya Harga Jagung Naik dan Produksi Minus
Angka perkiraan produksi JPK pada Agustus sebesar minus 21,09 persen; September minus 24,73 persen; dan Oktober diperkirakan minus 15,67 persen.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 23 September 2025
Harga Telur Melonjak 32 Persen, Alasanya Harga Jagung Naik dan Produksi Minus
Indonesia
Purbaya Bantah BPS Manipulasi Pertumbuhan Ekonomi, Alasanya Uang Beredar Banyak
Jumlah uang beredar kemudian mulai melandai sejak Mei, yang juga mempengaruhi perlambatan kinerja ekonomi setelah periode itu.
Alwan Ridha Ramdani - Senin, 22 September 2025
Purbaya Bantah BPS Manipulasi Pertumbuhan Ekonomi, Alasanya Uang Beredar Banyak
Indonesia
Harga Beras Berikan Kontribusi Inflasi Terbesar Kelompok Pangan Setelah Bawang Merah
Terdapat bahan pangan yang memberikan andil inflasi pada Agustus 2025, yaitu bawang merah dan beras dengan kontribusi masing-masing 0,05 persen dan o,03 persen.
Alwan Ridha Ramdani - Senin, 01 September 2025
Harga Beras Berikan Kontribusi Inflasi Terbesar Kelompok Pangan Setelah Bawang Merah
Indonesia
Lapangan Usaha Jasa Lainnya Alami Pertumbuhan Tertinggi, Pertumbuhan Ekonomi Kuartal 4,04 Persen
Ekonomi Indonesia triwulan II-2025 terhadap triwulan II-2024 mengalami pertumbuhan sebesar 5,12 persen (y-on-y).
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 05 Agustus 2025
Lapangan Usaha Jasa Lainnya Alami Pertumbuhan Tertinggi, Pertumbuhan Ekonomi Kuartal 4,04 Persen
Indonesia
Fenomena Rojali di Mall Nyata Adanya, BPS: Kelompok Kelas Menengah dan Atas Kini Lebih Irit
Fenomena ini diartikan sebagai masyarakat yang hanya datang ke pusat perbelanjaan, tetapi jarang melakukan pembelian.
Frengky Aruan - Sabtu, 26 Juli 2025
Fenomena Rojali di Mall Nyata Adanya, BPS: Kelompok Kelas Menengah dan Atas Kini Lebih Irit
Indonesia
Alasan BPS Belum Adopsi Penghitungan Jumlah Penduduk Miskin Ala Bank Dunia
Pada Maret 2025, persentase penduduk miskin ekstrem yang mengacu pada garis kemiskinan ekstrem Bank Dunia 2,15 dolar AS (PPP 2017) per kapita per hari, tercatat sebesar 0,85 persen atau 2,38 juta orang.
Alwan Ridha Ramdani - Jumat, 25 Juli 2025
Alasan BPS Belum Adopsi Penghitungan Jumlah Penduduk Miskin Ala Bank Dunia
Indonesia
Penduduk Miskin Ekstrem Sebanyak 2,38 Juta, Garis Kemiskinan Rp 609.160 Per Kapita Per Bulan
Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2025 tercatat sebanyak 23,85 juta orang atau turun 0,2 juta orang dibandingkan dengan September 2024.
Alwan Ridha Ramdani - Jumat, 25 Juli 2025
Penduduk Miskin Ekstrem Sebanyak 2,38 Juta, Garis Kemiskinan Rp 609.160 Per Kapita Per Bulan
Indonesia
Tingkat Konsumsi Antara Kaya dan Miskin di Indonesia Timpang, Kelas Menengah Ke Bawah di Perkotaan Makin ‘Ngirit’
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat rata-rata pengeluaran penduduk miskin di perkotaan semakin kecil.
Frengky Aruan - Jumat, 25 Juli 2025
Tingkat Konsumsi Antara Kaya dan Miskin di Indonesia Timpang, Kelas Menengah Ke Bawah di Perkotaan Makin ‘Ngirit’
Indonesia
Pengeluaran Kelompok Penduduk 40 Persen Terbawah Naik Drastis
Angka tersebut mengalami peningkatan sebesar 0,36 persen poin dibandingkan September 2024 dan Maret 2024 yang masing-masing sebesar 21,39 persen.
Alwan Ridha Ramdani - Jumat, 25 Juli 2025
Pengeluaran Kelompok Penduduk 40 Persen Terbawah Naik Drastis
Indonesia
Prabowo Bilang Pengangguran dan Tingkat Kemiskinan Absolut Turun, BPS Sebut Masih Validasi
Angka kemiskinan absolut di Indonesia per September 2024 sebesar 8,57 persen. Sementara itu, tingkat pengangguran terbuka (TPT) per Agustus 2023 adalah 5,32 persen.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 22 Juli 2025
Prabowo Bilang Pengangguran dan Tingkat Kemiskinan Absolut Turun, BPS Sebut Masih Validasi
Bagikan