Kisah Perjuangan Juara WBC Asia Kelas Menengah


Maxi Nahak Rodriguez (32) sedang mengenakan sarung tinju miliknya pada sesi latihan di sasana tinju Sasando BC Tangerang , Kamis (21/7) (FOTO: Merahputih.com / Rizki Fitrianto)
Merahputih Tinju - Bekerja keras adalah etos dari sosok Maxi Nahak Rodriguez di dunia tinju mendorongnya memilih berkarir sebagai atlet tinju profesional.
Setelah lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) di Belu, Nusa Tenggara Timur, Maxi memutuskan untuk hijrah ke Malaysia bekerja sebagai buruh pabrik mebel dan pembuatan peti mayat selama tiga tahun.
Ia mengaku tiga tahun bekerja disana dan akhirnya memutuskan untuk kembali di Indonesia. Saat bekerja disana ia bertemu dengan salah seorang kerabatnya yang memiliki koneksi untuk menjadi atlet tinju profesional.
"Saya sempat bekerja di Malaysia selama tiga tahun dan bekerja sebagai buruh dan putih mayat. Setelah tiga tahun serta rindu dengan negeri sendiri dan mendapat tawaran menjadi petinju, akhir tahun 2008 saya pindah ke Jakarta," kata Maxi saat ditemui merahputih.com di Sasando Boxing Camp, di Jalan Doktor Sitanala, Tangerang, Kamis (21/7).
Awal tahun 2009 Maxi mulai bergabung di Sasando Boxing Camp dan mulai berlatih tinju. Namun, banyak tantangan yang harus dihadapinya yakni menurunkan berat badan.
"Waktu saya berlatih itu berat badan saya masih 85 kg, dan ketika itu ada kejuaraan tingkat nasional yang mengharuskan saya untuk menurunkan berat badan mencapai 63 kg," ceritanya.
Latihan keras pun dilakukan oleh Maxi demi mencapai cita-citanya menjadi seorang petinju. Setiap, hari ia harus latihan fisik mulai dari lari disiang hari, angkat beban, diet makan, bahkan sampai dijemur di dalam mobil seharian.
"Wah berat banget bang saat latihan. Saya harus menurunkan berat badan sampai dengan 63 kilo. Karena kejuaraan tinju profesional di kelas welter bobotnya harus 63 kg. Setiap hari itu saya harus latihan fisik angkat barbel pakai gigi, skipping, dijemur di dalam mobil, sampai dengan latihan teknik," terangnya.
Maxi mengaku merintis karier sebagai atlet tinju profesional saat bertanding di kelas 63 kg pada tahun 2012. Ia harus bertanding di kejuaraan petinju asal Ambon pada kejuaraan nasional yang digelar oleh Komisi Tinju Profesional Indonesia (KTPI)," kenangnya.
Kariernya terus semakin cemerlang, saat berlaga di kejuaran tinju tingkat nasional yang diselenggarakan Federasi Tinju Indonesia (FTI), ia mengandaskan Jack Macan.
"Saya saya mengalahkan Jack Macan pada laga FTI, waktu itu saya menang skor dengan dia. Bahkan saya sempat menjadi juara kali berturut-turut," pungkasnya. Tidak puas hanya bertarung di kelas welter membuat pria asal Belu ini naik kelas ke kelas menengah (72,5 kg). Hingga akhirnya ia merebut sabuk juara kelas menengah WBC Asia dari petinju Korea Selatan, Eun-chang Lee di Seoul, Korea Selatan, pada Minggu (17/7) lalu. (Abi)
BACA JUGA:
- Legenda Tinju Dunia Muhammad Ali Wafat
- Menuju Olimpiade 2016, PP Pertina Fokus Pada Enam Petinju
- Pertina Hindari Spekulasi Jumlah Petinju yang Lolos Olimpiade
- Momen Natal, PP Pertina Bangkitkan Semangat Petinju
- Promotor: Tinju Profesional Butuh Terobosan
Bagikan
Berita Terkait
NOC Indonesia Menerima 6 Anggota Baru, Termasuk Cabang Olahraga Balap Unta dan Piring Terbang

Petinju Julio Cesar Chavez Jr Ditangkap Imigrasi AS, Disebut Terlibat Kartel Narkoba Sinaloa

Lebih dari Sekadar Tinju! Ini Dia Ajang yang Mengubah Hidup Petinju Muda Indonesia

PERBATI Jadi Anggota World Boxing, Petinju Indonesia Bisa Berlaga di Kancah Internasional

Superstar Knockout Volume 3: Saatnya Jefri Nichol dan El Rumi Keluar dari ‘Zona Nyaman’

Asosiasi Tinju Tolak Keinginan Jefri Nichol Lawan El Rumi Tanpa Pelindung Kepala

Legenda Tinju George Foreman Tutup Usia, Dari Juara Dunia Jadi Raja Bisnis

Daud 'The Senator' Yordan vs George Kambosos Jr: Pertarungan Sarat Gengsi dan Kehormatan Indonesia-Australia

Jake Paul Dirumorkan Bakal Duel Lawan Conor McGregor pada 2025

Influencer Bobby Saputra Tumbangkan Onadio Leonardo di Superstar Knockout
