Kisah Para Pemasang Alat Peraga Kampanye Pemilu


Mulai marak memenuhi tiap jengkal ruang kota, kampung, dan desa (Merahputih.com/Hendaru Tri Hanggoro)
PAGAR berbahan seng itu lusuh. Coretan pilox memenuhi tiap sudutnya. Karat hinggap di beberapa bagian. Di depannya, empat spanduk besar calon legislatif partai politik (caleg parpol) terbentang.
Desainnya nyaris serupa: tampang tersenyum dengan deretan gigi rapi, berjas parpol, dan menggunakan kopiah hitam untuk caleg lelaki.
Di sekitar wajah-wajah itu, tersua tulisan bernada promosi 'kecap nomor satu': "Santun, Tidak Korupsi, Sudah Pasti", "Gelora Menang Palestina Merdeka", "Lusyani Suwandi Caleg DPR RI Dapil DKI Jakarta II", dan "Suara Golkar - Suara Rakyat Golkar Menang - Rakyat Sejahtera".
Dari empat spanduk itu, tiga menampilkan caleg dengan desain seperti yang sudah-sudah. Satu spanduk mengusung gambar karikatur si caleg. Agak beda dari desain spanduk caleg yang begitu-begitu saja.
"Janjinya membawa perubahan, tapi sudah sekian Pemilu desainnya masih begitu-begitu saja," canda seorang orator di salah satu forum Kenduri Cinta Jakarta, September 2023.
Spanduk, baliho, banner, poster, dan sejenisnya yang berisi seruan mencoblos caleg di Pemilu 2024 mulai marak memenuhi tiap jengkal ruang kota, kampung, dan desa sejak musim kampanye digelar pada 28 November.
"Di sini mulai ramai sejak awal Desember. Dipasang oleh tim atau relawan calegnya masing-masing. Mereka gerak malam hari. Jam 10 sampai 12 malam, lah," kata Yayan, warga Srengseng Sawah, Jakarta Selatan, yang juga ikut membantu memasang salah satu spanduk caleg.
Alat peraga kampanye (APK) itu terpasang di pagar rumah warga, dinding toko, depan sekolah, dalam taman, tiang listrik, pepohonan, dan gapura. Ukurannya beragam, dari yang paling kecil seukuran kertas A3 hingga yang besar seukuran reklame.
Baca juga:

Tiap ruang adalah medan promosi bagi para caleg. Meski Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah membikin aturan main pemasangan APK, termasuk larangan di tempat-tempat tertentu seperti sekolah, rumah ibadah, gedung pemerintahan, rumah sakit, pepohonan, para pemasang APK kerap mengabaikannya.
"Instruksinya cuma jangan niban spanduk, poster, dan baliho lainnya. Jangan di sekolah atau masjid. Itu aja," terang Yayan. Ia tak tahu aturan detail pemasangannya.
Yayan memasang APK dengan bantuan teman-temannya. Tiga atau empat orang. Ia mengaku bukan simpatisan atau anggota salah satu parpol. Begitu pula dengan teman-temannya.
Mereka memasang APK untuk mencari uang. Ordernya dari salah satu tokoh setempat. Tokoh inilah yang didatangi dan diminta bantuan oleh tim kampanye caleg dari berbagai parpol.
"Dari sana, baru ke sini (saya-Red.). Kadang saya diajak teman, kadang juga saya yang mengajak teman," urai Yayan.
Soal bayaran, Yayan tak mau menyebutnya. "Pokoknya lumayan untuk tiga-empat orang lah. Ada uang rokoknya juga."
Sementara itu, Herlambang, salah satu relawan partai politik peserta Pemilu 2024, mengaku tak dibayar untuk memasang APK parpol. "Paling kalau sudah selesai, makan pecel ayam atau nasi goreng yang masih ada," tutur Herlambang.
Lambang, panggilan karibnya, hanya memasang APK yang mudah dikerjakan seperti umbul-umbul, bendera, dan poster. "Baliho sulit masangnya, perlu bambu bahkan ada yang pakai baja ringan sehingga perlu mobil," kata Lambang.
Serupa Yayan, Lambang juga memasang APK pada malam hari sejak pukul 22.00. Dia berjalan kaki bersama kawan-kawannya memasang APK di sekitaran kecamatannya sendiri di Depok, Jawa Barat. Tengah malam kerjaannya baru rampung. "Biasanya sampai pukul 01.00," ungkap Lambang.
Sebelum memasang, Lambang dan kawan-kawannya diberi santiaji aturan pemasangan dari KPU oleh kawan-kawannya. "Enggak boleh niban punya orang, iklan sedot WC, dan lain-lain, dinding rumah orang," tambahnya.
Baca juga:
Jelang Kampanye Pemilu 2024, Pedagang Atribut Partai di Pasar Senen Terpaksa Gigit Jari

Menurut Lambang, tim kampanye caleg memang mempunyai dana untuk menugaskan orang di luar simpatisan, relawan, dan anggota parpol demi memasang APK.
"'Outsourcing', istilahnya. Misalnya kasih ke tukang parkir atau ojek, atau ormas. Pasang di daerah tertentu, nanti dibayar. Biasanya ada dana dari tim calegnya sendiri," terang Lambang.
Kadang kala, tim 'outsourcing' ini bisa memasang siang hari karena didukung oleh tokoh kuat tempatan.
Lain lagi dengan Heriyanto, salah satu warga Tanah Abang. Dia menjadi koordinator pemasangan APK hanya untuk satu parpol dan caleg saja.
Kesamaan visi, kerapatan hubungan, dan kesamaan latar belakang identitas kesukuan dengan si caleg menjadi alasan Heriyanto untuk membantu kampanye caleg lewat pemasangan APK. Sebaliknya, si caleg pun ikut membantu program sosial Heriyanto.
"Panggilan hati saya. Saya memang simpatisannya," tutur Heriyanto.
Heriyanto sempat ditawari caleg lain yang juga dikenalnya untuk memasang APK si caleg. Ada bayarannya dan lumayan besar. Namun, Heriyanto menolaknya. "Enggak sreg lah, walaupun diming-imingi uang besar lah," sebutnya.
Heriyanto bahkan menyediakan sendiri peralatan dan uang untuk pemasangan caleg yang disukainya. Dia menyuruh orang yang bisa memasang, lalu membayar orang tersebut. "Ada kompensasinya lah. Kayaknya sudah umum begitu kan?"
Untuk APK calegnya, Heriyanto mengambil langsung ke rumah caleg yang bersangkutan. Mereka saling mengenal dan berasal dari satu kampung yang sama. "Jadi, kita saling membantu lah."
Itulah kisah mereka. Bagi banyak orang, musim kampanye jadi musim sampah visual karena APK bertebaran di mana-mana.
Namun, bagi sebagian lain, musim kampanye ternyata justru jadi musim rezeki dan musim unjuk loyalitas. (dru)
Baca juga:
Bagikan
Hendaru Tri Hanggoro
Berita Terkait
Politik Thailand Kembali Bergejolak, PM Sementara Ajukan Pembubaran Parlemen dan Pemilu Baru

Tutup Rakernas, Surya Paloh Targetkan NasDem Masuk 3 Besar Pemilu 2029

NasDem Siap Tantang Partai Besar, Punya Strategi Khusus Rebut Tiga Besar Pemilu 2029

DPR Mulai Bahas Pilihan Alternatif Model Pilkada, Usulan PKB Gubernur Ditunjuk Presiden Belum Ada Yang Nolak

Junta Kembali Tetapkan Darurat Militer Jelang Pemilu Myanmar

Legislator Ungkap Keuntungan dari Pemisahan Pemilu Nasional dan Lokal

Partai Tengah Lagi Bikin Strategi Simulasi Pemilu dan Pilkada

Partai Buruh Ajukan Uji Materi Minta Ambang Batas Parlemen Dihapus Pada Pemilu 2029

4 Tahun Sebelum Pemilu, Golkar Jateng Ingin Rampungkan Seluruh Kepengurusan

Golkar Nilai Putusan MK soal Pemilu Bisa Jadi Bumerang dan Guncang Dunia Politik Indonesia
