Kesehatan

Ketahui Strain Baru COVID-19 Arcturus

Hendaru Tri HanggoroHendaru Tri Hanggoro - Kamis, 27 April 2023
Ketahui Strain Baru COVID-19 Arcturus

Omikron XBB.1.16, kemudian dikenal sebagai "Arcturus" menjadi sub varian baru COVID-19 dengan gejala baru: konjungtivitis. (Foto: Freepik/User3802032)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

SUB-varian baru COVID-19 telah menarik perhatian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Omikron XBB.1.16, yang kemudian disebut sebagai "Arcturus", menyebabkan pasien menunjukkan banyak gejala yang sudah dikenal dari varian COVID-19 sebelumnya.

Namun ada beberapa penambahan gejala baru seperti konjungtivitis. Melansir laman Healthline, varian baru yang sangat menular ini pertama kali ditemukan di India dan kini terdeteksi sudah ada di 29 negara.

Para ahli mengatakan varian ini perlu mendapat perhatian, tapi varian ini tidak memprihatinkan.

Lalu apa perbedaan varian ini dengan jenis COVID-19 lainnya?

“Telah dilaporkan bahwa profilnya mirip dengan sub-varian omicron sebelumnya, tapi mutasi tambahan pada protein lonjakan dapat menyebabkan potensi peningkatan infektivitas dan patogenisitas,” kata Hannah Newman MPH, direktur pencegahan infeksi di Lenox Hill.

Ia pun menambahkan bahwa strain tersebut dianggap sebagai Varian Di Bawah Pemantauan oleh Organisasi Kesehatan Dunia.

“Arcturus adalah sub-varian omicron. Jadi, terkait dengan omicron. Nomor dua, ia memiliki satu mutasi tambahan pada protein lonjakan yang membuatnya lebih menular daripada omicron." kata Dr. William Schaffner, profesor kedokteran pencegahan, kebijakan kesehatan, dan profesor, Divisi Penyakit Menular di Vanderbilt University.

Baca juga:

2 Kasus COVID-19 Varian Arcturus Terdeteksi di Indonesia

covid varian baru
Cenderung menimbulkan demam tinggi dan pada beberapa anak akan disertai konjuntivitis, yaitu peradangan pada bagian luar mata. (Foto: Freepik/Freepik)

Schaffner menjelaskan, varian baru ini menghasilkan penyakit yang sama dengan varian sebelumnya dan tampaknya tidak terlalu parah. Namun, ada beberapa ciri klinis yang membuatnya berbeda.

Pertama, cenderung menimbulkan demam tinggi. Omicron dapat menyebabkan demam, tetapi banyak orang yang terinfeksi tanpa demam sama sekali.

Penyebab demam pada varian baru ini karena ada respons terhadap peradangan tubuh. Hal lain yang lebih khas adalah, terutama pada anak-anak, ia memiliki kecenderungan untuk menghasilkan konjungtivitis, yaitu peradangan pada bagian luar mata.

Lalu bagaimana cara melindungi diri dari varian baru?

“Langkah pencegahan COVID-19 tetap sama dengan sub varian Arcturus. Tetap up-to-date dengan vaksinasi dan booster, kenakan masker, jarak sosial, cuci tangan, dan usahakan untuk menghabiskan waktu di luar ruangan atau di area yang berventilasi baik,” kata Newman.

Mendapatkan vaksinasi adalah salah satu hal terbaik yang dapat kita lakukan untuk mencegah dampak serius COVID-19. Sementara efek dari vaksin mirip dengan penyakit COVID-19 asli, virus itu sendiri telah berubah sedikit dan lebih baik dalam menghindari vaksin asli.

Baca juga:

COVID-19 Bisa Dideteksi lewat Penciuman Anjing

varian baru covid 19
Pakai masker untuk beraktivitas apalagi bila harus di dalam ruangan yang penuh orang. (Foto: Freepik/Freepik)

Itulah mengapa penting untuk meningkatkan vaksin dengan penguat bivalen baru, yang juga menargetkan beberapa galur SARS-CoV-2 termasuk galur omicron.

Apakah varian COVID-19 baru ini berbahaya?

Saat ini, para ahli baru mengawasi dengan cermat, tetapi mereka belum mengkhawatirkannya seperti wabah awal virus. Meski begitu, berhati-hati adalah tindakan yang bagus.

“Tidak ada alasan untuk panik,” kata Newman.

“Kami telah melihat varian yang diklasifikasikan sebagai 'varian dalam pemantauan' sebelum itu tidak menjadi masalah besar. Namun, di dunia pasca-COVID kita di mana pembatasan dicabut dan langkah-langkah pencegahan dilonggarkan, inilah saat yang tepat untuk memperhatikan angka dan berpikir untuk lebih waspada dengan langkah-langkah keamanan,” sambung Newman.

Schaffner menambahkan bahwa varian ini tetap berisiko untuk orang dalam dengan usia lebih dari 65 tahun atau usia berapa pun dengan penyakit penyerta (komorbid).

Selain itu, kewaspadaan perlu diterapkan pada perempuan hamil dan orang yang mengalami gangguan kekebalan.

Kelompok tersebut harus terus berhati-hati dalam mengenakan masker dan sangat berhati-hati untuk beraktifitas apalagi bila harus di dalam ruangan di mana ada banyak orang. (dgs)

Baca juga:

WHO Pantau Varian Baru COVID-19 Actururs

#Kesehatan #COVID-19
Bagikan
Ditulis Oleh

Hendaru Tri Hanggoro

Berkarier sebagai jurnalis sejak 2010 dan bertungkus-lumus dengan tema budaya populer, sejarah Indonesia, serta gaya hidup. Menekuni jurnalisme naratif, in-depth, dan feature. Menjadi narasumber di beberapa seminar kesejarahan dan pelatihan jurnalistik yang diselenggarakan lembaga pemerintah dan swasta.

Berita Terkait

Indonesia
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Pemerintah DKI melalui dinas kesehatan akan melakukan penanganan kasus campak agar tidak terus menyebar.
Dwi Astarini - Jumat, 12 September 2025
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Indonesia
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Langkah cepat yang diambil jajaran Dinkes DKI untuk mencegah penyakit campak salah satunya ialah melalui respons penanggulangan bernama ORI (Outbreak Response Immunization).
Dwi Astarini - Selasa, 09 September 2025
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Dunia
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Menkes AS juga menghapus program pencegahan penyakit yang krusial.
Dwi Astarini - Rabu, 03 September 2025
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Lifestyle
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Mereka yang membatasi makan kurang dari delapan jam sehari memiliki risiko 135 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular.
Dwi Astarini - Selasa, 02 September 2025
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Indonesia
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Irma mendorong BPJS Kesehatan untuk bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik
Angga Yudha Pratama - Kamis, 28 Agustus 2025
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Indonesia
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Presiden Prabowo juga menargetkan membangun total 500 rumah sakit berkualitas tinggi sehingga nantinya ada satu RS di tiap kabupaten dalam periode 4 tahun ini.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Indonesia
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Presiden Prabowo yakin RS PON Mahar Mardjono dapat menjadi Center of Excellence bagi RS-RS yang juga menjadi pusat pendidikan dan riset, terutama yang khusus berkaitan dengan otak dan saraf.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Indonesia
Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
Riza Chalid, selaku pemilik manfaat PT Orbit Terminal Merak, merupakan salah satu dari delapan tersangka baru dalam kasus korupsi tata kelola minyak mentah
Angga Yudha Pratama - Jumat, 22 Agustus 2025
Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
Bagikan