Sains

Kerawanan Pangan Tingkatkan Potensi Gangguan Makan

Hendaru Tri HanggoroHendaru Tri Hanggoro - Kamis, 08 Juni 2023
Kerawanan Pangan Tingkatkan Potensi Gangguan Makan

Peneliti menunjukkan, kerawanan pangan dapat membuat perilaku gangguan makan lebih mungkin terjadi. (Foto: Unsplash/Thought Catalog)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

BERTAHUN-tahun sudah para peneliti telah menyimpulkan bahwa stereotipe gangguan makan hanya terjadi pada pasien dari kelompok tertentu, tidaklah akurat. Banyak asumsi bahwa gangguan makan terutama memengaruhi perempuan kulit putih bertubuh kurus.

Namun, orang dari semua ras, jenis kelamin, dan ukuran tubuh dapat mengalami gangguan makan.

Lebih lanjut, penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Eating Behaviors menantang komponen lain dari stereotipe gangguan makan: asumsi bahwa orang dengan gangguan makan cenderung kaya.

Dalam studi longitudinal terhadap kelompok keluarga yang beragam, para peneliti menunjukkan bahwa kerawanan pangan dapat membuat perilaku gangguan makan lebih mungkin terjadi.

Dalam beberapa tahun terakhir, sekira 10 persen rumah tangga AS memenuhi kriteria kerawanan pangan dari United States Department of Agriculture (USDA).

Baca juga:

Ragam Karbohidrat Pangan Lokal

kerawanan pangan
Pembatasan makanan cenderung memicu 'binge eating' atau makan berlebihan tanpa bisa dikontrol. (Foto: Freepik/Studioredcup)

Mengutip laman psychologytoday.com, USDA mendefinisikan rumah tangga rawan pangan sebagai mereka yang mengalami periode waktu ketika mereka tidak yakin memiliki atau tidak dapat memperoleh cukup makanan untuk memenuhi kebutuhan semua anggota rumah tangga karena mereka tidak memiliki cukup uang atau sumber daya lain untuk makanan.

Memiliki sumber daya yang terbatas untuk membeli makanan dapat menyebabkan siklus 'feast-or-famine' atau kondisi ketika konsumsi berlebihan dari individu. Biasanya berlangsung ketika mereka mampu melakukannya (misalnya setelah gajian) dan membatasi asupan makanan ketika kehabisan uang.

Terlepas dari apakah seseorang membatasi asupan makanan karena berusaha menurunkan berat badan atau karena tidak mampu membeli makanan, hasilnya tetap sama. Pembatasan makanan cenderung memicu 'binge eating' atau makan berlebihan tanpa bisa dikontrol.

Ini dapat mendorong perilaku pengendalian berat badan yang tidak sehat seperti puasa atau memuntahkan makanan.

Untuk menilai sejauh mana kerawanan pangan dapat diprediksi terlibat dalam perilaku makan yang tidak sehat, para peneliti di University of Minnesota merekrut lebih dari 1.000 orangtua yang berpartisipasi dalam studi penelitian longitudinal yang lebih besar dan disebut Family Matters.

Keluarga dalam sampel ini berasal dari beragam ras/etnis. Keberagaman sangat penting untuk penelitian ini mengingat di Amerika Serikat orang kulit berwarna cenderung mengalami kerawanan pangan.

Baca juga:

Kembangkan Potensi Lokal Perluas Pasar Pangan

kerawanan pangan
Tekanan keuangan dan ketidakpastian dapat memicu pola makan yang tidak sehat atau berbahaya. (Foto: Freepik/Pressfoto)

Rumah tangga dengan anak juga lebih mungkin mengalami kerawanan pangan; semua rumah tangga yang berpartisipasi dalam penelitian ini memiliki anak. Orangtua dapat menyelesaikan survei untuk penelitian ini dalam bahasa Inggris, Hmong, Somalia, atau Spanyol.

Peserta studi menyelesaikan survei tentang kerawanan pangan singkat berisi pertanyaan tentang apakah rumah tangga mengalami hal-hal seperti kehabisan makanan dan tidak punya uang untuk membeli lebih banyak, atau tidak punya uang untuk membeli makanan seimbang.

Untuk menilai perilaku gangguan makan, peserta menjawab pertanyaan ya/tidak tentang apakah, dalam satu tahun terakhir, mereka telah melakukan hal-hal seperti melewatkan jam makan, berpuasa, menggunakan pil diet, memuntahkan yang diinduksi sendiri, atau mengalami periode 'binge eating'.

Para peneliti menemukan bukti yang jelas bahwa kerawanan pangan rumah tangga memiliki hubungan dengan kemungkinan yang jauh lebih tinggi untuk terlibat dalam perilaku makan yang tidak sehat, terutama 'binge eating.

Penelitian baru ini memperluas pemahaman kita tentang faktor risiko gangguan makan dengan menyoroti bagaimana tekanan keuangan dan ketidakpastian dapat memicu pola makan yang tidak sehat atau berbahaya. (aru)

Baca juga:

Disebut Presiden Jokowi Jadi Pangan Alternatif, ini Manfaat Kesehatan Sorgum

#Kesehatan #Sains
Bagikan
Ditulis Oleh

Hendaru Tri Hanggoro

Berkarier sebagai jurnalis sejak 2010 dan bertungkus-lumus dengan tema budaya populer, sejarah Indonesia, serta gaya hidup. Menekuni jurnalisme naratif, in-depth, dan feature. Menjadi narasumber di beberapa seminar kesejarahan dan pelatihan jurnalistik yang diselenggarakan lembaga pemerintah dan swasta.

Berita Terkait

Indonesia
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Pemerintah DKI melalui dinas kesehatan akan melakukan penanganan kasus campak agar tidak terus menyebar.
Dwi Astarini - Jumat, 12 September 2025
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Indonesia
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Langkah cepat yang diambil jajaran Dinkes DKI untuk mencegah penyakit campak salah satunya ialah melalui respons penanggulangan bernama ORI (Outbreak Response Immunization).
Dwi Astarini - Selasa, 09 September 2025
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Dunia
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Menkes AS juga menghapus program pencegahan penyakit yang krusial.
Dwi Astarini - Rabu, 03 September 2025
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Lifestyle
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Mereka yang membatasi makan kurang dari delapan jam sehari memiliki risiko 135 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular.
Dwi Astarini - Selasa, 02 September 2025
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Indonesia
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Irma mendorong BPJS Kesehatan untuk bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik
Angga Yudha Pratama - Kamis, 28 Agustus 2025
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Indonesia
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Presiden Prabowo juga menargetkan membangun total 500 rumah sakit berkualitas tinggi sehingga nantinya ada satu RS di tiap kabupaten dalam periode 4 tahun ini.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Indonesia
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Presiden Prabowo yakin RS PON Mahar Mardjono dapat menjadi Center of Excellence bagi RS-RS yang juga menjadi pusat pendidikan dan riset, terutama yang khusus berkaitan dengan otak dan saraf.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Indonesia
Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
Riza Chalid, selaku pemilik manfaat PT Orbit Terminal Merak, merupakan salah satu dari delapan tersangka baru dalam kasus korupsi tata kelola minyak mentah
Angga Yudha Pratama - Jumat, 22 Agustus 2025
Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
Bagikan