Keraton Kasunanan Surakarta Tiadakan Tradisi Budaya Grebeg Maulud


Takut mengundang massa maka Grebeg Maulud Keraton Kasunanan Surakarta terpaksa ditiadakan. (Foto: MP/Ismail)
PANDEMI COVID-19 membuat beberapa agenda atraksi budaya pariwisata Indonesia harus terhenti. Seperti salah satunya adalah Grebeg Maulud yang kerap digelar pada beberapa ruang budaya Indonesia.
Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningkrat resmi meniadakan tradisi budaya sekaten dan Grebeg Maulud dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW pada 29 Oktober. Meskipun demikian untuk ritual adat seperti jamasan dan wilujengan tetap dilakukan secara internal.
Baca Juga:
Pengageng Parentah Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, KGPH Adipati Dipo Kusumo, mengatakan Raja Keraton Surakarta Pakoe Boewana (PB) XIII mengeluarkan keputusan meniadakan acara adat sekaten dan Grebeg Maulud (grebeg besar). Pertimbangan meniadakan acara adat sekaten dan Grebeg Maulud karena berpotensi menimbulkan kerumunan di tengah pandemi COVID-19.
"Acara adat sekaten dan Grebeg Maulud berpotensi menimbulkan kerumunan. Sesuai perintah Raja PB XIII acara tersebut kami tiadakan," ujar Dipo, Rabu (21/10).
Sesuai kalender jadwal Keraton Surakarta, kata Dipo, upacara adat keraton Grebeg Maulud rencananya diadakan pada Kamis (29/10). Grebeg Maulud biasanya diadakan di halaman Masjid Agung dengan melakukan kirab dua gunungan terlebih dulu dan berakhir dengan diperebutkannya dua gunungan oleh warga.
"Peniadaan Grebeg Maulud ini merupakan yang pertama kalinya. Tradisi ini ada sejak raja-raja terdahulu untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW," tutur dia.
Baca juga:

Meskipun Grebeg Maulud ditiadakan, lanjut dia, segala kegiatan adat lainnya yang berhubungan dengan Mauludan (Maulud) tetap akan digelar secara internal. Kegiatan adat lainnya seperti ritual jamasan pusaka dan wilujengan tetap digelar secara internal.
"Kegiatan adat ritual jamasan pusaka dan wilujengan tetap kami digelar secara internal dengan tetap menerapkan protokol kesehatan," kata dia.
Disingung soal tradisi ditabuhnya gamelan pusaka, Kyai Guntur Madu dan Kyai Guntur Sari selama tujuh hari saat sekaten digelar, pihaknya memastikan tahun ini gamelan itu tidak akan ditabuh di Masjid Agung. Ia berharap masyarakat bisa memahami sutuasi ini.
"Raja PB XIII berpesan pada segenap warga Solo agar memaklumi peniadaan kegiatan adat sekaten dan Grebeg Maulud. Kami patuhi pemerintah untuk tidak menimbulkan kerumunan," pungkasnya. (Ismail/Jawa Tengah)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Gerhana Bulan Total Minggu (7/9) Malam, ini Jadwal dan Lokasi Pengamatannya

Raih Emas Terbanyak di Asian Cup Woodball Championship 2025, 3 Srikandi Indonesia Belum Puas dan Mau Catat Sejarah Baru

Airbnb & SEVENTEEN Hadirkan Pengalaman Eksklusif di Seoul, LA, dan Tokyo, Bikin Pengalaman tak hanya Konser Biasa

Cara Ramah Pulau Jeju Ingatkan Wisatawan yang Bertingkah, tak ada Hukuman

PSI Tolak Rencana Pramono Buka Ragunan hingga Malam Hari, Pertanyakan Kesiapan Fasilitas

Jelang Peringatan HUT ke-80 RI, PT KAI Ajak Penumpang Tunjukkan Sikap Hormat setiap Pukul 10.00, Nyanyikan 'Indonesia Raya' Bersama-Sama

Prakiraan Cuaca 14–18 Agustus 2025: Waspadai Hujan Lebat dan Angin Kencang

[HOAKS atau FAKTA]: ASEAN Ramal Indonesia Bubar Tahun 2030
![[HOAKS atau FAKTA]: ASEAN Ramal Indonesia Bubar Tahun 2030](https://img.merahputih.com/media/27/f0/b6/27f0b6f1aa464302b7a0c3734416429a_182x135.png)
RI-Selandia Baru Sepakat Kejar Target Kerja Sama Dagang Rp 58 T, Termasuk Program MBG

Penyegelan Pulau Reklamasi di Perairan Gili Gede Lombok Tunggu Hasil Observasi Lapangan
